CARITAU NUSA DUA - Joyland Festival Bali 2024 sudah berlalu sepekan, namun keseruannya masih terus berasa. Tagar #joylandfestbali di laman Instagram, masih terus bertambah dan dihiasi dengan unggahan para penonton sampai para pengisi acara yang memamerkan momen mereka tampil di festival tahunan garapan Plainsong Live yang digelar pada 1-3 Maret 2024, di Peninsula Island, The Nusa Dua, Bali.
Menariknya, festival musik Joyland ini sepertinya memang akrab dengan guyuran hujan. Tak hanya di Jakarta, Joyland Fest edisi Bali hari pertama Jumat (1/3/2024), juga diguyur hujan besar. Plainsong Live membuka pintu bagi pemegang tiket memasuki arena sejak sekitar pukul 16.00 waktu setempat.
Tak lama berselang, hujan deras mengguyur wilayah Nusa Dua, termasuk di Peninsula Island, tempat acara dilangsungkan. Kawasan Bali di beberapa wilayah, saat itu juga tengah diguyur hujan besar.
Kelompok hip-hop asal Jakarta, Envy* yang dijadwalkan main pukul 16.45, baru bisa naik pentas sekitar pukul 17.20. Set penampilan dari unit hip-hop ini dipangkas. Para penonton tetap berkerumun di depan dengan beberapa orang memakai payung melindungi kepala dari gerimis yang masih tersisa.
Setelah Envy*, kerumunan lantas bergeser ke panggung utama. Unit pop eklektik asal Jakarta, White Shoes and the Couples Company, naik panggung sekitar pukul 18.00, mundur setengah jam dari jadwal semestinya.
Band yang terdiri dari enam personel ini memainkan lagu-lagu lama mereka yang baru saja dikumpulkan dalam album kompilasi ‘Topstar Collection: Koleksi 2005-2013’ yang dirilis 2023.
Sebagai salah satu festival musik terbesar di Indonesia, dari tiga tahun penyelenggaraannya yang saya hadiri, Plainsong Live tetap mempertahankan formulanya untuk menjadikan Joyland sebagai festival yang ramah untuk segala usia dan dinanti banyak orang, yakni 'pengalaman' menghadiri festival musik yang menyenangkan.
Bukan hanya memikirkan line up sebagai sajian utama, Joyland tetap menjadi festival yang memberikan kenyamanan untuk semua usia. Seperti di tahun-tahun sebelumya, Joyland tetap menghadirkan area ‘White Peacock’, yang dikhususkan untuk penonton dewasa yang membawa anak-anak dengan segala aktivitas di dalamnya.
Mulai dari crafting, arena bermain anak, face painting, hingga workshop penulisan lagu. Pada Joyland Bali 2024 kali ini, Mocca dan solois asal Yogyakarta, Frau mentas di area ‘White Peacock’. Selain itu, pemisahan area dewasa yang khusus diperuntukkan bagi perokok dan peminum alkohol menjadi detil tambahan yang harus diapresiasi.
Untuk mengakomodir penonton yang ingin menghabiskan waktu menunggu idolanya tampil, Joyland juga menghadirkan 'Cinerillaz', area untuk menonton film yang kali ini dikurasi oleh Jogja-NETPAC Asian Festival.
Ada juga ‘Shroom Garden’ yang menampilkan komika Mamar Alkatiri, Sadana Agung, Mukti Entut, Sakdiyah Makruf, Mo Sidik dan Nyoman Nanda hasil kurasi dari Soleh Solihun.
Saat matahari tergelincir, penonton memadati Plainsong Stage untuk menyaksikan Nadin Amizah. Nadin yang tampil dengan gaun putihnya, membawakan lagu-lagu yang konon sudah lama tak ia bawakan di panggung seperti ‘Paman Tua’ dan ‘Di Akhir Perang’.
Nadin membuka penampilannya dengan nomor ’Sebuah Tarian yang Tak Kunjung Selesai’. Kemudian ia membawakan hits-hitsnya seperti ‘Semua Aku Dirayakan’ dan ‘Rayuan Perempuan Gila’ hingga ‘Sorai’.
Menjadi satu-satunya band yang cukup “kencang” yang tampil di panggung utama, The Sigit memanaskan Joyland hari pertama. Band yang dimotori Rekti Yuwono itu membuka penampilan dengan nomor klasik mereka ‘Black Amplifier’.
Meski belum ada materi baru yang mereka bawakan, penampilan live dari band asal Bandung tersebut adalah sesuatu yang tak boleh dilewatkan. Tak hanya menawarkan sensasi rock n roll,
The Sigit juga selalu menghadirkan eksplorasi bebunyian saat tampil live, seperti pada ‘Let It Go’ dan ‘Let the Right One In’ misalnya.
Di sela penampilannya, Rekti menyatakan senang bisa tampil di Joyland, lantaran ia juga menunggu penampilan dari idolanya, Shintaro Sakamoto
”Saya menantikan idola saya, Bapak Shintaro Sakamoto,” ujar vokalis berambut khas tersebut.
Sebelum penampilan pamungkas Shintaro Sakamoto, di panggung kedua, Pearl and The Oysters, duo asal Amerika Serikat yang memainkan musik jazz, mengajak para penonton untuk rileks dan menikmati malam.
Multi-instrumentalis asal Jepang tersebut menjadi salah satu penampil yang paling ditunggu-tunggu. Sakamoto membuka set dengan salah satu nomor lamanya, ‘My Memories Fade’. Lagu tersebut masuk ke dalam album ‘How to Live with a Phantom’.
Penampilan rapat disajikan oleh Shintaro. Meski semua lagunya berbahasa Jepang, hal tersebut tak menyurutkan aksi penonton yang merespon penampilan Shintaro dengan bergoyang. Apalagi, penampilan Shintaro dibarengi dengan visual di panggung yang memanjakan.
Sakamoto memainkan kurang lebih 13 dalam setnya. Ia menghadirkan lanskap musik yang luas, dengan irama waltz dan jazz yang meski kadang lambat, tak jarang juga membuat kaki terangkat karena tak tahan untuk bergoyang sedikit. Meski minim interaksi dengan penonton, penampilan Sakamoto menutup Joyland hari pertama dengan hangat.
Hari kedua pada Sabtu (2/3/2024), Joyland kembali dimulai sekitar pukul 17.00 WITA. Panggung utama dibuka oleh penampilan dari solois asal Jakarta, Bilal Indrajaya. Tampil menghadap matahari, Bilal sukses ‘mendinginkan’ suasana yang cukup terik dengan nomor-nomor laid back yang ia bawakan dari album teranyarnya ‘Nelangsa di Pasar Turi’ yang dirilis 2023 lalu.
Uniknya, headliner di hari kedua Joyland Festival Bali, Kings of Convenience ini dipasang sore hari, saat matahari tergelincir ke barat. Hal itu sudah disampaikan oleh Ferry Darmawan, Direktur Program Joyland Festival saat live Instagram, untuk mengumumkan line up beberapa waktu lalu.
Sebelum King of Convenience tampil, Plainsong Stage menghadirkan Mantra Vutura, grup musik elektronik yang terdiri dari Tristan Juliano (keyboard, synthesizer) dan Zakari Danubrata (drum, vokal, perkusi).
Beres Mantra Vutura tampil, penonton langsung memadati panggung Joyland untuk menikmati duo pop akustik asal Norwegia itu. Meski sudah sering ke Indonesia, penampilan duo Erlend Øye dan Eirik Glambek Bøe kemarin adalah yang pertama kalinya di Bali.
Mereka naik ke atas panggung pukul 18.15 WITA. Sama seperti penampilan di konser Jakarta tahun lalu, Kings of Convenience membuka setnya dengan ‘Comb My Hair’. Selanjutnya mereka memainkan salah satu hitsnya, ‘Cayman Island’.
"Lagu selanjutnya sepertinya sering sekali dimainkan oleh para gitaris di Indonesia. Terima kasih telah memainkannya," kelakar Eirik sebelum membawakan lagu ‘Cayman Island’.
Irama melenakan dari duo asal Norwegia itu berpadu dengan deburan ombak di The Peninsula Island, Nusa Dua, Bali.
Kings of Convenience sendiri tampil membawakan lagu-lagu terbaiknya seperti ‘Misread’, ‘Cayman Island’, ‘Mrs. Cold’ hingga ‘I'd Rather Dance with You’. Lagu ‘Know How’ menjadi lagu pamungkas yang dibawakan oleh mereka di Joyland Festival Bali.
Baca Juga: Menyaksikan "Dinginnya" Paul Banks dan Bersenang-senang di Joyland 2023
Usai penampilan Kings of Convenience, di panggung Plainsong, unit ‘Habibi Funk’ asal Jakarta, ALI menghibur penonton.
Jika sore hari suasana cerah, malam hari jelang penampilan Eva Celia, hujan kembali turun di The Peninsula Island. Meski diguyur hujan, Eva tetap tampil dengan enerjik. Malam kedua Joyland Festival Bali ditutup oleh penampilan Whitney dan Gilles Peterson.
Dari tiga perhelatan Joyland Festival yang terakhir Caritau.com datangi, salah satu panggung yang ditunggu adalah Lily Pad. Meski panggungnya kecil, dan terpisah cukup jauh dari dua panggung utamanya, baik di edisi Jakarta maupun Bali, musisi yang tampil di LilyPad baiknya tak dilewatkan begitu saja.
Jika pada edisi Bali tahun lalu musisi yang tampil dikurasi oleh The Secret Agent yang merupakan Indra Amenk dan Keke Tumbuan, pada edisi kali ini penamil di Lily Pad dikurasi oleh seniman sekaligus pendiri netlabel Yes No Wave, Wok The Rock dan Kasimyn (Gabber Modus Operandi). Sementara di edisi Jakarta tahun kemarin, kurasinya dilakukan oleh media Whiteboard Journal.
Menariknya, dalam tiga edisi terakhir ini, banyak sekali band atau musisi asal Asia yang menjadi pengisi. Di dua edisi sebelumnya nama-nama seperti Bayangan dari Malaysia, CURB dan Sobs dari Singapura, serta YONLAPA. Ada juga Kirara, Paradise Bangkok Molam International Band hingga Flora Yin Wong.
Lily Pad juga selalu punya tempat untuk musisi lokal eksperimental hingga musisi tradisi macam Ata Ratu, Made Mawut, dan banyak lainnya.
Tahun ini, panggung Lily Pad kembali menghadirkan musisi Indonesia, hingga Vietnam, bahkan sampai Lebanon. Ada pun musisi yang tampil tersebut adalah Gangsar Graung, Gumata Gumitit, Gospell Kadapat, LnHD b2b rEmPiT, g0dDe$$, Mong Tong, PRAED, Putu Septa & Nata Swara, Rắn Cạp Đuôi, juga Rule Kabatram.
Pada Joyland Fest Bali 2024 kemarin, salah satu penampilan memukau disuguhkan duo asal Taiwan, Mong Tong, pada Minggu (3/2/2024). Tampil dengan penutup mata, proyek musik yang dijalankan oleh dua bersaudara Hom Yu dan Jiun Chi itu menghadirkan ambient dan noise rock yang padat dengan sentuhan lokalitas Taiwan.
Mereka mendeskripsikan musik mereka sebagai "diàn zǐ qín music" (electronic keyboard). Musik ini digabungkan dengan banyak jenis musik lain seperti Hokkien pop, rock, electronic music, ambient, dan banyak lagi yang membuat gaya musik mereka lebih atraktif.
Dalam penggarapan musiknya, Mong Tong mengambil inspirasi dari tema-tema sci-fi, okultisme, Taiwanese superstitions, hingga cerita rakyat lokal.
Meskipun terbilang punya gaya musik yang tidak populer, sepak terjang Mong Tong belakangan jadi perhatian tidak hanya di kancah musik domestik Taiwan, tetapi juga secara internasional. Unsur musik lokal Taiwan dalam beberapa tahun terakhir memang kerap diusung oleh beberapa band Taiwan di kancah independen. Mong Tong, dengan gaya bermusiknya yang khas juga disebut sebagai salah satunya.
Namun, Hom Yu menyebut kalau Mong Tong mungkin lebih cocok disebut sebagai pseudo-Taiwanese music. Selain itu, mereka juga mengambil banyak pengaruh dari video game dan film lama. Itulah kenapa, beberapa visual mereka terasa pengaruh seni visual di tahun 80 dan 90-an.
Sore sebelumnya, area Lily Pad juga diajak bergoyang dengan irama dikso dari timur Indonesia, Papua. Pengunjung yang hadir musik gubahan DJ/produser Asep Nayak.
Tak mau kalah, jagoan tuan rumah Gangsar, yang merupakan 'evolusi' dari unit psikedelik rock asal Bali, Rollfast juga menghadirkan penampilan menarik. Band yang saat ini sonik musiknya membentang luas dengan pendekatan artistik yang ‘liar’ ini tampil mempresentasikan rupa terbaru mereka dengan apik.
Bicara fenomena musik Asia di peta musik internasional, sepuluh tahun ke belakang cukup menarik. Kita makin familier dengan musisi Asia khususnya wilayah Timur dan Tenggara yang menjadi penampil utama di festival Internasional.
Dari Indonesia, nama-nama seperti Rich Brian, NIKI, dan Warren Hue, menjadi highlight di Coachella. Di arena musik cadas ada Voice of Baceprot yang mencuri perhatian di Wacken Open Air. Di ranah yang lebih eksperimental dan elektronik ada Senyawa dan Gabber Modus Operandi yang wara-wiri di festival internasional.
Gelombang musik Asia dalam skala yang lebih besar di lanskap musik internasional tidak bisa lepas dari Jepang`dan Korea Selatan. Bagaimana Jepang dengan nama-nama seperti L'Arc~en~Ciel, Mono, atau Church of Misery sudah lebih dulu “menginvasi” barat. Yang terkini ada Crossfaith, Crystal Lake, atau di area yang lebih “underground” lagi kita juga familiar dengan Palms atau Gauze yang sering wara-wiri di Eropa dan Amerika
Dominasi Korea Selatan juga tak terbantahkan, fenomena Korean Wave yang mendunia menghadirkan warna baru dengan dua ikon idol group K-Pop terbesar saat ini, BTS dan Black Pink.
Namun, dalam skala yang lebih mikro, panggung Lily Pad Joyland ini bisa jadi wadah untuk melihat penampil dari berbagai negara Asia. Harapan ke depannya, panggung Lily Pad bisa jadi salah satu pilihan utama bagi yang ingin melihat ‘wajah’ musik Asia yang beragam.
Sebagai festival ‘all-age’, sepanjang Caritau.com menghadiri tiga kali perhelatan Joyland, Plainsong tahu betul bagaimana cara 'memperlakukan' penonton. Plainsong juga berhasil menjaga ‘inklusivitas’ genre musik, mereka juga membagi area dengan layout yang menarik dan tidak membingungkan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, Joyland menjadi festival yang ramah anak. Pemilihan venue yang luas membuat penonton cukup nyaman dan tak berdesakan. Area yang luas juga menjadi nilai plus bagi pengunjung dengan anak, lantaran bisa dimanfaatkan untuk mengajak anak-anaknya bermain, atau kalau pun malas, para orang tua bisa membawa anak mereka ke area White Peacock dengan segala ragam aktivitasnya.
Meski disponsori rokok, Joyland nyatanya menjadi salah satu festival yang cukup tegas dengan aturan merokok. Salah satu siasatnya dengan memisahkan area perokok dan booth minuman beralkohol untuk 21+ di area terpisah. Mereka juga menyediakan steward, atau crowd control yang berkeliling untuk memastikan dan menegur penonton yang merokok di luar area merokok.
Joyland Festival Bali 2024 juga tetap mengusung konsep ramah lingkungan dalam penyelenggaraannya. Dari mulai tata artistik panggung, instalasi instalasi dan instalasi seni seluruh area terbuat dari bahan ramah lingkungan yang dihadirkan dengan desain yang menarik.
Penyelenggara juga menerapkan larangan membawa botol plastik sekali pakai ke dalam venue. Para pengunjung diwajibkan membawa tempat minum pribadi karena di dam area festival disediakan banyak water station yang bisa dinikmati secara gratis selama festival berlangsung. (IRFAN NASUTION)
Baca Juga: Chai yang Enerjik hingga Phoenix dengan Set Apik Menutup Gelaran Joyland Bali Festival 2023
joyland festival joyland bali joyland festival bali 2024 kings of convenience james blake mong tong
Warga Tanjung Bunga Makassar Keluhkan Sampah Menum...
Jembatan Pacongkang Bukti Kerja Nyata Andi Sudirma...
Cagub Sulsel 01 Danny Pomanto Dilaporkan ke Bawasl...
Warga Akui Pembangunan Andi Sudirman di Lejja Sopp...
Founder AAS Foundation Andi Amran Sulaiman Serahka...