CARITAU JAKARTA - Dampak resesi seks di negara Jepang kian mengkhawatirkan. Teranyar, menurut studi oleh Think Tank Independen Recruit Work Institute, Negeri Sakura itu bakal kekurangan 11 juta pekerja pada tahun 2040 mendatang.
Hal tersebut disebabkan oleh tantangan ekonomi yang dihadapi dan populasinya menua dengan cepat. Riset tersebut juga menunjukkan, bahwa pasokan pekerja diperkirakan menyusut sekitar 12% pada 2040 dari 2022, bahkan ketika permintaan tenaga kerja tetap stabil.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 7,5 dan 6,6 Guncang Taiwan, Jepang Peringatkan Tsunami
Perdana Menteri Fumio Kishida telah menjadikan penurunan angka kelahiran di Jepang sebagai prioritas bagi pemerintahnya, karena ia memperingatkan keruntuhan masyarakat karena jumlah bayi yang lahir mencapai titik terendah baru.
Menurut laporan Japan Times, Fumio Kishida juga telah menjanjikan sekitar ¥1 triliun ($7,6 miliar) untuk melatih pekerja untuk pekerjaan dengan keterampilan tinggi dalam lima tahun ke depan.
Baca juga: Resesi Seks Landa Jepang, Hampir Separuh Lajang Tak Tertarik Punya Anak
Namun, negara berpenduduk 126 juta jiwa ini sudah mulai merasakan tekanan, dengan populasi usia kerja diperkirakan akan menyusut sebesar 20% dari tahun 2020 menjadi 59,8 juta pada tahun 2040.
Kishida sudah mencari cara untuk mengatasi kekurangan serius pengemudi truk yang diharapkan tahun depan. Studi ini juga memperingatkan kekurangan cenderung menjadi akut di sektor padat karya seperti transportasi dan konstruksi, serta perawatan kesehatan karena meningkatnya permintaan dari populasi yang menua.
Kemerosotan relatif ekonomi global Jepang dan krisis penuaan serupa di seluruh dunia berarti bahwa meningkatkan imigrasi bukanlah solusi yang paling layak dalam jangka panjang, kata studi yang dipimpin oleh kepala peneliti Shoto Furuya.
Baca juga: Digempur Fenomena Childfree dan Resesi Seks, Fertility Rate di Indonesia Masih Tembus 2,1%
Sebuah penelitian sebelumnya oleh Value Management Institute mengatakan Jepang membutuhkan 6,74 juta pekerja asing pada tahun 2040, atau hampir empat kali lipat dari jumlah yang dibutuhkan pada tahun 2020, untuk mencapai pertumbuhan tahunan rata-rata sekitar 1,24%.
Kesenjangan pedesaan-perkotaan Jepang kemungkinan akan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu juga, studi tersebut menemukan, dengan semua prefektur negara kecuali Tokyo menghadapi kekurangan tenaga kerja pada tahun 2040. Prefektur Kyoto akan kekurangan sekitar 39% pekerja yang dibutuhkannya, sedangkan wilayah utara pulau Hokkaido akan mengalami tingkat kekurangan hampir 32%.
Laporan tersebut juga memperingatkan bahwa estimasi mereka relatif konservatif, karena model tersebut mengasumsikan hampir tidak ada pertumbuhan ekonomi. Artinya, setiap peningkatan aktivitas ekonomi yang signifikan akan membuat kelangkaan semakin parah. (RMA)
Baca Juga: Ilmuwan Jepang Berhasil Biakkan Babi untuk Kebutuhan Transplantasi Organ Manusia
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...