CARITAU JAKARTA – Balapan Formula E akan berlangsung di Jakarta International EPrix Circuit (JIEC) Ancol pada (4/6/2022) mendatang. Beberapa mobil yang berlaga di Formula E sudah tiba di Indonesia sejak beberapa waktu lalu. Kualifikasi dan race Formula E dilaksanakan di hari yang sama. Ini merupakan bagian dari sejarah balap mobil listrik sejak 2014, lalu, bagaimana sejarah dari Formula E?
Dinukil dari laman resmi FIA Formula E, sejarah terbentuknya balapan Formula E dimulai pada tahun 2011, ketika itu mantan Presiden Federasi Otomotif Internasional Jean Todt bertemu dengan dua politisi Italia Alejandro Agag dan Antonio Tajani, serta aktor Italia, Teo Teocoli di salah satu restoran di Paris.
Baca Juga: Anies dan PDIP Dipertemukan Nasib Sama, Bakal Muncul Paslon Anies-Ahok di Pilkada Jakarta?
Jean Todt yang juga mantan pembalap kala itu mengutarakan idenya untuk menggelar balapan mobil listrik pertama di dunia, namun konsepnya tak jauh beda dengan balapan Formula 1.
Ide Presiden FIA ini disambut oleh Agag, yang kelak akan menjadi CEO Formula E. Agag yakin ide Todt bisa terwujud meski era mobil listrik belum popular saat itu.
Pendirian Formula E ini memiliki misi yaitu balapan melalui jalan-jalan di kota-kota ikonik di dunia. Formula E diharapkan dapat menunjukkan mobilitas berkelanjutan dan perkembangan kendaraan listrik demi masa depan yang lebih baik.
Jean Todt dan Alejandro Agag bekerja keras dengan relasi bisnis dan jaringan politiknya. Mereka banyak melakukan kunjungan, pengajuan proposal dan membujuk banyak kalangan.
Pada 2014, Formula E perdana di selenggarakan di Beijing Olympic Green Circuit, China. Lucas Di Grassi dari Audi Sport ABT mencatatkan sejarah dengan menjadi pemenang balapan pertama Formula E perdana tersebut.
Formula E semakin berkembang menjadi brand hiburan global, dan brand motorsport sebagai pusat nadi dari kompetisi balapan mobil listrik itu sendiri.
Kerja keras Todt dan Agag membangun balapan Formula E berbuah manis. Pada musim balapan 2020/2021, Formula E masuk kejuaraan Dunia FIA yang menghadirkan status juara dunia bagi para pemenang. Dampaknya, nama-nama top di balik cockpit kemudi pun berdatangan ke Formula E.
Ada beberapa pembalap Formula E yang memiliki nama di Formula 1 seperti Jacques Villeneuve, Stoffel Vandoorne, Pascal Wehrlein, dan Felipe Massa. Sampai saat ini, sudah ada 12 tim dan 24 pembalap dalam lintasan.
Balapan Individu dan Tim
Lalu bagaimana aturan main pada balapan mobil listrik paling bergengsi di dunia ini? masih mengutip dari laman resmi FIA Formula E, ada perbedaan mencolok antara Formula E dengan balapan Formula 1. Di Formula E balapan ternyata dipisah menjadi dua seri, pertama untuk kategori pembalap individu, kedua kategori balapan tim.
Gelar juara dunia Individu akan diraih oleh pembalap yang mengumpulkan poin terbanyak pada kalender satu tahun yang digelar selama tujuh bulan. Sementara untuk kejuaraan beregu, juara dunia ditentukan dengan menghitung poin total dari dua pebalap pada sebuah tim selama satu tahun kalender balap.
Persamaan antara Formula E dengan Formula 1 adalah dalam jumlah perhitungan poin tiap seri. Pembagian poin ini berdasarkan ketentuan FIA yaitu memberi poin kepada sepuluh pembalap yang finis terdepan.
Peraih podium 1 hingga 3 akan mendapat masing-masing 25, 18, dan 15 poin. posisi keempat hingga keenam meraup 12,10, dan 8 poin. kemudian berturut-turut hingga posisi kesepuluh raihan poinnya adalah 6,4,2, dan 1 poin.
Pebalap tak hanya meraih poin dari balapan. Ada dua kondisi lagi yang membuat mereka diganjar poin tambahan. Pertama jika mereka meraih pole position atau start di urutan pertama. Kedua jika mereka membukukan catatan waktu lap tercepat saat balapan, dengan syarat mereka harus finis di posisi sepuluh besar.
Attack Mode
Umumnya balapan atau E-Prix digelar selama 45 menit. Setelah waktu selesai, dan pemenang menyentuh garis finis, semua pebalap masih harus melakoni satu lap tambahan sebelum mengakhiri balapan.
Ada satu lagi hal menarik pada balapan mobil listrik paling bergengsi di dunia ini yaitu Attack Mode. Mulai dikenalkan pertama kali pada musim 2018/2019, mode ini menghadirkan sebuah tenaga ekstra dalam bentuk daya tambahan sebesar 30 kilo watt.
Untuk mendapatkannya, mereka harus memasang sebuah alat dengan cara keluar dari jalur balap, kemudian melewati zona aktivasi. Setelah diaktivasi maka daya tambahan sebesar 30 kW langsung aktif dan bisa digunakan memacu mobil lebih kencang.
Lalu berapakah kecepatan maksimal sebuah jet darat listrik di Formula E? berdasarkan catatan resmi FIA Formula E, kecepatan tertingginya ternyata tidak main-main, mencapai 280 km per jam. Akselerasi mobil listrik di sini juga mengagumkan, dari 0-100 km per jam bisa ditempuh dalam waktu hanya 2,8 detik saja! Catatan, akselerasi tersebut dicapai dengan tenaga mobil sebesar 250kW.
Tertarik untuk menyaksikan balapan jet darat bertenaga listrik ini di Indonesia, buruan beli tiketnya karena tinggal tersisa sedikit untuk tiket-tiket termurahnya. (HAN/ZRA)
Baca Juga: Singgung Debat Soal Luas Kepemilikan Lahan, Prabowo: Dia Pintar atau Goblok Sih!
mengenal balapan formula e sejarah dan aturan mainnya anies baswedan mobil listrik
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...