CARITAU JAKARTA - Julukan Gemoy untuk Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto membawa dampak positif elektoral. Hal itu diketahui dari hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei, Lingkaran Survei Indonesia (LSI), dimana hasil survei menunjukan peningkatan dukungan dari kaum milenial.
Gemoy merupakan plesetan dari kata gemes, atau menggemaskan, perilaku yang lucu, yang imut- imut, yang humoris, tapi membuat orang suka.
Baca Juga: Kampanye Ganjar-Mahfud di Cibinong
"Survei LSI Denny JA baru saja selesai untuk bulan November 2023. Data menunjukkan peningkatan dukungan kepada Prabowo dari kalangan milenial. Yaitu pemilih muda yang lahir setelah tahun 1982," kata Pendiri LSI, Denny Januar Ali (Denny JA) dikutip, Jumat (17/11/2023).
Di bulan Oktober 2023, ungkapnya, kalangan milenial sebanyak 36,9% mendukung Prabowo. Tapi sejalan dengan semakin populernya istilah gemoy, di bulan November 2023, kalangan milenial yang mendukung Prabowo meningkat menjadi 41,6%.
"Populernya kata gemoy ini sendiri memberikan efek elektoral yang signifikan kepada Prabowo. Atau semakin populernya julukan gemoy untuk Prabowo itu cerminan semakin Prabowo disukai, terutama di kalangan mienial," ujarnya.
Dia menegaskan, ada tiga hal penyebab mengapa julukan gemoy itu positif buat Prabowo. Pertama, kata gemoy itu memberikan citra baru kepada Prabowo.
Menurutnya, Prabowo dianggap sebagai tokoh yang rileks saja, yang penuh humor. Bahkan menanggapi hal-hal yang negatif keras sekali kepadanya, respon Prabowo menenangkan.
"Kesan ini sangat berbeda dengan citranya di masa silam. Dulu Prabowo dianggap angker, sangat tegang dan emosional," ucapnya.
"Mengapa terjadi perubahan citra itu? Ujar Prabowo dengan jenaka, ia dua kali sudah dikalahkan di pemilu presiden. Karena itu ia mengubah penampilannya menjadi lebih rileks. Semua ia anggap keluarga dan teman," sambung Denny JA.
Kedua, lanjut Denny JA, gemoy ini sebagai sebuah kata baru sangat populer di kalangan milenial. Ini memang bahasa anak- anak muda. Dua tahuh ini memang ada beberapa kata baru yang menjadi kata pergaulan. Gemoy salah satunya.
Terutama di kalangan pemain TikTok, atau TikTokers, kata gemoy itu diucapkan untuk mereka yang dianggap menggemaskan, lucu. Ini kata yang diberikan kepada orang-orang yang mereka suka, yang disayangi.
"Ketiga, kata gemoy ini juga membangkitkan kreativitas bertutur. Sekarang banyak ucapan yang menyertai kata gemoy itu," imbuhnya.
Kemana pun Prabowo pergi, jelas Denny JA, maka relawan dan publik yang hadir meneriakkan kata gemoy dengan berbagai redaksi yang berbeda. Salah satu yang populer sekarang ini adalah: Apakah boleh presiden segemoy ini?
Meski Pilpres masih 3 bulan lagi, ungkap Denny JA, namun kata gemoy menjadi branding baru yang organik dan viral. Jelaslah ini menguntungkan Prabowo jika ia tetap menampilkan citranya yang segemoy itu, yang rileks saja, yang humoris, yang akrab, menganggap semua kawan dan keluarga.
"Pilpres kali ini lebih semarak, lebih humoris, karena juga mempopulerkan sebuah kosa kata baru, yang mungkin pada waktunya akan menjadi kata resmi di kamus bahasa Indonesia," tandasnya. (DID)
Baca Juga: Jokowi Ajak Prabowo Makan Bakso di Magelang, Ada Apa?
prabowo subianto julukan gemoy survei lsi elektabilitas capres pilpres 2024 pemilu 2024
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...