CARITAU JAKARTA - Wacana duet Prabowo Subianto-Ganjar Pranowo pekan ini ramai menjadi sorotan publik. Sebab, isu itu muncul secara spontan bagaikan ditimpa bongkahan batu dari gunung es. Sejumlah pihak menilai, wacana duet Prabowo- Ganjar bisa saja dapat terwujud. Namun ada juga yang menilai wacana itu sulit terwujud lantaran kedua partai di belakang sosok itu berbeda pandangan politik.
Isu itu muncul ditengarai tak lama saat resminya Partai Demokrat pada pekan ini menyatakan bergabung bersama dengan Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo jadi Bakal Calon Presiden (Bacapres) di kontestasi Pemilu 2024.
Baca Juga: Rekapitulasi Perolehan Suara Pemilu Tingkat Jabar
Selain itu, munculnya isu wacana duet Prabowo-Ganjar tersebut ditengarai buntut pernyataan yang telah disampaikan oleh Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jazilul Fawaid, yang menyebut penyelenggaraan Pilpres 2024 mendatang kemungkinan hanya akan diikuti dua kontestan.
Bagaikan gayung bersambut, pasca pernyataan itu muncul, publik kemudian menerka-nerka mengenai siapa sajakah dua poros yang bakal maju pada kontestasi Pilpres 2024 mendatang. Adapun dua poros itu disebut-sebut yakni Anies-Cak Imin dan Prabowo-Ganjar.
Tak lama berselang, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis perihal hasil penelitiannya terkait isu wacana duet Prabowo-Ganjar dalam kontestasi Pilpres 2024. Menurut LSI, wacana duet Prabowo Ganjar itu kemungkinan terwujud apabila sosok Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDII) Megawati Soekarnoputri juga mengamini usulan tersebut.
Menanggapi hal itu, Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza menilai, wacana duet Prabowo- Ganjar di Pilpres 2024 merupakan hal yang nyeleneh. Hal itu lantaran PDIP tak akan setuju begitu saja apabila Capresnya menjadi Wakil Prabowo Subianto di kontestasi Pilpres 2024.
"Wacana ini adalah nyeleneh. Memang dalam politik saat ini masih terbuka peluang dan adanya kemungkinan. Tetapi ini merupakan kekonyolan politik jika terwujud," kata Efriza, kepada caritau.com, Minggu (24/09/2023).
Efriza menilai, wacana duet Prabowo-Ganjar akan sulit terwujud lantaran PDIP sebagai Partai penguasa pemerintahan bakal tidak setuju jika Capresnya malah menjadi sosok Cawapresnya Prabowo. Kendati demikian menurut Efriza, jika Prabowo yang menjadi Cawapres kemungkinan duet wacana tersebut akan terwujud.
"Wacana ini kompleks pada dasarnya ada ketidakmungkinan dan merugikan utamanya bagi PDIP, alasannya: Pertama, bagi PDIP, Ganjar adalah capresnya, bahkan sudah terbentuk TKN, jadi yang diinginkan PDIP sebaliknya Prabowo cawapres," terang Efriza.
Disisi lain, menurut Efriza, kemungkinan duet Prabowo-Ganjar atau sebaliknya kemungkinan tidak akan terwujud lantaran sebelumnya sosok mantan Jendral Kopasus itu pernah menolak tawaran PDIP untuk menjadi Cawapres Ganjar Pranowo.
"Capresnya PDIP Ganjar, apalagi martabat PDIP sebagai peraih suara terbanyak akan turun jika diletakkan sebagai cawapres. Sedangkan dari kubu Gerindra, Prabowo juga sudah menolak cawapres Ganjar karena Gerindra sudah kuat. Kedua, rasanya bukan karakter Megawati jika plin-plan, untuk menganulir keputusannya," ujar Efriza.
Sementara itu, Efriza menilai, jika PDIP nantinya menerima opsi Ganjar menjadi Cawapres sosok Prabowo, maka artinya PDIP pada momentum kontestasi Pilpres kali ini tidak percaya Ganjar akan menang lantaran kekhawatiran melihat hasil survei elektabilitas Ganjar.
"Jika karena kekhawatiran, pastinya memalukan bagi PDIP, merendahkan simbol Banteng sendiri yang selama ini menganggap punya keberanian bertarung, lalu mengaku banyak kader, berani kalah, bahkan sudah terbiasa sebagai oposisi," tutur Efriza.
"Menggabungkan Prabowo-Ganjar belum tentu menang, malah yang terjadi peralihan suara menuju kubu Koalisi Perubahan, artinya peluang kalah makin tinggi.Sebab, pemilih dikecewakan antara kedua capres tersebut," sambung Efriza.
Efriza menambahkan, apabila wacana duet itu nantinya sampai terbentuk, maka ditengarai keputusan itu bukanlah demi kepentingan rakyat melainkan sebagai representasi politik pragmatis yang dimainkan segelintir orang yang memiliki kepentingan sendiri
"Jelas ini bukan kepentingan masyarakat, tetapi kepentingan politik pragmatis semata. Pemikiran ini dinilai tidak memberikan pendidikan politik bagi masyarakat, semestinya masyarakat juga harus mendapatkan banyak pilihan terkait sosok calon presiden, bukan juga sistem kepartaian tapi hanya memunculkan dua calon layaknya sistem dua partai yang hanya mengedepankan kepentingan pragmatis saja," tandas Efriza
Sebelumnya, Berdasarkan hasil penelitiannya, Pendiri LSI, Denny JA memaparkan, jika wacana dua poros itu benar terlaksana maka duet Ganjar-Pranowo diprediksi bakal menang telah jika berhadapan dengan duet Anies-Cak Imin.
Denny mengatakan, jika wacana format tersebut nantinya terwujud maka kontestasi Pilpres 2024 diprediksi hanya akan berlangsung satu putaran.
Disisi lain, menurut Denny, apabila Pilpres 2024 nanti hanya dua maka hanya akan dilaksanakan selama satu putaran dan berdampak negara bisa menghemat anggaran puluhan miliar rupiah.
"Begitu pula dengan tenaga, pikiran, emosi untuk putaran kedua bisa dialihkan untuk hal-hal lain. Pilpres menjadi sangat efisien," ungkap Denny JA dalam video yang diunggah di akun media sosial resminya, DennyJA_World, dikutip Jumat (22/9/2023).
Denny menjelaskan, adapun prediksi pasangan duet Prabowo-Ganjar bakal menang telak jika hanya dua poros kemungkinan terjadi lantaran berdasarkan hasil Survei LSI yang dilakukan pada September 2023 Prabowo dan Ganjar bakal memperoleh dukungan 64,9 persen.
Adapun untuk posisi Anies dan Muhaimin dinilai hanya mendapatkan 16,6% suara. Artinya, kemenangan Prabowo dan Ganjar sangat telak atas duet Amin dengan selisih di atas 40%.
"Inilah kemenangan tertinggi dalam sejarah pemilu langsung di Indonesia," ujarnya.
Apabila posisinya dibalik, Ganjar sebagai capres dan Prabowo cawapres, pasangan ini juga tetap menang, namun di angka 60%. Sementara, Anies-Cak Imin memperoleh 20,6 persen.
"Memang ini juga kemenangan telak. Tapi selisih kemenangannya di bawah 40%. Sementara, jika Prabowo yang capres, kemenangannya selisih di atas 40%," tegas Denny.
Namun, yang menjadi pertanyaan, mungkinkah Ganjar bersedia mengalah menjadi cawapres Prabowo? Menurut Denny, jika kalkulasinya rasional, hal itu mungkin saja terjadi. Apalagi, kemenangan Prabowo sebagai capres jauh lebih telak ketimbang kemenangan Ganjar sebagai capres.
Disisi lain, menurut Denny, PDIP sebagai salah satu partai dengan suara terbesar pasti tak akan ikhlas jika kadernya hanya menjadi cawapres. Apalagi, PDIP yakin Ganjar akan mengalahkan Prabowo di putaran kedua. Meski begitu, kata Denny, sebelum pendaftaran capres-cawapres ditutup, segala hal masih mungkin terjadi.
"Ada pameo terkenal di dunia politik: kecuali mengubah lelaki menjadi perempuan dan mengubah perempuan menjadi laki-laki, politik praktis bisa mengubah apapun. Itu juga termasuk bisa mengubah siapapun yang akhirnya menjadi capres dan cawapres," tandas Denny. (GIB/IRN)
Baca Juga: Andi Sudirman Sulaiman Bakar Semangat Tim Dozer: Prabowo-Gibran Wajib Menang di Sulsel
prabowo subianto ganjar pranowo wacanakan duet prabowo-ganjar pilpres 2024 pemilu 2024 cari presiden 2024
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...