CARITAU JAKARTA – Sandiaga Salahuddin Uno kembali masuk dalam kandidat calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2024. Manufernya pindah ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dari Partai Gerindra menjadi strategi untuk 'menawarkan' diri menjadi cawapres pendamping Ganjar Pranowo kepada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Ganjar Pranowo memang menjadi satu-satunya harapan bagi Sandi, karena dua capres lainnya ibarat kartu mati untuknya. Pertama, Anies Baswedan berada di kubu yang berseberangan dengan Sandi. Jauh-jauh hari sandi sudah tegas mengatakan dirinya tidak akan mau dipasangkan dengan Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Menurutnya, dia sudah tidak satu pemikiran lagi dengan kubu Anies yang mengusung konsep koalisi perubahan.
Baca Juga: Pesan Wapres Ma'ruf ke Pemimpin Terpilih: Rangkul Semua Pihak
“Kalau kita ubah dengan koalisi perubahan, kita akan setback, beberapa tahun akan kehilangan momentum,” kata Sandi.
Menurutnya, banyak hal yang harus dibenahi dalam konsep koalisi perubahan sehingga dia mengatakan pemikiran perubahan itu tidak pas untuk Indonesia saat ini.
“Saya tidak sepakat dengan pemikiran itu dan mengajak berpikir ulang, melakukan koreksi-koreksi terhadap yang sudah berjalan,” imbuh Sandi.
Sementara untuk berpasangan dengan capres lainnya yaitu Prabowo Subianto, pintu Sandi untuk menjadi cawapres juga sudah tertutup. Keduanya sudah kalah di Pilpres 2019 lalu sehingga tak mungkin kembali diusung oleh koalisi Gerindra–PKB. Sandi tentu menyadari hal ini, sehingga akhirnya memutuskan untuk hengkang dari partai Gerindra ke PPP demi meraih tiket cawapres untuk Ganjar Pranowo.
Strateginya berjalan mulus. Hanya selang beberapa hari setelah resmi bergabung dengan PPP, dirinya resmi diusulkan oleh PPP sebagai cawapres untuk mendampingi Ganjar Pranowo. Hal itu disampaikan Sekjen PPP Arwani Thomafi saat membacakan rekomendasi hasil Rapimnas ke VI PPP di Hotel Sultan Jakarta, Sabtu (17/6/2023) lalu.
“Rapimnas ke VI PPP mengusulkan saudara Sandiaga Uno sebagai cawapres untuk mendampingi capres Ganjar Pranowo dalam Pemilu 2024,” kata Arwani lantang.
Pengamat politik Citra Institute, Yusak Farchan menyoroti manuver Sandiaga Uno dan PPP. Pria yang akrab disapa Yusak itu menilai, tugas baru Sandi di PPP sebagai Ketua Bappilu (Badan Pemenangan Pemilu) dan Cawapres tentu akan menjadi tugas berat ke depan.
Yusak menuturkan, sebagai partai tua, PPP saat ini ditenggarai sedang dihadapkan pada situasi krisis alias ancaman tidak lolos parliamentary threshold. Hal itu lantaran PPP banyak dinilai tidak mampu mendapat simpatik dari masyarakat karena dalam pemilu dua periode terakhir berada di peringkat bawah.
Oleh sebab itu, Yusak menilai, dalam momentum Pemilu 2024, PPP sedang melakukan sebuah strategi politik untuk bekerja dan juga berkepentingan melakukan rebranding partai melalui figur Sandi yang selama ini dianggap cukup inklusif, moderat dan nasionalis. Keputusan mendorong Sandi sebagai cawapres Ganjar tentu juga merupakan bagian dari itu.
"PPP sedang bermanuver untuk mendorong Sandi sebagai cawapres Ganjar. Sejauh ini, proposal PPP untuk menjadikan Sandi sebagai cawapres Ganjar belum mendapat sinyal positif dari PDIP," ungkap Yusak kepada caritau.com, Rabu (21/6/2023).
Nama Sandi sebenarnya juga sudah masuk radar PDIP. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu didapuk menjadi salah satu dari 10 nama yang dinilai cukup potensial mendampingi Ganjar Pranowo. Namun hal itu belum cukup untuk membuat dirinya mendapatkan tiket resmi menjadi cawapres Ganjar oleh PDIP.
Oleh karena itu menurut Yusak, Sandiaga Uno beserta PPP harus bekerja ekstra dalam membujuk Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
"Apakah proposal PPP berhasil atau tidak, ya itu tergantung pada bagaimana PPP meyakinkan Bu Mega," tutur Yusak.
Yang pasti, kata Yusak, PDI Perjuangan bakal mendapuk sosok kandidat cawapres yang dapat membantu menyumbang suara besar untuk Ganjar di kontestasi Pemilu 2024. Lalu apakah Sandiaga masuk kriteria tersebut?
Yusak meyakini Sandiaga Uno belum tentu dapat membantu menarik suara besar buat PDIP meski elektabilitasnya relatif cukup tinggi.
"Prinsipnya, PDIP akan mengambil cawapres yang bisa menyumbang kemenangan Ganjar. Meskipun irisan pemilih antara PDIP dan PPP berbeda, namun masuknya PPP ke gerbong PDIP belum tentu bisa menyumbang kemenangan Ganjar," papar Yusak.
"Apalagi, asosiasi figur Sandi dan PPP juga akan membutuhkan waktu karena baru bergabung. Jadi meskipun elektabilitas Sandi sebagai cawapres tinggi, PDIP saya kira akan tetap berhati-hati dan selektif dalam menentukan cawapres," sambung Yusak.
Di sisi lain, merapatnya Sandiaga Uno ke PPP disinyalir merupakan strategi dari partai berlambang Ka'bah itu untuk menambah ‘tenaga’ baru dalam rangka memanaskan mesin partai dan juga menjalankan roda organisasi, terutama dukungan akomodasi bagi partai.
Dengan kata lain, antara PPP dan Sandi terjalin simbiosis mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan. Sandi mendapatkan tiket cawapres dari PPP, sebaliknya partai juga mendapat suntikan akomodasi yang memadai dari Sandiaga.
"Prinsipnya, tidak ada makan siang gratis di politik. Apalagi Sandiaga Uno dikenal sebagai pengusaha yang bisa saja mengorbankan sumber daya ekonominya untuk penguatan PPP. Saya kira ada hubungan simbiosis mutualisme atas bergabungnya Sandi ke PPP," ungkap Yusak.
"Sandi diuntungkan karena telah mendapat kendaraan politik dan PPP diuntungkan karena pengaruh ketokohan dan sumber daya material Sandi. Jadi keduanya saling melengkapi," lanjutnya.
Sandi sendiri sebenarnya sudah membantah perihal isu adanya dugaan mahar politik yang telah digelontorkannya saat resmi bergabung menjadi kader PPP. Isu maha politik mencuat karena banyak pihak yang kembali mengungkit pernyataan Sandi yang rela merogoh kocek triliunan rupiah saat menjadi cawapres Prabowo pada Pilpres 2019.
Bahkan sebelum itu, pada Pilkada DKI Jakarta tahun 2017, Sandiaga Uno juga dikabarkan memberikan mahar politik saat dirinya maju menjadi Wakil Gubernur mendampingi Anies Baswedan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Sandiaga Uno mengatakan bahwa dia tidak mempersoalkan isu mengenai mahar politik yang dilekatkan pada dirinya. Sandi menuturkan, ketika ingin berjuang di dunia politik, maka segala pengorbanan akan dilakukan demi kemajuan roda organisasi partai.
"Tentunya perjuangan itu membutuhkan upaya dan pengorbanan yang besar dan saya siap. Dan dengan digitalisasi dengan pengaturan jauh lebih efisien serta efektif dan pola kampanye lebih singkat, saya yakin PPP punya peluang sangat besar," tutur Sandiaga Uno usai Rapimnas PPP di Hotel Sultan, Sabtu (17/6/2023).
"Jadi ini sekarang ada di pundak kita untuk mewujudkan harapan masyarakat membenahi ekonomi kita. Dan saya sampaikan tadi, kita harus kerja keras, kerja tuntas dan kerja ikhlas," lanjutnya.
Sandiaga menambahkan bahwa keputusan bergabung dengan PPP telah diniatkan dalam rangka mengabdi kepada masyarakat dan juga bagian dari ibadah.
Oleh sebab itu, ketika ditanya berapa dana yang disiapkan Sandi untuk terjun pada kontestasi Pemilu 2024 bersama PPP kali ini, dia mengatakan bahwa beribadah harus ikhlas dan tidak boleh berhitung dengan nominal rupiah.
"PPP ini yang pertama adalah diniatkan ibadah. Karena ibadah maka jangan pernah berhitung sama Allah SWT. Semua itu jangan dihitung. Semua itu kita berikan sebagai pengorbanan karena ini jatuhnya adalah ibadah," tandasnya.
Hal senada juga diungkapkan Pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum (Ketum) PPP Mardiono. Dia membantah perihal isu tudingan mahar politik yang diberikan Sandiaga Uno saat dilantik menjadi kader partai berlogo Ka'bah.
Mardiono memastikan bahwa pihaknya sama sekali tidak memungut biaya mahar politik kepada Sandiaga Uno dan siapapun yang ingin masuk menjadi kader PPP.
"Kita PPP tidak mempersyaratkan terhadap soal begitu ya. Kita di PPP adalah meneguhkan jalan perjuangan. Dan kita berkhidmat untuk berjuang, kita enggak ada (mahar)," tandas Mardiono
Kepindahan Sandiaga Uno ke PPP mendapat cibiran dari berbagai pihak. Bahkan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto ikut menyindir Sandi dengan mengatakan bahwa partai bukanlah sebuah kendaraan atau bus, di mana seseorang bisa keluar masuk atau turun naik seenaknya.
“Partai dianggap bus. Seenaknya turun di tengah jalan. Tidak bayar lagi. Enak aja. Emangnya bus DAMRI?” kata Prabowo pada acara temu kader Partai Gerindra se-Sumatera Barat, pada akhir April lalu.
“Partai kita adalah alat juang. Yang menganggap partai ini kendaraan, masuk Gerindra cari makan, cari kaya, masuk Gerindra cari pengaruh, masuk untuk memuaskan diri, Anda tidak setia. Anda tidak pantas dihormati,” imbuh Prabowo.
Sindiran diucapkan tak lama setelah Sandiaga Uno keluar partai tersebut pada 2 Syawal 1444 H atau lebaran hari kedua 2023 yang jatuh pada Minggu (23/4/2023).
Dengan pengunduran diri tersebut, Sandi tercatat sudah dua kali resign dari Partai Gerindra. Pertama pada tahun 2019, meskipun saat itu keputuasan mundur justru diambil karena mendapat perintah dari Probowo agar bisa mulus menjadi cawapres pendamping Prabowo pada Pemilu 2019. Setelah kalah dari pasangan Jokowi-Ma’ruf Amien, Sandi kemudian masuk Kabinet Presiden Jokowi dan kembali lagi menjadi bagian Partai Gerindra dan bahkan mendapat jabatan bergengsi sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina.
Maka ketika kini Sandi kembali memutuskan untuk keluar lagi dari Partai Gerindra, Sekjen Gerindra Ahmad Muzani mencibirnya sebagai ‘kutu loncat’ yang pindah dari satu partai ke partai lainnya hanya untuk mendapatkan posisi politik tertentu. Menurutnya, hal tersebut sama sekali bukan cerminan dari kader Partai Gerindra.
“Loncat dari satu partai ke partai yang lain. Nanti pindah, loncat lagi ke partai lain yang saya tidak tahu,” cibir Muzani.
Cibiran Muzani dinilai wajar oleh pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M Jamiluddin Ritonga. Dia mengatakan, jika tujuan politik Sandiaga berlabuh ke PPP lantaran di Gerindra tidak mendapatkan kesempatan untuk menjadi cawapres pendamping Prabowo, maka Sandi memang bisa disebut kategori politisi kutu loncat.
“Kalau orientasi Sandi pindah ke PPP untuk menjadi cawapres, tentu tak berlebihan bila ia disebut politisi kutu loncat. Sandiaga hanya menggunakan partai untuk kepentingan pribadi semata,” tutur Jamiluddin.
Sosok politisi kutu loncat, menurut Jamiluddin, tentu tidak punya ideologi kokoh. Baginya partai bukan alat untuk memperjuangkan ideologi dan idealisme, tapi hanya perahu untuk menggapai kekuasaan.
“Kalau partai itu tidak dapat menggaransinya untuk memperoleh kekuasaan, maka ia tak akan sungkan meninggalkan partai tersebut. Hal itulah yang dilakukan Sandi saat ini,” pungkasnya.
Jadi kita tunggu saja, apakah hengkang kedua Sandiaga Uno dari Partai Gerindra bakal mengulang sukses 2019 mendapatkan tiket menjadi cawapres? Jika dulu berhasil menjadi cawapres pendampaing Prabowo, akankah mulus manuver kali ini menjadi cawapres pendamping Ganjar? (NEGUS GIBRAN MAYARDHI)
Baca Juga: Kampanye akbar Prabowo-Gibran di Semarang
sandiaga uno sandi pindah ke ppp sandi cawapres ganjar ppp partai gerindra pilpres 2024 capres cawapres ganjar pranowo politisi kutu loncat
yt7zxt
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...