CARITAU JAKARTA - Batik karya 'emak-emak' di Marunda, Jakarta Utara dipamerkan di Senayan City, Senin (23/9/2024). Berkolaborasi dengan Yayasan Merek Nusantara, Batik Marunda mampu memukau penonton dalam gelaran Fashion Show di Main Atrium lantai 1, Senayan City.
Diharapkan dengan digelarnya acara bertajuk 'Lukisan Cerita Wajah Jakarta' mampu mendukung pemberdayaan perempuan yang tinggal di Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Marunda. Bahkan melestarikan keberadaan batik Marunda yang telah menjadi batik khas kota Jakarta.
Cerita Batik Marunda berawal di tahun 2014 atas inisiatif Ibu Iriana Joko Widodo, yang ketika itu sebagai istri Gubernur DKI Jakarta, menugaskan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) DKI.
"Ibu Iriana menugaskan Dekranasda DKI Jakarta yang diketuai lbu Veronica Tan untuk memberikan program pemberdayaan anggota keluarga yang direlokasi dari kawasan kumuh ke rumah susun Marunda di Jakarta Utara," cerita Irma G. Sinurat, selaku Pembina Batik Marunda, Senin (23/9/2024).
Dekranasda DKI kemudian memberi pelatihan membatik tulis di rumah susun Marunda dan Dharma Wanita Persatuan Provinsi DKI Jakarta. Tak cuma itu, kata Irma, Dekranasda DKI juga menjadi pendamping ibu-ibu rusun Marunda pada tahap mereka memulai dan memasarkan produksinya.
Dekranasda DKI menugaskan untuk membuat pemberdayaan perempuan di rusun dan mencari CSR. Pada batch pertama pelatihan ada sekitar 100 orang yang ikut, namun yang bertahan hanya dua orang.
"Sekarang hanya terdapat 12 orang pebatik di Batik Marunda, hanya 10 persen dari tiga kali pelatihan. Buka lagi di Rusun Rawa Bebek ada 8 sampe 9 orang. Di Pesakih melatih sulam karena buat sulam saja susah dijual," ungkap Irma.
Proses pengerjaan Batik Marunda pun tersebar di tiga rusun tersebut. Batuk ini menghadirkan motif yang khas dengan tahapan satu rusun mencanting, pencelupan di Marunda, dan tahap finishing dilakukan di Pesakih.
Di Rusun Marunda sendiri terdapat 30 kepala keluarga dengan 11 ribu orang. Rusun bagian atas sebagai tempat tinggal dan di bawah untuk kegiatan pemberdayaan kegiatan termasuk membatik.
Dijelaskan Irma, motif batik Marunda berbeda batik Betawi. Jika batik Betawi kebanyakan mengangkat ikon-ikon Jakarta seperti Monas dan ondel-ondel, batik Marunda mengangkat flora dan fauna yang ada di ibu kota. "Motif batik dibuat lebih besar ketimbang motif batik yang banyak beredar di Jawa, dengan gaya yang lebih kekinian," jelasnya.
Dirinya pun mencontohkan motif teratai dari Lebak Bulus yang terdiri dari bunga teratai dan kura-kura atau bulus. Ada pula motif bunga bandotan di Taman Menteng yang terinspirasi dari bunga liar yang tumbuh dengan warna-warni di pinggir jalan.
"Begitu juga motif perkampungan, yang menggambarkan kondisi perkampungan di kawasan Kampung Rorotan," pungkasnya.
Pendistribusian Batik Marunda pun dilakukan lewat beberapa cara mulai dari Alun-Alun Indonesia, Kunstkring. Batik Marunda juga punya galeri kecil di Lebak Bulus, Taman SPBU. Batik Marunda juga ikut serta dalam ragam pameran dan dijual secara online di akun Instagram dan website Batik Marunda. (DID)
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...