CARITAU JAKARTA – PSSI di bawah komando Erick Thohir telah mengadakan sarasehan sepak bola pada pekan lalu. Digadang-gadang sebagai titik balik pesepakbolaan tanah air, namun terdapat wacana yang mengundang kecaman dari berbagai bihak.
Adapun, PSSI berencana untuk membatasi pemain naturalisasi di setiap klub kontestan Liga 1 Indonesia. Menurut hasil sarasehan, klub hanya boleh mengontrak maksimal dua pemain naturalisasi. Sementara Erick Thohir bahkan menyebut klub Liga 1 atau Liga 2 hanya boleh menggaet satu pemain naturalisasi tersebut.
Baca Juga: Timnas Indonesia Bertolak ke Vietnam, Shin Tae-yong Panggil Ernando Ari
"PSSI mengambil posisi, kalau bisa pemain naturalisasi hanya satu orang. Jika tidak, kapan pesepakbola Indonesia akan bermain," kata Erick, beberapa waktu yang lalu.
Sontak, pemain yang dianggap 'naturalisasi' itu kompak mengutarakan isi hatinya. Beberapa pemain yang menyampaikan kritikan keras atas kebijakan itu antara lain; Stefano Lilipapy, Spaso, Klok, Victor Igbonefo, Beto Goncalves, Dzumafo, dan Ezra Walian. Mereka menganggap merasa didiskriminasi dengan regulasi ini.
Gelandang Timnas Indonesia, Mark Klok menegaskan bahwa dirinya Warga Negara Indonesia (WNI) dan berhak mendapat perlakuan yang sama dengan pemain Indonesia lainnya di klub.
"Kami WNI, dan semua WNI. Seharusnya memiliki hak yang sama, namun kami merasa peraturan tersebut mendiskriminasi kami sebagai warga negara naturalisasi," tulis Mark Klok di Instagram pribadinya, Senin (6/3/2023).
Klok diketahui mendapat status kewarnegaraan Indonesia usai polemik panjang yang menimpa dirinya. Dia disebut tidak dapat membuktikan garis keturunan Indonesia dari kakek buyutnya.
Hingga pada akhirnya, pria berusia 29 tahun itu akhirnya bisa membela Timnas pada tahun 2022. Di mana, Klok diperbolehkan membela panji merah putih lewat jalur naturalisasi biasa, yakni telah mendiami Indonesia selama lima tahun secara berturut-turut. Konon dia telah berkarier di pesepakbolaan tanah air sejak 2017 kala berseragam PSM Makassar.
Klok melanjutkan, alasan dirinya membela panji Merah Putih adalah bukti cintanya kepada negara Indonesia dan telah berkomitmen penuh. "Kami berkomitmen untuk menjadi bagian dari komunitas sepak bola di sini.
"Kami harap liga yang ramah bagi semua pemain, terlepas dari asal mereka dal latar belakang mereka," tutup dia.
Senada dengan Klok, Stefano Lilipaly sampai mempertanyakan perbedaan pemain naturalisasi dan pemain Indonesia. Padahal, dirinya menyebut selalu siap dan rela berkorban ketika diminta membela timnas Merah Putih.
"Kalau main untuk timnas, kita orang Indonesia. Saat main di liga, kita orang 'naturalisasi',"
"Tambah pemain asing. Limit (batasi) pemain Indonesia (naturalisasi)," keluh Fano lewat media sosial pribadinya.
Kiprah Pemain Naturalisasi
Dihimpun dari sejumlah literatur, Negara Indonesia telah menaturalisasi kepada 37 pemain. Dari jumlah tersebut, kebanyakan pemain naturalisasi itu berasal dari Eropa, terutama dari Belanda. Ada juga dari benua Amerika, Afrika dan Asia, tetapi jumlah tidak menonjol.
Adapun alasan pemberian kewarnegaraan Indonesia kepada pemain tersebut cukup beragam. Seperti halnya PSSI yang meminta langsung untuk kepentingan Timnas, hingga dibantu dibiayai oleh klub setelah pemain tersebut tinggal di Indonesia lebih dari lima tahun.
Pemain pertama yang dinaturalisasi oleh Indonesia adalah Van der Vin. Kiper berdarah Belanda ini dinaturalisasi lewat permintaan PSSI untuk membela Timnas Indonesia pada 1950. Sedangkan Jordi Amat dan Sandy Walsh menjadi pemain terbaru yang dinaturalisasi pada November lalu. Jumlah tersebut bakal bertambah lagi, seiring permintaan PSSI yang ingin memproses pemindahan negara Shayne Pattynama, Ivar Jenner dan Justin Hubner.
Hadirnya pemain naturalisasi ke dalam Skuad Timnas memberi warna yang beragam. Tak sedikit di antara mereka tampil cukup menonjol, seperti halnya penampilan Cristian Gonzales yang mencuri perhatian publik di tahun 2010 silam. Gonzales yang sebelumnya memiliki kewarnegaraan Uruguay akhirnya resmi disumpah sebagai WNI pada 3 November 2010 lalu.
Saat itu, Gonzales dinaturalisasi di umur ke-35 tahun. Meski berumur gaek, kepiawaiannya mengolah si kulit bundar turut membawa sepak bola tanah air kala itu membuncah. Kontribusi besarnya ketika mencetak lima gol selama Piala AFF 2010 berlangsung membuat namanya dieluk-elukan publik, meski Indonesia tak juara kala itu.
Sepanjang karirnya, Gonzales menjadi pemain naturalisasi yang paling banyak membela Timnas Indonesia, yaitu 29 kali.
Selain nama Gonzalez, kiprah Stefano Lilipaly tak kalah menterengnya. Melalui jalur naturalisasi dan terdapat darah Indonesia dari kakek dan ayahnya, ia resmi menjadi WNI pada Oktober 2011.
Ketika itu, usia Lilipaly baru menginjak 21 tahun. Dia juga masih berseragam FC Utrecht di Eredivisi, kompetisi kasta teratas di Negeri Kincir Angin.
Pada 14 Agustus 2013, Lilipaly mengawali debut resminya di tim nasional Indonesia melawan Filipina dan membuat satu assist dalam debut pertamanya. Pertandingan berakhir 2-0 untuk kemenangan Indonesia.
Tak hanya itu, Lilipaly tampil bersinar di Piala AFF 2016. Di mana, Indonesia saat itu yang dihuni pemain seperti Boaz Solossa, Andik Vermansyah hingga Rizky Pora berhasil menembus partai final, namun lagi-lagi kandas usai ditaklukkan Thailand.
Terkini, nama-nama pemain naturalisasi yang kerap dipanggil Shin Tae-yong pun cukup banyak. Pelatih asal Korea Selatan itu pernah memanggil Ilja Spasojevic, Mark Klok, Stefano Lilipaly, Victor Igboneffo, Jordi Amat.
Sementara di kancah Liga 1 musim ini, total ada 13 pemain naturalisasi. Madura United menjadi klub paling banyak yang mengumpulkan pemain naturalisasi yakni empat orang. Kemudian disusul Persib Bandung dengan tiga pemain naturalisasinya yaitu Marc Klok, Victor Igbonefo, dan Ezra Walian.
Meski begitu ada sejumlah klub yang tak mempunyai pemain naturalisasi yakni PSM Makassar, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Bhayangkara FC, Persita Tangerang, PSIS Semarang, Arema FC, Persikabo 1973, Dewa United, Persik Kediri, dan Barito Putera.
Diskriminatif atau Langkah Baru?
Sementara itu, Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) menegaskan kebijakan pembatasan pemain naturalisasi merupakan suatu pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
"Seyogyanya ia (pemain naturalisasi-red) mendapatkan hak yang sama dengan WNI lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Wacana ini tidak sejalan dengan Universal Declaration of Player Rights dan FIFA’s Human Rights Policy," tulis APPI di pernyataan resminya.
APPI melanjutkan, jika naturalisasi dianggap suatu polemik di sepakbola nasional, maka perlu dicari solusi terbaik dan seharusnya tidak membatasi jumlahnya dalam setiap tim. Terlebih sebagian dari pemain-pemain tersebut pernah dan bahkan masih menjadi pemain aktif dari tim nasional Indonesia. Sebagian dari mereka memilih menjadi WNI karena kebutuhan dan permintaan untuk tim nasional.
"APPI telah mengirimkan surat kepada PSSI untuk dapat dibuatkan suatu audiensi guna membahas hal-hal tersebut. Harapan agar pemain dapat dlibatkan dalam pengambilan keputusan menjadi suatu transformasi bagi sepakbola Indonesia jika ingin meningkatkan kualitas dan standar sepakbola itu sendiri jika berkaca dari sepakbola di negara-negara yang maju," terang APPI.
Pelatih Persib Bandung, Luis Milla mengaku tidak setuju dengan rencana pembatasan pemain dengan status naturalisasi pada musim 2022/2023. Milla tidak habis pikir mengapa aturan seperti itu bisa digagas.
"Saya tidak setuju soal pembatasan pemain naturalisasi. Situasi saat ini negara tidak bisa membatasi pemain naturalisasi. Saya tidak mengerti kenapa ada pembatasan pemain naturalisasi," tegas Luis Milla.
Adapun, Ketum PSSI Indonesia, Erick Thohir membantah pembatasan kuota pemain naturilasi di klub adalah tindakan diskriminasi. Dia menilai masih banyak slot tempat pemain naturalisasi bermain.
"Saya rasa tidak ada diskriminasi kok, kalau klub mengukurkan naturalisasi untuk jalan singkat prestasi, itu yang kita harus akur," dalih Erick.
"Sebab, ada total klub Liga 1 ada 18, Liga 2 ada 28. Sekarang Liga 2 pun boleh 1 pemain naturalisasi, Liga 1 boleh 1. Artinya 18+28 itu sudah 46 naturalisasi, banyak. Pertanyaan saya, kalau kita masuk timnas ada 24 [pemain], artinya dari 46 itu kita membentuk dua tim nasional," imbuh dia.
Dia menekankan, wacana tersebut digulirkan untuk menemukan keseimbangan dalam proses pembinaan.
"Ini aturan yang semua harus kita mainkan untuk keseimbangan. Makanya kemarin di Sarasehan Liga 1 dan Liga 2, itu klub-klub bersepakat. Bukan PSSI menginstruksikan, bukan. Klub-klub bersepakat," papar dia. (RMA)
Baca Juga: Indonesia Lolos ke 16 Besar Piala Asia 2023, Pemain dan Staff Geruduk Kamar Shin Tae-yong
pssi batasi hak pemain naturalisasi erick thohir marc klok liga 1 liga 2 sepak bola nasional timnas indonesia
cialis brand online buy cialis online new zealand cialis 5 mg best price buy liquid cialis online usa medical card cialis
Bawaslu RI Gelar Media Gathering untuk Evaluasi Pe...
RDF Rorotan Segera Beroperasi di Jakarta, Olah 2.5...
DPRD DKI Jakarta Dukung PAM Jaya Tingkatkan Layana...
Karutan Makassar Perketat Pengawasan Penyalahgunaa...
Sekda Marullah Beri Penghargaan Siddhakarya Bagi 1...