CARITAU JAKARTA - United Nations Children's Fund (UNICEF) Indonesia mengatakan, 70% air minum dalam rumah tangga di Indonesia tercemar limbah tinja. Hal tersebut disampaikan oleh Wash Spesialis UNICEF Indonesia, Maraita Listyasari, yang mendorong perlu perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Bicara ini agak menyedihkan karena benar, datanya dari Kemenkes. Menyatakan bahwa air dari rumah tangga hampir 70% tercemar limbah tinja," kata Maraita dalam jumpa pers, Rabu (19/10/2022).
Hal tersebut merujuk pada data Studi Kualitas Air Minum Rumah Tangga 2020 yang dilakukan Kemenkes. Dalam studi tersebut, dikatakan hampir 70% dari 20.000 sumber air minum rumah tangga yang diuji di Indonesia tercemar limbah tinja.
Hal tersebut juga menyebabkan penyebaran penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian balita. Masih dalam studi yang sama, 7 dari 10 rumah tangga Indonesia mengonsumsi air minum yang terkontaminasi e-coli.
Baca juga : Was-was Penyakit Gagal Ginjal Akut, Ini Tips Berikan Obat Aman untuk Anak
Baca Juga: Hadiri KTT ke-43 ASEAN, Ini Pesan Choi Siwon untuk Para Pemimpin ASEAN
Indonesia sendiri telah mencapai kemajuan yang signifikan dalam meningkatkan mutu sanitasi dasar. Tetapi, angka rumah tangga yang memiliki sarana toilet dengan sambungan tangki septik yang tertutup dan yang rutin membersihkan tangkinya minimal satu kali dalam lima tahun adalah kurang dari 8%. Akibatnya, limbah tinja tidak terkelola dengan baik sehingga mencemari lingkungan dan sumber air sekitar.
Meski air tercemar, Maraita mengatakan ada upaya selain PHBS sebagai langkah meminimalisir terjadinya sebuah penyakit, yakni rutin melakukan penyedotan septic tank (WC) sebanyak 3-5 kali setiap tahunnya.
Selanjutnya, memasang WC yang benar atau terhubung dengan sistem pipa, di mana penyakit bisa menyebar melalui manusia, atau adanya tanah atau lahan yang tercemar.
"Untuk meminimalisasi terjadinya penyakit, pastikan toilet di rumah terhubung dengan sistem perpipaan atau WC. Kemudian, sedot 3-5 kali setahun dan jangan tunggu sampai penuh," tegas dia.
"Virus bakteri bisa lewat mana saja, kalau sanitasi tidak dikelola dengan baik, maka pencemaran bisa terjadi di mana pun. WHO menunjukkan alur penyakit ini bisa masuk ke tubuh manusia, dari jari, lalat yang hinggap di makanan, lahan atau tanah, cairan dan makanan," terangnya.
Sehubungan dengan masih adanya virus Corona, maka Maraita mengimbau masyarakat tetap menerapkan PHBS dan protokol kesehatan (Prokes).
"Saat Covid-19, perilaku PHBS meningkat, maka perlu ditingkatkan lagi dengan cuci tangan di air yang mengalir. Kemudian, mencuci tangan dengan bersih, serta membersihkan kamar mandi dan toilet," imbuh Maraita. (IRN)
skamrt 2020 unicef kemkes pencemaran air limbah tinja pencemaran air minum rumah tangga tinja
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024