CARITAU JAKARTA - Sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo merupakan salah satu calon presiden (capres) potensial. Namanya pun kerap memimpin dalam hasil survei elektbilitas yang digelar beberapa lembaga survei.
Meski demikian, sampai saat ini belum ada lampu hijau dari partainya, yakni PDIP untuk mengusung Ganjar sebagai capres 2024 mendatang.
Baca Juga: PDIP Siap Jadi Oposisi Jika Prabowo-Gibran Menang, Ini Kata Anies Baswedan
Pendiri lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani meramalkan kemungkinan Ganjar untuk pindah ke partai lain demi tiket capres 2024.
Partai yang kemungkinan memiilih dan dipilih Ganjar adalah Partai Golkar. Pasalnya, menurut hasil survei yang dilakukan SMRC, Ganjar berpotensi untuk mengkerek elektabilitas Partai Golkar.
"Bila pemilihan anggota DPR RI diadakan sekarang dan Golkar mencalonkan Ganjar Pranowo menjadi Presiden, ada 17% yang akan memilih Golkar," begitulah keterangan dari hasil Survei Nasional Oktober 2022, dikutip pada Sabtu (19/11/2022).
"Ada kenaikan cukup signifikan," imbuh Saiful, menerangkan diagram yang ditampilkan di layar. "Tadi dari 11% menjadi 17%. Jadi Ganjar bisa menaikkan suara Golkar."
Kenaikan suara Golkar ini, menurut Saiful, sudah pasti berasal dari pindahnya suara partai lain. Dalam hal ini rupanya suara PDIP lah yang diambil.
"Selama ini PDIP sering di atas hasil 2019. Ternyata salah satu unsurnya tidak bisa dipisahkan dari Ganjar," terang Saiful. Dengan kata lain, Ganjar memiliki basis pemilih yang loyal dan siap ikut pindah partai sekalipun.
"Jadi kalau Ganjar dicalonkan oleh Golkar, tampaknya Ganjar ini mengajak pemilihnya berbondong-bondong pergi ke Golkar. Dalam hal ini, (pemilih) Ganjar itu banyak berkumpul di PDIP. Jadi PDIP terancam oleh Golkar," ujar Saiful.
Selama ini PDIP selalu meraup suara di kisaran 25%, sementara dengan pindahnya Ganjar ke Golkar membuat partai banteng kehilangan sekitar 7% suaranya.
Bukan cuma itu, pindahnya Ganjar membuat PDIP bukan menjadi partai penguasa. Dilihat dari hasil survei SMRC, perolehan suara PDIP, Golkar, dan Gerindra jadi nyaris seimbang, yakni 18%, 17%, dan 20% secara berurutan.
"Yang tadinya PDIP almost untouchable, tapi begitu Ganjar pergi ke Golkar, berbondong-bondong ikut," tutur Saiful.
Karena itulah Saiful meminta PDIP untuk berhati-hati, sebab Ganjar bisa menjadi kunci untuk mempertahankan kemenangan partainya. Apalagi karena Ganjar adalah sosok yang terbuka, termasuk terhadap undangan partai lain.
"Ganjar ini orang terbuka, kemungkinan. Apalagi kalau ada yang memberikan penjelasan yang meyakinkan, bisa saja Ganjar tidak maju dari PDIP," kata Saiful.
Namun Saiful juga menilai sikap loncat-loncat partai semacam ini tidak baik bila diterapkan, apalagi karena Ganjar sudah bergabung sejak lama di PDIP.
"Harusnya orang yang sudah berkarier di partai politik begitu panjang, harus konsisten ada di situ. Jangan justru dia ada di puncaknya, dia keluar. Itu tidak baik dalam rangka penguatan sistem kepartaian," jelasnya.
"PDIP punya kepentingan (untuk mendapatkan) suara besar, menjadi logis dan mungkin bijaksana apabila dia mempertimbangkan secara lebih serius (Ganjar sebagai) calon presiden PDIP. Kalau tidak, PDIP yang kena getahnya dan negatif," pungkas Saiful. (DID)
Baca Juga: Tanggapi Wacana Koalisi AMIN dan Ganjar, TKN: Monggo Ra Popo
ganjar pranowo tiket capres pdip pindah partai capres 2024 pilpres 2024
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...