CARITAU JAKARTA - Politikus PDI Perjuangan, Mohamad Guntur Romli, memprotes beredarnya stiker yang menampilkan pasangan calon Pilkada Jakarta 2024, Ridwan Kamil-Suswono dan Pramono Anung-Rano Karno. Stiker bertuliskan "Mau Dipimpin Siapa?" itu menampilkan foto kedua pasangan dengan dukungan tokoh-tokoh nasional yang menjadi sorotan publik.

Di bagian biru stiker tersebut, pasangan Ridwan Kamil-Suswono tampak didukung tiga presiden, yakni Prabowo Subianto (Presiden RI ke-8), Joko Widodo (Presiden RI ke-7), dan Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden RI ke-6). Tulisan "Gubernur Pilihan SBY-Prabowo-Jokowi" melengkapi gambar tersebut.

Sementara itu, pasangan Pramono Anung-Rano Karno ditampilkan didukung oleh Megawati Soekarnoputri, Amien Rais, dan Oesman Sapta Odang (OSO) dengan tulisan "Gubernur Pilihan Amien-Megawati-OSO".

Direktur Eksekutif Survei dan Polling Indonesia (SPIN), Igor Dirgantara, menyebut isi stiker tersebut sebenarnya berdasarkan fakta. Namun, ia heran mengapa PDIP mempersoalkan hal tersebut.

"Tokoh-tokoh yang mendukung RK-Suswono jelas lebih kuat secara efek dibandingkan dengan tokoh pendukung Pramono-Rano Karno. Mungkin itu yang membuat PDIP memprotes," ujar Igor kepada wartawan, Minggu (24/11/2024).

Menurut Igor, sikap Guntur Romli bisa diartikan sebagai upaya PDIP dan tim pemenangan Pramono-Rano untuk mengalihkan perhatian publik dari dukungan tokoh-tokoh mereka seperti Megawati, Amien Rais, dan OSO.

Protes Guntur Romli atas stiker ini turut memicu perbincangan di media sosial. Salah satu unggahannya di akun X miliknya, @gunromli, yang menampilkan video kegaduhan warga terkait stiker tersebut, telah ditonton lebih dari 84.000 kali.

Beberapa netizen menilai stiker ini sebagai bagian dari strategi kampanye, sementara yang lain menganggapnya sebagai bentuk manipulasi politik. Meski demikian, belum ada pernyataan resmi dari pihak tim sukses kedua pasangan calon mengenai kontroversi tersebut.

Pilkada Jakarta 2024 kian memanas dengan berbagai dinamika politik yang melibatkan tokoh-tokoh besar di belakang pasangan calon. Bagaimana dampak isu ini terhadap elektabilitas masing-masing pasangan masih menjadi pertanyaan besar di tengah masyarakat. (DID)