CARITAU JAKARTA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan jika anak-anak yang tumbuh di DKI Jakarta belum bisa dinyatakan bebas dari bahaya stunting, karena kasus tersebut masih terus ditemukan.
“Bisa dibayangkan kalau stunting-nya 14%. Berarti masih ada sekitar 110 ribu balita stunting di DKI Jakarta. Wajar kalau di Pejaten masih ada 19 anak gizi buruk,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo di Jakarta, Kamis (12/1/2023).
Hasto membeberkan dalam data yang dimiliki BKKBN, DKI Jakarta setidaknya memiliki sekitar 790 ribu balita. Namun, angka prevalensinya sampai hari ini masih menyentuh 14% atau sekitar 110 ribu balita menderita stunting.
Baca Juga: Kepala BKKBN: Lebih Penting Prakonsepsi Ketimbang ‘Pre-wedding’
Penemuan tersebut diketahui berdasarkan hasil identifikasi petugas kelurahan dan Puskesmas di Pejaten Barat pada September 2022. Menurut Hasto, adanya temuan kasus stunting itu merupakan hal wajar, karena semua provinsi masih berjuang menekan stunting.
Ia mengatakan, dilansir dari Antara, prevalensi stunting di DKI Jakarta masih dikatakan cukup baik. Sebab, tidak termasuk dalam kategori tinggi, seperti Sulawesi Barat, NTT, NTB, Papua, atau Aceh.
Terkait temuan 19 anak stunting di Jakarta tersebut, Hasto menyatakan akan segera menemui Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono untuk memberikan pendampingan pada keluarga yang bersangkutan.
“Saya akan komunikasikan dengan Gubernur. Selama ini DKI Jakarta tidak mengikuti sistem pendataan BKKBN. Di luar DKI ada data keluarga risiko tinggi stunting, saya kira sistem di DKI akan mengatur itu, tapi khusus DKI punya data sendiri berbasis carik Jakarta,” katanya.
Ia berpendapat bahwa Program Bapak Asuh Anak Stunting (BAAS), juga bisa membantu mencegah anak terkena stunting di wilayah DKI Jakarta, dimana para donatur bisa memberikan bantuan untuk melakukan intervensi gizi kepada anak berisiko stunting.
Nantinya, Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dan Satgas Stunting, akan menerima dan mengatur serta memadupadankan data anak berisiko stunting di daerah tersebut agar bisa mendapat bantuan dan pendampingan.
“Di Jakarta banyak pengusaha, banyak orang yang hidup berkecukupan. Harapan saya program BAAS bisa sukses di DKI Jakarta dan akan cepat menurunkan stunting serta kemiskinan ekstrem,” ujarnya. (IRN)
Baca Juga: BKKBN: Pendidikan Semakin Tinggi Salah Satu Sebab Usia Menikah Mundur
bkkbn anak-anak stunting gizi buruk dki jakrta prevalensi stunting program bapak asuh anak stunting
Aksi Bersih Pantai di Sukabumi
Pelestarian Tradisi Ngubek Empang di Depok
Jusuf Kalla Bersaksi Dalam Sidang Korupsi LNG
Pemain Ganda Putri Ribka Sugiarto Mundur dari Pela...
Siswa SD Menumpang Belajar di sekolah lain