CARITAU JENEWA - Kepala bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan, dana darurat sebesar USD10 juta dolar atau sekitar Rp153 miliar siap dikucurkan untuk Libya. Dana tersebut digunakan untuk membantu Libya menangani banjir dahsyat yang mengakbatkan ribuan orang tewas.
"Saya segera mengucurkan USD10 juta dolar AS (sekitar Rp153 miliar) dari dana darurat PBB, CERF, dan pengajuan bantuan tambahan sedang diupayakan," kata Martin Griffiths lewat pernyataan yang menggambarkan skala bencana tersebut, dikutip Kamis (14/9/2023).
"Memberikan pasokan penyelamat nyawa bagi masyarakat, mencegah krisis kesehatan sekunder serta mengembalikan keadaan normal segera harus menyingkirkan kekhawatiran lainnya pada masa sulit yang hadapi Libya ini," kata Griffiths.
Baca Juga: Dewan Keamanan PBB Adopsi Resolusi Gencatan Senjata di Gaza saat Ramadan
Dia menghargai negara tetangga Libya dan negara lainnya yang telah mengambil tindakan dan menerjunkan tim SAR, dokter dan memberikan pasokan, sebagaimana dilansir dari Antara.
Sedikitnya 6.000 orang tewas dan ribuan lainnya masih hilang akibat banjir akhir pekan di Libya timur, menurut pejabat. Hujan lebat melanda sejumlah wilayah, terutama di Kota Derna, Benghazi, Al-Bayda, Al-Marj dan Soussa.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI mengatakan bahwa hingga saat ini Kamis (14/9) tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban banjir bandang Libya ataupun gempa Maroko.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha, mengatakan bahwa mayoritas WNI tinggal di Libya barat dan jauh dari lokasi banjir yang menghantam beberapa wilayah di Libya timur.
“Tercatat yang ada di Benghazi ada 10 orang (WNI) dan kami sudah kontak kondisinya aman,” kata Judha kepada wartawan di Jakarta, Kamis.
Benghazi merupakan salah satu kota di Libya yang terdampak bencana banjir bersama dengan kota-kota lainnya seperti Sousse, Al Bayda, Al-Marj, dan Derna
Judha mengatakan bahwa Kedutaan Besar RI (KBRI) di Tripoli juga terus memantau situasi di lapangan untuk memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban.
Meski demikian, Judha menjelaskan berdasarkan kasus-kasus sebelumnya, pasti ada saja WNI yang tidak melaporkan diri terkait keberadaannya di luar negeri kepada KBRI.
“Jadi bagi keluarga yang hilang kontak dengan keluarganya yang diperkirakan berada di Libya segera hubungi hotline KBRI Tripoli +218944815604,” ucapnya.
Sementara terkait kondisi WNI di Maroko, Judha mengatakan bahwa hingga saat ini dirinya juga belum mendapat informasi adanya warga Indonesia yang menjadi korban gempa bermagnitudo 6,8 itu.
Dia menyebut mayoritas WNI di Maroko tinggal di Rabat dan Casablanca, jauh dari titik pusat gempa yang terjadi di Pegunungan Atlas, sekitar 70 kilometer selatan Marrakesh di provinsi Al Haouz.
Sedikitnya 2.000 orang tewas dan ribuan lainnya hilang setelah banjir bandang menghantam kota Derna di Libya pada Minggu (10/9) menyusul badai besar dan hujan yang melanda kota tersebut.
Sementara itu, gempa bumi yang mengguncang sejumlah wilayah Maroko pada Senin (8/9) telah menewaskan setidaknya 2.900 orang. Saat ini tercatat 282 WNI berada di Libya dan sekitar 500 WNI ada di Maroko. (IRN)
Baca Juga: Dinilai Lebih Efektif, PBB Imbau Masyarakat Internasional Fokus Kirim Bantuan Gaza via Darat
pbb perserikatan bangsa bangsa Libya Banjir Libya Banjir Besar Libya KBRI Libya Tripoli
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...