CARlTAU JAKARTA - Hasil studi Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), terkait pasangan calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) PDI-P tanpa berkoalisi dengan partai lain.
Dalam hasil studi terungkap kader yang diusung oleh PDIP dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 bisa kalah jika tidak berkoalisi dengan partai politik lain.
Baca Juga: Soal Prabowo Sebut IUP Diberikan ke PBNU, PKB: Berpotensi Rusak Kredibilitas
"Tanpa koalisi, kader PDIP kemungkinan besar bisa kalah dalam pemilihan presiden," kata Saiful Mujani dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (11/2/2023).
Saiful menuturkan, dalam studi yang dilakukan SMRC, pihaknya melakukan simulasi dengan asumsi ada empat pasangan dalam pemilihan presiden.
Pasangan pertama adalah Prabowo Subianto dan Muhaimin Iskandar. Sebelumnya diberitakan bahwa pasangan ini digadang-gadang maju bersama oleh Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Pasangan selanjutnya adalah Anies Baswedan bersama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Ketiga, Ganjar Pranowo berpasangan dengan Puan.
Sedangkan pasangan keempat adalah Airlangga Hartarto yang saat ini belum memiliki bakal cawapres, dan disimulasikan berpassangan dengan Erick Thohir.
Berdasarkan hasil survei SMRC pada Desember 2022, pasangan Ganjar-Puan berada di urutan ketiga, di bawah pasangan Prabowo-Muhaimin dan Anies-AHY. Pasangan Ganjar-Puan memperoleh suara 21,6 persen.
"Suara pasangan ini (Ganjar-Puan) berada di bawah Prabowo-Muhaimin 29,7 persen dan Anies-AHY 28,8 persen. Sementara pasangan Airlangga-Erick 4,9 persen dan yang belum menjawab 15 persen," tutur Saiful.
Saat ini, kader PDIP yang namanya kerap disebut-sebut maju sebagai calon presiden atau wakil presiden dari parpol tersebut adalah Puan Maharani dan Ganjar Pranowo, yang survei elektabilitasnya cukup meyakinkan dibanding tokoh lain.
Saiful menambahkan, secara umum, Ganjar cukup kompetitif jika dipasangkan dengan calon selain Puan Maharani.
Namun, saat simulasi berpasangan dengan Puan, posisi Ganjar di bawah dua nama yang selama ini kompetitif dengannya, yaitu Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Bahkan, hasil studi tersebut juga menemukan bahwa selisih antara pasangan Prabowo-Muhaimin dan Anies-AHY dengan Ganjar-Puan cukup signifikan.
Oleh sebab itu, lanjut Saiful, jika ini terjadi, Anies dan Prabowo yang akan masuk dan bertarung di putaran kedua Pilpres 2024.
"PDIP ditinggalkan bahkan ketika Ganjar ditaruh di nomor satu," sebutnya.
Saiful menegaskan, PDIP akan tersingkir jika tidak berkoalisi dengan partai lain dan tidak mengajak tokoh lain, bahkan jika Ganjar diposisikan sebagai calon presiden sekali pun.
Jika simulasi itu dibalik, yakni Puan menjadi capres dan Ganjar wakilnya, hasilnya tidaak berbeda, pasangan ini tetap berada di nomor tiga, di bawah Prabowo-Muhaimin yang mendapatkan suara 35,4 persen, dan Anies-AHY dengan suara 31,2 persen.
Puan-Ganjar 9,8 persen, Airlangga-Erick 6 persen, dan masih ada 17,7 persen yang belum menjawab.
“(Jika formulasi Puan-Ganjar), yang masuk putaran kedua adalah Prabowo dan Anies,” tegas Saiful.
Berkoalisi dengan parpol lain, lanjut Saiful, merupakan sebuah kebutuhan politik yang tak bisa dihindarkan oleh PDIP.
Pemilih, menurut dia, kenyataannya lebih melihat koalisi antar-partai memiliki nilai yang penting. Koalisi bisa dibangun dengan tokoh siapa pun atau dengan partai mana pun. (DID)
Baca Juga: PSI Gelar Kopdarnas Malam Ini, PDIP: Banyak Kader Mundur Karena Dukungan Capres Tak Sesuai
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024