CARITAU JAKARTA - Untuk mencari lokasi warga kategori miskin ektrem dengan pengeluaran Rp11.633 per hari atau Rp350 ribu perbulan dan sekaligus mencounter temuan Badan Pusat Statistik (BPS), LSM Peduli Jakarta kembali menyusuri kampung-kampung yang ada di Jakarta. Sedangkan daerah yang dipilih adalah wilayah Jakarta Pusat (Jakpus).
Eksekutif Direktur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Peduli Jakarta, Melny Nova Katuuk atau akrab disapa Nova, justru timnya malah bertemu dengan manusia gerobak dan pemulung sampah di kawasan Kampung Rawa, TPS Galur RT 10 RW 4.
Baca Juga: Impor Beras Januari 2024 Capai Rp4,3 Triliun, BPS: Naik 135%
Disampaikan Nova temuan yang pertama mereka wawancarai yakni dua orang pemulung gerobak. Bahkan, menurutnya, kedua orang tersebut merupakan warga Karawang dan tidak memiliki KTP Jakarta.
Lebih jauh diungkapkannya, dari keduanya didapat pengakuan justru berpenghasilan di atas Rp50 ribu - 100 ribu per hari. Kemudian, mereka juga bisa makan dua sampai tiga kali dalam sehari dengan kisaran biaya Rp10 ribu sampai Rp 15ribu per sekali makan. Sehingga, tambah Nova, jika ditotal biaya makan dua kali sehari bisa mencapai Rp20 ribu sampai Rp30 ribu.
"Saya berani menyebut, ada namanya dan kita sebut inisialnya Pak S. Beliau sudah tinggal di Jakarta hampir 20 tahun. Sedang istrinya masih hidup dan punya 5 orang anak. Bahkan, 3 orang anaknya tinggal di Jakarta. Tapi, Pak S ini lebih suka tinggal di jalan ketimbang dengan anak-anaknya," cerita Nova kepada wartawan di Jakarta, Jumat (17/2/2023).
Masih menurut Nova secara detail. "Pak S ini bisa mengirimkan uang bulanan kepada istrinya di Karawang senilai satu juta rupiah per bulan. Jadi pemulung barang bekas ini bukan masyarakat miskin ekstrem," imbuhnya.
Selain itu lagi, dijelaskan Nova, kalau timnya melanjutkan penyusuran ke area pembuangan sampah di TPS Galur RT 10/ RW 4. Di tempat ini, kata Nova, pemulungnya tidak berkenan diwawancarai. Meski begitu, pihaknya malah berhasil mewawancarai mantan Ketua RW O6, Kampung Rawa, Kecamatan Johar Baru, Husnan Hendriadi yang pernah menjabat Ketua RW setempat sejak tahun 2017 hingga 2022.
"Malah beliau mengakui mengenal banyak pemulung di tempat pembuangan sampah Galur. Tapi, saat ditanya apakah mereka miskin ekstrem, Pak Husnan membantah dan mengatakan tidak. Lalu, Pak Husnan sendiri tidak setuju dengan istilah miskin ekstrem, karena istilah itu ambigu. Mengapa? Karena, diakui Pak Husnan para pemulung ini kebanyakan berpenghasilan di atas Rp. 50.000 ke atas/hari," terangnya.
Disebutkan Nova bahwa para pemulung tersebut bisa mengumpulkan 30 kg sampah per hari meskipun harga jual sampah bisa berbeda-beda. Umumnya, lanjut Nova, yang dikumpulkan adalah sampah botol plastik kardus, besi tua dan kertas.
"Sebab, Pak Husnan juga merasa heran. Masih ada yang penggolongan masyarakat miskin ekstrem. Kata Pak Husnan, para pemulung memang miskin tetapi bukan miskin ekstrem," tegasnya.
Berdasarkan hasil temuan kami, BPS ke mana? "Mestinya turun langsung, blusukan ke lapangan, sebelum mendata masyarakat miskin. BPS pun perlu mengkaji dan mengevaluasi kembali sampel di lapangan sehingga kredibilitas data terjamin akurasinya," tutup Nova. (DID)
Baca Juga: BPS: Tren Pelemahan Ekspor Masih Berlanjut
bps jumlah penduduk miskim ekstrem di jakpus lsm peduli jakarta
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...