CARITAU BUENOS AIRES - Argentina dan China resmikan perluasan kesepakatan swap atau pertukaran mata uang, yang memungkinkan negara Amerika Selatan itu untuk meningkatkan cadangan mata uang asingnya yang terkuras, menurut bank sentral Argentina pada Minggu (8/1/2023).
Pemerintah Argentina perlu membangun kembali cadangan untuk menutupi biaya perdagangan dan pembayaran utang di masa depan, dan lebih banyak cadangan merupakan tujuan utama kesepakatan utang besar dengan Dana Moneter Internasional (IMF).
Presiden Alberto Fernandez mengumumkan kesepakatan itu pada November tahun lalu dan mengatakan pada saat itu nilainya USD5 miliar .
Kepala bank sentral Argentina dan China menyatakan "Mengonfirmasi bahwa kesepakatan pertukaran mata uang antara kedua institusi telah diaktifkan dan berkomitmen untuk memperdalam penggunaan (yuan China) di pasar Argentina," kata perwakilan bank sentral dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Xinhua, Senin (9/1/2023).
China adalah mitra dagang terbesar kedua Argentina, setelah Brasil, dan tujuan terpenting kedua untuk ekspor Argentina.
"Swap terdiri dari pertukaran mata uang untuk penguatan cadangan internasional 130 miliar yuan dan aktivasi khusus 35 miliar yuan untuk mengkompensasi operasi di pasar valuta asing," kata pernyataan itu.
Diberitakan sebelumnya, Laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang pada 2004 menyebut Argentina mengalami salah satu krisis ekonomi terburuk pada 2001-2002, sebagaimana dilansir dari laman resmi IMF
Inflasi melonjak, pemerintah Argentina gagal membayar utang, sebagian besar sistem perbankan lumpuh, dan peso Argentina yang dulunya dipatok setara dengan dolar AS mencapai posisi terendah pada Juni 2022.
Krisis Argentina bermula dari kombinasi kerapuhan dalam neraca pembayaran dan ketidakmampuan untuk menyusun respons kebijakan yang efektif. Krisis ekonimi tersebut berlanjut hingga pemerintah Argentina mengajukan pinjaman USD50 miliar atau Rp720 triliun ke IMF pada 2018.
Meski demikian, pada tahun ini Argentina mengungkapkan tak bisa membayar utang ke IMF sebesar USD45 miliar atau Rp648 triliun. Pemerintah mengaku tak memiliki dana untuk membayarnya.
Akibat terpuruknya negara itu, ribuan warga Argentina berunjuk rasa. Mereka menuntut tindakan untuk melawan inflasi yang tinggi dan meminta bantuan untuk orang miskin negara itu. (IRN)
argentina china imf kebijakan moneter inflasi utang negar krisis ekonomi
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...