CARITAU JAKARTA – Pakar Geopolitik, Hendrajit, menganggap keputusan Korea Utara (Korut) mencantumkan status negara nuklir dalam konstitusinya yang baru-baru ini dilakukan bukanlah hal yang mengherankan. Menurut dia, pemimpin Korut Kim Jong Un sudah sejak lama mencanangkan negaranya untuk memiliki senjata nuklir sebagai reaksi atas kerja sama militer yang dibangun Korea Selatan bersama Amerika Serikat dan Jepang.
“Sejak 2017 Kim Jong Un sudah mencanangkan diri sebagai negara yang memiliki senjata nuklir. Hal ini terlihat sejak 2017 beberapa kali uji coba rudal balistik jarak menengah (ICBM),” ujar Hendrajit kepada caritau.com, Kamis (28/9/2023).
Baca Juga: Hasil Kualifikasi Piala Dunia 2026: Jepang Bungkam Korut, Thailand Imbangi Korsel
Uji coba rudal balistik Korut, kata Hendrajit, juga dilakukan sebagai reaksi atas penempatan sistem pertahanan antirudal AS di Korea Selatan yang dikenal dengan Terminal High Altitude Aeral Defense atau THAAD.
Keberadaan THAAD ini tak hanya membuat Korut saja yang murka melainkan juga China. Menurut Hendrajit, China juga berang dengan aksi AS di semenanjung Korea karena mereka merasa penempatan THAAD di Korsel bisa dimanfaatkan AS untuk mendeteksi manuver militer China.
“THAAD ini dipandang korut sebagai provokasi bukan saja oleh Korut tapi juga China. Karena selain THAAD bermuatan nuklir juga bisa dimanfaatkan AS buat mendeteksi manuver militer China di wilayah perbatasan China dan Korea,” beber Direktur Eksekutif The Global Review tersebut.
“Maka dengan pertimbangan untuk prestise dan martabat korut sebagai negara bangsa mampu menguasai teknologi nuklir, maupun ancaman eksternal AS yang bersekutu dengan Korsel, makin mantab mendorong korut menyatakan diri sebagai negara produsen senjata nuklir,” tandasnya.
Sebelumnya diberitakan bahwa Korea Utara memperingatkan kepada Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) bahwa Semenanjung Korea berisiko mengalami perang nuklir karena perbuatan Amerika Serikat.
Peringatan tersebut diutarakan pada Selasa (26/9/2023), di waktu yang sama saat Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berbicara soal perlombaan senjata nuklir baru pada Sidang Umum PBB.
Korut lewat Duta Besarnya untuk PBB, Kim Song, pun menimpalinya. Kim mengatakan perang nuklir bisa saja terjadi di Semenanjung Korea karena tindakan memalukan dari Korsel yang menjalin kerja sama militer dengan AS dan Jepang.
“Karena kebijakannya yang bersifat menjilat dan memalukan, yaitu bergantung pada kekuatan luar, semenanjung Korea berada dalam situasi sangat berbahaya dengan pecahnya perang nuklir,” kata Kim dalam pidatonya di Sidang Umum PBB.
AS bersama Korsel dan Jepang baru-baru ini membentuk Kelompok Konsultasi Nuklir agar dapat mengintegrasikan kapasitas nuklir lebih baik. Kelompok ini, kata Kim, “Berkomitmen pada perencanaan, operasi dan pelaksanaan serangan nuklir pendahuluan terhadap DPRK atau Korut.”
“AS sekarang bergerak ke tahap praktis mewujudkan niat jahatnya guna memprovokasi perang nuklir, dengan sering mengerahkan kapal selam nuklir strategis dan pembom nuklir strategis yang membawa senjata nuklir di dalam serta sekitar semenanjung Korea kali pertama dalam beberapa dekade,” pungkasnya. (FAR)
Baca Juga: China-AS Bahas Situasi Semenanjung Korea Pasca Uji Rudal Korut
Cara Upgrade Skill Gaming dengan Samsung Galaxy A1...
Masuk Minggu Tenang, Pj Teguh Pastikan Jakarta Ber...
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...