CARITAU JAKARTA - Kasus tewasnya satu keluarga di Perumahan Citra Garden Satu Extention, Kalideres Jakarta Barat, masih menyisakan misteri. Bahkan latar belakang kematian sampai saat ini masih mengundang polemik.
Pihak kepolisian menduga kematian diakibatkan karena kelaparan. Dari keterangan dokter forensik, hasil otopsi menyatakan tidak ditemukan makanan di dalam lambung korban.
Baca Juga: Sempat Diamankan di Jalan, Polsek Tambora Sebut Saipul Jamil Negatif Narkoba
Meski demikian, Kapolsek Kalideres, AKP Syafri Wasdar menyebut, dasar yang diberikan dokter forensik belum tentu menjadi penyebab kematiannya. "Kemarin yahh disampaikan sisa atau bekas makanan itu keterangan sementara tapi belum tentu menjadi penyebab kematian," kata Syarif.
Berbeda dengan pihak kepolisian, Wali Kota Jakarta Barat, Yani Wahyu Purwoko mempertanyakan hasil forensik, yang menyebut kematian satu keluarga di Kalideres diakibatkan kelaparan. Dirinya mencurigai kematian satu keluarga di Kalideres bukan karena kelaparan, akan tetapi depresi.
Hal ini, dibuktikan dari informasi dan koordinasi ke Camat Kalideres perihal kematian satu keluarga di Citra Garden 1, Kalideres, Jakarta Barat. Keterangan Camat, lanjut Yani, diketahui keluarga itu sempat membeli mobil dan kulkas.
"Informasinya sempat membeli mobil dan kulkas, karena itu patut dicurigai mereka yang tewas tidak karena kelaparan, saya masih harus berkoordinasi dengan berbagai pihak yang berwajib," ujar Yani.
Sementara Ahli Kriminolog Andrianus Meliala mengatakan, jika hasil autopsi yang menyebut jenazah dalam kondisi lama tanpa asupan makanan, dirinya berasumsi, ke-4 orang dalam satu keluarga tersebut sengaja kelaparan.
Andrianus menduga, satu keluarga tersebut menganut paham Apokaliptik.
"Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem," ungkap Adrianus.
Meski demikian, sambung Andrianus, secara praktik kesengajaan melaparkan diri hingga meninggal itu sangat sulit.
Hanya saja, bila melihat kasus tersebut, kata Andrianus, kematian keempat anggota keluarga itu disebut karena kelaparan dan tidak mampu membeli makanan, justru sangat tidak mungkin. Terlebih, keluarga itu tidak tergolong masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Dengan alasan itulah, ungkap Andrianus, paham Apokaliptik bisa menjadi dasar tindakan mereka. Menurutnya, kasus berlatar belakang paham Apokaliptik sudah ada di beberapa negara oleh beberapa kelompok.
"Mungkin ini konsepsi silih, yakni membuat diri menderita demi suatu kenikmatan di kemudian hari," tutur Andrianus.
Apa Itu Apokaliptik ?
Kata apokaliptik adalah menyingkap dalam bahasa Yunani. Dalam ilmu teologi, kata itu artinya adalah keseluruhan pikiran-pikiran, angan-angan, dan bayang-bayang yang menonjol dalam beberapa tulisan Yahudi dari tahun 300 - 100 SM.
Ajaran ini diketahui memiliki nama-nama samaran, simbol-simbol angka, bahasa sandi hingga ilmu kemalaikatan. Melansir buku 'Dari Aleksander Agung Sampai Bar Kokhba' karya Prof Dr H Jagersma gerakan apokaliptik banyak muncul dalam masa penindasan dan penghambatan.
Apokaliptik memberikan keberanian dengan menggaris bawahi semua kekuasaan, termasuk negara-negara terbesar di dunia, tak akan bertahan dan akhirnya nanti kerajaan Allah, zaman keselamatan akan datang.
Hanya saja, berdasarkan buku 'Kepemimpinan Apostolat Rasul' karya Wendy Sepmady Hutahaean ajaran apokaliptik (pewahyuan) banyak yang melenceng dari ajaran Tuhan Yesus.
Paham Apokaliptik merupakan keyakinan seseorang atau sekelompok orang untuk menghadapi kehancuran dunia atau hari kiamat. Persepsi soal kiamat memang diajarkan oleh keyakinan agama abrahamik, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam.
Namun dari setiap tiga keyakinan agama soal kiamat, didasarkan pada tanda-tanda besar sebelum datangnya kiamat.
Keyakinan tiga agama utama juga memposisikan waktu dan kepastian kiamat atau kehancuran dunia tidak ada yang mengetahui pastinya.
Namun, kebanyakan kelompok yang memahami Apokaliptik ini, yang biasanya disebut sekte, meyakini sesuatu ramalan yang di luar keyakinan mainstream ketiga agama besar tadi.
Seperti yang ramai diperbincangkan pada tahun 2012, dengan menyandarkan pada keyakinan kalender suku Maya. Walaupun saat itu, tidak ada kasus bunuh diri. Namun, momentum itu jadi rujukan bagi pengikut Apokaliptik lain.
Kejadian di Springville, Utah, Amerika Serikat pada 2014, misalnya. Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan ketiga anaknya tewas dengan jasad yang mengeras terbaring di kamar tidur.
Hal ini disebabkan aksi bunuh diri oleh orang tuanya, karena tidak ditemukan tanda kekerasan di jasad ketiga anak tersebut. Dalam investigasi kepolisian ditemukan korban tewas dikarenakan meminum cairan kimia dengan campuran obat keras seperti heroin dan metadone.
Kejadian bunuh diri terkait keyakinan Apokaliptik, yang cukup menghebohkan terjadi juga di Amerika Serikat pada 1997. Kelompok sekte Apokaliptik bernama Heaven's Gate yang dipimpin oleh Marshall Applewhite, menggerakkan bunuh diri massal terbesar dalam sejarah AS.
Di mana 39 orang tewas dalam proses bunuh diri di sebuah rumah dalam waktu tiga hari. Mereka seolah menunggu keyakinan Apokaliptik mereka terjadi, termasuk salah satu yang tewas pemimpin sekte ini, Applewhite. (DID)
Baca Juga: Tipu Caleg DPRD DKI, Wanita Ini Bawa Kabur Uang Kampanye Caleg DPR RI Rp200 Juta
satu keluarga tewas kalideres jakarta barat kriminolog paham apokaliptik
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...