CARITAU JAKARTA - Emas diperkirakan akan kembali jadi buruan para investor lantaran terbukti menjadi komoditas yang paling tahan banting terhadap kenaikan suku bunga dan inflasi. Terlebih investasi saham dan kripto saat ini tengah lesu.
Kembalinya volatilitas pasar tahun ini, yang telah merugikan pasar saham dan aset kripto, bisa membuat harga emas terus mengalami kenaikan.
Dilansir dari CNN, Jumat (28/1/2022), harga emas dunia cenderung menetap di sekitar USD1.800 atau sekitar Rp25,7 juta per ounce atau Rp827 ribuan per gramnya (1 ounce = 31 gram).
Baca Juga: Hari Pertama Ramadan, Harga Emas Antam Naik Tipis Menjadi Rp1,210 Juta per Gram
"Kripto mencuri semua oksigen dari emas tahun lalu, dan orang-orang masuk ke kripto karena banyak alasan yang sama seperti emas," kata Robert Minter, direktur Strategi Investasi ETF di abrdn seperti dilansir dari obligasi.id Jumat (28/1/2022) .
Minter mencatat kenaikan Bitcoin dkk bagaikan membuktikan aset kripto menjadi komoditas yang tahan banting terhadap inflasi. Namun nyatanya, sejak pertengahan tahun lalu hal itu tidak terjadi.
"Investor mulai menyadari bahwa Bitcoin dkk lebih merupakan aset berisiko. Bukan alat diversifikasi portofolio dan justru lebih banyak menyita energi," kata Minter.
Emas diprediksi akan tetap menjadi taruhan yang lebih baik bagi investor yang mulai mencari perlindungan dari kenaikan suku bunga The Fed. Bank sentral Amerika Serikat itu memang sedang berjuang melawan lonjakan harga konsumen dengan menaikkan suku bunga.
"Ada banyak lindung nilai inflasi. Emas bertahan dengan baik. Investor bisa reli karena kekhawatiran tentang inflasi. Emas harus menjadi bagian dari portofolio yang terdiversifikasi," kata Lauren Goodwin, ekonom dan ahli strategi portofolio di New York Life Investments.
Beberapa ahli kini memprediksi emas akan mencapai rekor tertinggi baru akhir tahun ini. Apalagi jika kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga global terus terjadi. Belum lagi muncul kekhawatiran tentang yang akan terjadi pada harga minyak di tengah ketegangan Rusia dan Ukraina.
"Emas tetap menjadi tempat berlindung yang aman dan asuransi terhadap risiko geopolitik, dan risiko inflasi yang terus-menerus tinggi juga positif untuk emas," ungkap André Christl, CEO Heraeus Precious Metals. (RIO)
Baca Juga: Jumlah Investor Kripto Naik tapi Nilai Transaksi Turun, Begini Pendapat OJK
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...