CARITAU JAKARTA - Dunia di tengah kekhawatiran akan penyebaran varian baru Covid-19 yang meledak di China. Di mana dalam beberapa waktu terakhir, China mencatat lonjakan drastis penambahan kasus virus korona.
Diketahui, Covid-19 subvarian Omicron BF.7 mulai merebak di China. Varian tersebut diyakini bisa menghindari kekebalan tubuh pasien. Dilansir Daily Star, sub-varian BF.7 dua hingga tiga kali lebih menular daripada Omicron asli. Organisasi Kesehatan Dunia telah mencantumkan varian ini sebagai "Varian Kepedulian".
Baca Juga: Kasus COVID-19 Naik Lagi, Dishub DKI Belum Lakukan Pembatasan Penumpang
Hal ini mesti menjadi perhatian serius bahwa BF.7 harus ditangani dengan langkah-langkah pengendalian baru harus diberlakukan.
Sebelumnya China memiliki kebijakan ketat soal 'Zoal Covid'. Namun baru-baru ini, ketika kebijakan nol-Covid telah dilonggarkan, sehingga infeksi menyebar dengan cepat karena sub-varian BF.7 melintasi daratan.
Atas dasar ini, sejumlah negara seperti India, Maroko hingga Amerika Serikat telah mengeluarkan kebijakan pengetatan kepada setiap warga China yang masuk ke negaranya. Sedangkan untuk Indonesia, pemerintah sama sekali belum menerapkan kebijakan serupa. Bahkan, Indonesia baru-baru ini mencabut kebijakan PPKM, setelah dua tahun diterapkan untuk mengendalikan aktivitas warga dari paparan virus korona.
Selaku Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin buka suara soal belum adanya pengetatan pintu masuk untuk warga negara asing. Kata dia, ada tiga varian virus korona dari China yang hadir di tanah air, namun varian virus tersebut tidak menyebakan kenaikan kasus secara signifikan.
"BF.7 sudah ada 15 kasus dan tidak ada pergerakan naik. Jadi kita merasa ya tidak perlu kita mengetatkan kegiatan, mengurangi, membatasi kegiatan masyarakat, karena imunitas sudah tinggi," kata Budi dia saat ditemui di Gedung PP Dakwah Muhammadiyah, Selasa (3/12/2022).
Dia mengklaim sejumlah faktor Indonesia tidak mengalami lonjakan kasus dalam beberapa bulan terakhir, yaitu masyarakat Indonesia telah memiliki imunitas tinggi baik melalui pemberian vaksin maupun antibodi pasca terinfeksi.
"Di Indonesia ada yang secara buatan kita suntik, tapi secara alamiah memang terjadi. Nah, di China karena lockdown sangat ketat, yang alamiah itu tidak sebanyak di Indonesia, tidak terbentuk,"
"Padahal secara science juga, imunitas yang paling kuat dan tahan lama adalah vaksinasi plus infeksi," jelas Budi.
Kasus Covid-19 di China dilaporkan naik tajam beberapa waktu belakangan ini usai pemerintah di sana melonggarkan kebijakan nol Covid-19 mereka. Rumah sakit di seluruh China bahkan sampai kewalahan dalam menangani ledakan infeksi menyusul keputusan Beijing melonggarkan kebijakan nol covid.
Kendati demikian, jumlah peningkatan kasus tersebut hingga kini belum diketahui angkanya secara pasti. Sebab, China disebut-sebut sangat tertutup soal penyebaran kasus covid di dalam negara tersebut. (RMA)
Baca Juga: Indonesia dan China Sepakati Kenaikan Biaya Kereta Cepat
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...