CARITAU WASHINGTON - Badan Pusat Intelijen Amerika Serikat atau CIA menjelaskan ketidaksenangan AS soal rencana rekonsialisasi Arab Saudi dengan Iran.
Amerika Serikat merasa telah diserang dari belakang, karena Saudi adalah sekutu dekatnya, sedangkan Iran tidak lain adalah musuh terbesar Washington di Timur Tengah.
Baca Juga: Meski Sudah Diputuskan ICJ, Amerika Serikat Sebut Tuduhan Genosida Israel Tak Berdasar
Menurut The Wall Street Journal, sebagaimana diberitakan Middle East Monitor, Direktur CIA Bill Burns mengatakan kepada Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman selama kunjungannya bahwa AS merasa dikhianati oleh pemulihan hubungan Saudi-Iran.
Diketahui, pihak Riyadh dan Teheran bulan lalu setuju untuk membangun kembali hubungan diplomatik penuh, setelah sekitar delapan tahun putus hubungan. Keputusan ini dinilai sebagai pukulan terhadap hegemoni AS di Timur Tengah dan dunia secara luas.
Ada juga indikasi bahwa Arab Saudi sedang bersiap untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Suriah Bashar al-Assad, yang juga akan bertentangan dengan sikap kebijakan luar negeri utama Amerika di wilayah tersebut.
Perhatian utama Direktur CIA dan pemerintah AS, menurut laporan tersebut, adalah bahwa Washington merasa frustrasi karena tidak dilibatkan dalam perkembangan regional dan akibatnya merasa dikesampingkan.
Surat kabar itu juga melaporkan bahwa seorang pejabat AS mengonfirmasi bahwa Burns terutama membahas kerja sama intelijen dan kontraterorisme dengan pejabat Saudi. (RMA)
Baca Juga: China Protes AS Komentari Hasil Pemilu Taiwan
Bimbingan Manasik Haji di Semarang
Dosen UTM Jakarta Gelar Pelatihan untuk Tingkatkan...
Kampanye Mural Anti Perundungan
Menhub Kunjungi Rumah Duka Siswa STIP Jakarta di B...
Buntut Meninggalnya Taruna STIP, Menhub Pastikan P...