CARITAU JAKARTA – Setiap perayaan Hari Raya Waisak oleh umat Buddha atau Hari Raya Imlek oleh umat Kong Hu Cu, nama Abdurrahman Wahid atau Gus Dur selalu dikenang. Kedua agama tersebut mayoritas dijalankan oleh suku Tionghoa atau China dan seperti diketahui, Gus Dur bagi orang Tionghoa sudah dianggap sebagai ‘Bapak’.
Kebebasan merayakan tahun baru Imlek oleh warga Tionghoa di Indonesia tidak terlepas dari peran penting Presiden keempat RI, Abdurrahman Wahid. Atas jasanya menghapuskan diskriminasi, pria yang akrab disapa Gus Dur ini akhirnya dinobatkan sebagai Bapak Tionghoa Indonesia.
Baca Juga: 2.000 Lampion Hiasi Langit Borobudur, Ketua Walubi: Simbol Kerukunan Umat Manusia
Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga seorang Tionghoa, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok, dikenal sangat dekat dengan sosok Gus Dur. Ia mendapat dukungan langsung ketika mencalonkan diri menjadi Gubernur Bangka Belitung, meskipun dirinya adalah orang Tionghoa.
"Cuma dia presiden yang ngaku kalau dia keturunan China. Waktu dulu saya mau jadi gubernur saudara saya bilang tidak tahu malu, sepupu saya saja bilang begitu itu Si Koko Ahok tidak tahu diri. Tapi dia tidak tahu Gus Dur sudah bisik-bisik sama saya, kamu bisa jadi gubernur," kenang Ahok saat meresmikan patung Gus Dur masa kecil di Taman Amir Hamzah di Pegangsaan Jakarta Pusat, Sabtu (25/4/2015) silam.
Menurut Ahok, sosok Gus Dur bagi orang Tionghoa bahkan sudah dianggap seperti dewa. Gus Dur, kata Ahok, mungkin disejajarkan dengan Cheng Ho, seorang penjelajah terkenal dari China yang mengembara antara 1405-1433 dari Afrika, hingga ke Indonesia.
"Saya rasa kalau orang [etnis] China menganggap Gus Dur itu seperti Ceng Ho, kayak dewa," kata Ahok.
Tak hanya kepada umat Kong Hu Cu, kedekatan Gus Dur dengan suku Tionghoa beragama Buddha juga terjalin. Menurut Peneliti Institut Nagarjuna, Eddy Setiawan, dengan umat budha, Presiden Indonesia ke-4 itu sudah membuka sekat-sekat diskriminasi.
“Dengan umat budha, Gus Dur ketika masa orde baru, disaat toleransi belum semasif sekarang, Gusdur sudah membuka sekat itu (sekat diskriminasi),” kata Eddy kepada caritau.com, Senin (16/5/2022).
Menurut Eddy, di berbagai tempat, Gus Dur kerap membuka komunikasi dengan para biksu mendiskusikan toleransi tak hanya cakupan di Indonesia, tapi juga di internasional.
“Kalau ndak salah Gus Dur ikut menggagas pertemuan Budhis Muslim Dialog. Asia pada umumnya sebagian besar mayoritas muslim dan buddha. Kestabilan asia, khususnya asia tenggara sangat ditentukan oleh dua kepercayaan tersebut,” imbuh Eddy.
Selain pemikiran pluralis dan jasanya menghapus diskriminasi terhadap suku Tionghoa di Indonesia, Gus Dur sempat mengaku bahwa dirinya merupakan ‘China Tulen’ pada 2008 silam. Pengakuan itu jelas langsung membuat geger khalayak. Ada yang mengangapnya berbohong, atau sekadar bergurau seperti perangainya sehari-hari yang memang suka melontarkan joke-joke segar.
"Saya ini China tulen sebenarnya, tetapi ya sudah nyampurlah dengan Arab, India," ungkap Gus Dur, pada 30 Januari 2008 silam.
Ucapan dari cucu pendiri Nahdlatul Ulama Kyai Hasyim Asy’ari itu memang bukan pertama kali keluar dari mulutnya. Tapi kali ini beda, ia juga membeberkan silsilah keluarga nya yang ia sebut ‘China tulen’ itu.
Menurut Gus Dur, ia merupakan keturunan dari Putri Cempa, seorang selir dari salah satu raja di Nusantara. Diceritakan, Putri Cempa memiliki dua anak dari sang raja yaitu Tan Eng Hwan dan Tan A Hok. Tan Eng Hwan kelak dikenal sebagai Raden Patah, sedangkan adiknya Tan A Hok adalah seorang mantan jenderal yang kemudian diangkat menjadi duta besar di China.
Nah dari Raden Patah inilah darah keturunan Tionghoa dari Gus Dur berasal. Penututan Gus Dur itu rupanya dikuatkan oleh tokoh NU lainnya, Said Aqil Siradj. Cerita mantan Ketua Umum PBNU itu tertuang dalam buku Gus Dur Bapak Tionghoa Indonesia.
Cerita ini diungkapkan Kyai Said pada tahun 1998, namun silsilahnya tidak persis sama seperti yang diucapkan Gus Dur. Versi Kyai Said, Tan Kim Han punya anak laki yang diberni nama Raden Rachmat atau dikenal dengan Sunan Ampel.
Sunan Ampel memiliki garis keturunan sampai kepada KH Hasyim Asy’ari. Seperti diketahui masyarakat luas, KH Hasyim Asy’ari kemudian punya anak KH Wahid Hasyim, dan akhirnya Wahid Hasyim memiliki anak bernama Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
"Jadi, Gus Dur itu Tionghoa, maka matanya sipit," ujar Said sambil tersenyum. "Dengan demikian, tidak ada istilah pro dan nonpro serta Muslim dan non-Muslim," ungkap Said Aqil waktu itu. (DIM)
Baca juga:
Lentera Menyambut Waisak 2566 BE
Peringati Waisak, Menag Ajak Umat Budha Perkuat Moderasi Beragama
Hari Raya Waisak, Mata Air Umbul Jumprit dan Api Abadi Mrapen
Remisi Khusus Waisak Bagi 1.252 Narapidana Buddha, 7 Orang Dibebaskan
Peneliti Institut Nagarjuna Eddy Setiawan: Dalam Hidup, Kita Harus Meneladan Sosok Buddha
Wisata Ke Borobudur di Hari Libur Waisak, Damri Siapkan Trayek Khusus
Dee Lestari Rayakan Waisak: Semoga Kita Berbahagia
Baca Juga: Vihara Girinaga Makassar Terbakar, Diduga Api Lilin Sambar Pernak-Pernik
mengenang gus dur yang sudah dianggap seperti dewa oleh etnis tionghoa bapak tionghoa abdurrahman wahid perayaan hari raya waisak
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...