CARITAU JAKARTA - Isu stunting hingga saat ini menjadi salah satu permasalahan klasik bagi keluarga di Indonesia. Dilansir dari laman resmi Kemkes, Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Lantas, apa saja penyebab stunting? Faktor penyebabnya cukup banyak. Di antaranya, rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.
Bahkan, Ibu yang masa remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.
Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya.
Padahal, faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah adanya infeksi pada ibu, kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, dan hipertensi. Jarak kelahiran anak yang pendek juga berpengaruh pada kondisi ibu dan anak.
Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak Stunting juga dapat disebabkan oleh masalah asupan gizi yang dikonsumsi selama kandungan maupun masa balita.
Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum masa kehamilan, serta masa nifas, terbatasnya layanan kesehatan seperti pelayanan antenatal juga merupakan penyebab stunting.
Dengan banyaknya faktor yang sangat beragam tersebut, dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, membutuhkan intervensi yang paling menentukan yaitu pada 1000 HPK (1000 hari pertama kehidupan.
Beradasarkan data Kemenkes, hasil pengamatan statistik diketahui bahwa status gizi merupakan faktor yang berhubungan dan beresiko terhadap kejadian stunting pada balita.
Stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan menghitung panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus 2 standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO.
Asupan gizi yang tidak adekuat akan mempengaruhi pertumbuhan fisik pada anak. Status gizi pada anak sebagai salah satu tolak ukur dalam penilaian kecukupan asupan gizi harian dan penggunaan zat gizi untuk kebutuhan tubuh.
Jika asupan nutrisi anak terpenuhi dan dapat digunakan seoptimal mungkin maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan menjadi optimal, dan sebaliknya apabila status gizi anak bermasalah maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak hingga dewasa.
Masalah kesehatan anak dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan dikarenakan intake makanan menurun, menurunnya absorbsi zat gizi oleh tubuh yang menyebabkan tubuh kehilalangan zat gizi yang dibutuhakan untuk pertumbuhan dan perkembangan.
Masalah kesehatan yang berlanjut menyebabkan imunitas tubuh mengalami penurunan, sehingga mempermudah terjadinya penyakit atau infeksi. Kondisi yang demikian apabila terjadi secara terus menerus maka dapat menyebabkan gangguan gizi kronik yang akan menyebabkan gangguan pertumbuhan seperti stunting.
“Perlu adanya edukasi kepada calon orang tua dan orang tua untuk melakukan pemantauan terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak balitanya,” kata dr Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep. A, di laman Kemenkes, dikutip Kamis (15/6/2023).
Tiga Upaya Kemenkes Turunkan Stunting
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebutkan ada 3 upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan untuk mencegah stunting di Indonesia. Ketiga intervensi ini, kata Menkes akan dimulai pada wanita sebelum kehamilan.
“Kita ditugaskan menurunkan angka stunting dari 24% ke 14% di tahun 2024. Kita sudah belajar bahwa intervensi atau program yang harus kita lakukan untuk bisa menurunkan stunting, fokus diarahkan bagi wanita sebelum melahirkan,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dikutip daril laman Sehatnegeriku, Kamis (15/6/2023)
“Jadi yang intervensi akan fokus diarahkan pada wanita sebelum melahirkan, baik remaja di kelas 7 keatas dan juga pada saat ibunya hamil itu adalah titik yang paling rawan menyebabkan stunting,” lanjut Menkes.
Menkes menjelaskan upaya pertama pencegahan stunting adalah pemberian TTD bagi para remaja putri. Kegiatan ini telah dimulai dengan menggalakkan Aksi Bergizi di Sekolah dengan 3 paket intervensi yakni pemberian TTD mingguan bagi remaja putri, aktivitas fisik dan konsumsi makanan bergizi seimbang.
“Untuk remaja kita harus pastikan mereka tidak kekurangan gizi dan zat besi, jadi harus ada program untuk memastikan para remaja kita sebelum hamil tidak kekurangan zat besi. Salah satunya dengan pemberian TTD di sekolah-sekolah,” terang Menkes.
Intervensi kedua, dengan pemberian TTD, pemeriksaan kehamilan dan pemberian makanan tambahan pada ibu hamil.
“Gizi dan zat besi pada ibu hamil harus tercukupi. Programnya adalah kita kasih makan yang cukup, untuk melaksanakan ini kita butuh bantuan Pemda. Kita juga memberikan USG ke seluruh puskesmas, kita wajibkan ibu-ibu datang minimal 6 kali selama 9 bulan, untuk melihat perkembangan janinnnya cukup atau tidak. kalau tidak kita bisa segera lakukan intervensi,” terang Menkes.
Upaya ketiga, lanjut Menkes, dengan pemberian makanan tambahan berupa protein hewani pada anak usia 6-24 bulan. Dikatakan Menkes, protein hewani ini tidak perlu yang mahal. Ada banyak sumber protein hewani yang harganya terjangkau dan bisa didapatkan di sekitar kita.
“Yang paling penting menurunkan stunting dengan menambahkan protein hewani seperti telur, ikan, ayam, daging dan susu. Terserah di masing-masing daerah yang tersedianya, yang penting protein hewani,” ujar Menkes. (IRN)
Baca Juga: Operasi Militer Israel Terus Berlanjut, PBB Catat Tingkat Malnutrisi Gaza Terburuk di Dunia
Baca Juga: Menkes Angkat Bicara Terkait Program Makan Siang Gratis
stunting kekurangan gizi gizi anak gizi buruk menkes kementerian kesehatan budi gunadi sadikin
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...