CARITAU JAKARTA - Belum reda tensi dua negara adidaya China dan Amerika Serikat usai peristiwa balon mata-mata, kali ini China kembali dibikin meradang dengan pernyataan Amerika Serikat.
Kali ini, FBI kembali mengeluarkan pernyataan terkait China. FBI masih meyakini asal muasal COVID-19 berasal dari kebocoran laboratorium di kota Wuhan di China.
Meskipun, hingga saat ini masih belum ada studi ataupun investigasi resmi yang menyebutkan dari mana asal usul COVID-19 yang memicu pandemi dan kejadian luar biasa (KLB) di dunia termasuk di Indonesia.
"FBI sudah cukup lama menilai bahwa asal-usul pandemi kemungkinan besar merupakan potensi insiden laboratorium di Wuhan," kata Direktur FBI, Christopher Wray, dikutip dari Reuters, Kamis (2/3).
Baca Juga: Iran Sebut Bantuan AS ke Gaza Sebuah 'Pertunjukan yang Konyol'
Ia menuding Pemerintah China telah melakukan yang terbaik untuk menggagalkan dan mengaburkan upaya AS untuk mempelajari lebih lanjut tentang asal usul COVID-19.
Baca juga: TikTok Dilarang di Amerika Serikat, China: Negara Adidaya yang Penakut
Merespons tudingan tersebut China merasa geram. China menganggap pernyataan Wray tidak memiliki dasar. Mereka menentang segala bentuk manipulasi politik.
"Berdasarkan rekam jejak penipuan dan penipuan komunitas intelijen AS yang buruk, kesimpulan yang mereka buat tidak memiliki kredibilitas sama sekali," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dilansir dari Xinhua.
"Kami mendesak pihak AS untuk menghormati sains dan fakta," lanjut Ning.
Virus corona pertama kali diidentifikasi di Wuhan pada Desember 2019. Virus ini akhirnya menyebar ke seluruh dunia dan membunuh hampir 7 juta orang.
Ketegangan Meningkat Usai Tuduhan Kasus Balon Mata-Mata
Diberitakan sebelumnya, Unit militer China disebut terlibat dan bertanggung jawab atas perang di udara dan siber dalam operasi balon yang terbang di atas wilayah udara Amerika Serikat (AS). Hal tersebut diungkapkan sejumlah sumber di China, setelah sebelumnya balon udara tersebut ditembak jatuh oleh tentara AS
Beijing sejauh ini menyatakan pesawat itu digunakan untuk penelitian cuaca sipil. Tapi militer China tidak memberitahu Kementerian Luar Negeri mereka mengenai masuknya pesawat itu ke wilayah udara AS.
Kondisi tersebut membuat Presiden Xi Jinping menyerukan adanya peningkatan komunikasi di antara pihak terkait, kata sumber tersebut. Balon pengintai tersebut dikembangkan oleh unit penelitian teknologi luar angkasa di bawah Akademi Ilmu Pengetahuan China yang berafiliasi dengan pemerintah.
Balon dirancang untuk digunakan baik untuk keperluan militer maupun sipil, tetapi unit tersebut secara efektif dipimpin oleh militer, kata sumber tersebut. Unit itu juga menerbangkan balon mata-mata ke seluruh dunia, termasuk wilayah udara di atas Selat Taiwan dan Laut China Selatan, menurut sumber itu. (IRN)
Baca Juga: Amerika Serikat Sebut Hamas Masih Miliki Kekuatan Signifikan di Palestina
fbi china wuhan laboratorium pandemi covid amerika serikat balon mata-mata
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...