CARITAU JAKARTA – Budayawan sekaligus Dosen Ilmu Sejarah dari Insitut Kesenian Jakarta (IKJ) Romo Donny Ranoewidjojo mendukung kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga tiket serta membatasi jumlah pengunjung yang naik ke Candi Borobudur berdasarkan kajian-kajian yang sudah dilakukan oleh Balai Konservasi Borobudur.
Menurut Romo Donny, kebijakan tersebut sudah sepatutnya dilakukan untuk meminimalisir kerusakan akibat daya tampung yang berlebih.
Baca Juga: Menparekraf Targetkan Kunjungan Wisman ke Borobudur Capai 2 Juta Per Tahun
"Jadi menurut saya kebijakan itu sebelumnya sudah melalui kajian-kajian dan studi yang dilakukan oleh Balai Konservasi Peninggalan Borobudur mengenai Laporan Studi Kemiringan dan Kemelasakan Candi Borobudur," kata Romo Donny kepada caritau.com, Senin (6/6/2022).
Menurut Romo Donny, kebijakan tersebut harus dilakukan demi upaya konservasi yaitu mengurangi kondisi kemiringan Candi Borobudur akibat kondisi tanah dan daya tampung yang berlebih serta mengurangi resiko kerusakan akibat perilaku para pengunjung yang melanggar aturan.
"Jadi setiap waktu itu kondisi candi turun miring, itu ada potensi ambles dan rusak. Sehingga harus ada pembatasan. Nah kalo hanya dibatasi tanpa ada regulasi itu agak rumit. Akhirnya diatur pembatasan via tiket masuk," ujar Romo Donny.
Menurut dia yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia Nahdatul Ulama (Lesbumi NU) itu, jika tidak dilakukan langkah mitigasi atas kondisi penurunan level kemiringan, Candi Borobudur kemungkinan besar akan runtuh di kemudian hari.
Oleh sebab itu, langkah menaikan harga tiket menurut Romo Donny sudah tepat dan mungkin akan dapat mengurangi dampak kerusakan candi.
"Tadinya mau ditutup total dan yang boleh naik hanya peneliti. Tapi akhirnya dibatasi dengan ticketing. Dengan tarif Wisatawan domestik Rp 750.000 dan Wisatawan luar negeri kalo gak salah dengan tarif Rp1.500.000, kemungkinan akan mengurangi batas jumlah pengunjung dan resiko kerusakan kawasan candi," ujarnya.
"Hal ini dilakukan karena ada studi dan kajian kondisi kemiringan candi, kajian kemelasekan, serta kajian kerusakan akibat tangan-tangan jahil dari oknum pengunjung dan sebagainya. Jadi konservasi berbasis tiketing itu ada kajian ilmiahnya dan harus kita hargai juga," imbuh Romo Donny.
Kendati demikian, Romo Donny menyarankan pemerintah untuk terus melakukan evaluasi apabila ditemukan jika kebijakan tersebut belum efektif dan masih terdapat kekurangan.
"Misalnya dijalankan dulu beberapa lama, jika memang tidak efektif pastinya akan dilakukan evaluasi, nah di sini kenapa harus ada konsep pembatasan dan konsep ticketing? kenapa gak hanya dibatasi dengan jumlah yang naik? Nah menurut saya di situ dengan jumlah efort yang lebih itu bisa mengurangi dampak kerusakan," tutur Romo Donny. (GIBS)
Baca Juga: Rizal Ramli Sebut Adanya Upaya Kudeta Konstitusi dalam Operasi Politik yang Disiapkan Luhut
candi borobudur luhut binsar pandjaitan kawasan candi tiket masuk candi borobudur romo denny lesbumi nu
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...