CARITAU JAKARTA – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) membeberkan sejumlah temuan awal pada tragedi kemanusiaan di Stadion Kanjuruhan Malang 1 Oktober lalu.
Sebelumnya, Komnas HAM telah melakukan serangkaian pemantauan dan penyelidikan atas kasus kelam di dunia pesepakbolaan nasional itu yang dilaksanakan pada 2-10 Oktober 2022.
Baca Juga: PSSI Tunjuk Nova Arianto Sebagai Pelatih Timnas Indonesia U-16
"Kami telah memintai keterangan kepada sejumlah pihak, seperti pihak kepolisian, panitia pelaksana, Bupati Malang, BPBD Malang, pihak rumah sakit dan lain-lain," kata Komisioner Komnas HAM, Beka Ulung Hapsara di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Dalam mengumpulkan informasi, Komnas HAM mendapatkan beberapa temuan seperti data korban, barang bukti berupa gas air mata, dokumen dari pihak pelaksana hingga video-video yang dikumpulkan Komnas HAM.
"Kami menghimpun banyak video, bahkan yang belum pernah dipublikasikan di media sosial. Bahkan kami mendapatkan tabung gas air mata yang saat ini tengah diperiksa di laboratorium," terang dia.
Sementara itu, Muhammad Choirul Anam menegaskan 20 menit awal pasca pertandingan, kondisi di Kanjuruhan masih kondusif. Awalnya para suporter turun ke lapangan untuk memberi support kepada pemain Arema FC yang baru saja menerima kekalahan atas Persebaya Surabaya.
"Kami tetap teguh kepada penjelasan kami sebelumnya, bahwa penyebab kerusuhan ini bermula karena penembakkan gas air mata oleh pihak kepolisian," tegas dia.
Diterangkan lebih lanjut, penembakan gas air mata tersebut dilakukan oleh Brimob dan satuan aparat keamanan lainnya.
Anam menyatakan, gas air mata yang ditembakan ke arah tribune penonton bikin kerumunan massa panik.
Komnas HAM juga menemukan sebuah fakta yang selama ini tidak diketahui publik, yakni pintu di tribun 11-14 sejatinya terbuka.
"Pintu tribun 13 yang ramai disoroti karena pintu tribunnya tertutup. Faktanya pintu tersebut terbuka meskipun sedikit. Ini kami peroleh lewat video eksklusif yang kami peroleh tadi," tandasnya.
Selanjutnya, ketika kepanikan datang, kata Choirul, suporter hanya melemparkan sepatu ke lapangan. "Ini merupakan tindakan cepat dari suporter untuk merespon kepanikan yang ada saat penembakan gas air mata," imbuhnya.
Terkait Miras di dalam stadion, Komnas HAM juga mencari fakta-fakta tersebut. Namun, hasilnya masih menunggu laporan lebih lanjut yang bakal diumumkan dengan segera.
Selain penemuan tadi, Komnas HAM juga menghimpun fakta seperti polemik jam pertandingan, jumlah tiket pertandingan dan lain-lain. Sehingga pihaknya bakal menghimbau PSSI, PT LIB maupun pihak broadcaster secepat mungkin.
"Kami mempunyai sejumlah dokumen-dokumen penting tadi. Dan sedang ditelaah lebih lanjut seminggu ke depan ini. Semoga laporan bisa cepat final dan rampung," pungkasnya.
Seperti yang diketahui, sejumlah pihak juga telah melakukan hasil investigasi soal Tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan 132 korban jiwa itu.
Seperti halnya pemerintah yang telah membentuk Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dikomandoi Mahfud MD.
Sedangkan di kubu PSSI, mereka juga telah membentuk tim investigasi dan membeberkan sejumlah hasil.
Namun hingga kini, publik kesannya masih disuguhkan berbagai temuan yang belum memuaskan dan saling bertolak belakang, sehingga penyelesaian kasus ini menunggu keputusan terbaik dari sejumlah temuan fakta beberapa pihak berwenang tersebut. (RMA)
Baca Juga: Piala Asia 2023: Ditaklukkan Jepang 3-1, Indonesia Terancam Gagal Lolos ke Babak Selanjutnya
tragedi kanjuruhan fakta tragedi kanjuruhan temuan komnas ham tgipf pssi
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024