CARITAU PADANG - Kepala Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Hendra Gunawan mengatakan ada perubahan tipe letusan di Gunung Marapi yang terletak di antara Kabupaten Tanah Datar dan Agam, Sumatera Barat. Di mana, letusan yang sebelumnya dijelaskan sebagai tipe freatik, kini telah menjadi tipe letusan magmatik.
"Kehadiran magma di dalam/dasar kawah yang terindikasi sejak teramatinya pancaran sinar api di puncak G. Marapi pada tanggal 6 Desember 2023 malam hari dan teramatinya lontaran material pijar pada erupsi-erupsi berikutnya menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tipe erupsi/letusan dari tipe freatik menjadi tipe magmatik," kata Hendra dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (10/1/2024).
Baca Juga: Gunung Marapi kembali Erupsi, Bandara Minangkabau Ditutup Sementara
Sebelumnya PVMBG telah mengubah status Gunung Marapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Hendra menerangkan, aktivitas di Gunung Marapi masih tergolong tinggi, di mana erupsi teramati secara visual dan masih terekamnya gempa erupsi dan gempa hembusan, disertai dengan tremor.
Kondisi tersebut di atas dapat berpotensi menyebabkan terjadinya akumulasi tekanan di dalam tubuh gunung api yang dapat menyebabkan terjadinya erupsi, dengan energi yang meningkat dan jangkauan lontaran material pijar yang lebih jauh dari pusat erupsi.
"Jika pasokan magma dari kedalaman terus berlangsung dan cenderung meningkat maka erupsi dapat terjadi dengan energi yang lebih besar dengan potensi/ancaman bahaya dari lontaran material vulkanik berukuran batu (bom), lapili, atau pasir diperkirakan dapat menjangkau wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi/Kawah Verbeek.
"Sedangkan untuk potensi/ancaman dari abu erupsi dapat menyebar lebih luas/jauh yang tergantung pada arah dan kecepatan angin," sambung dia.
Sebelumnya pada Minggu (3/12/2023), Gunung Marapi mengalami erupsi yang tidak didahului oleh peningkatan vulkanik yang signifikan.
Tercatat gempa Vulkanik Dalam (VA) hanya terekam 3 kali dari tanggal 16 November – 2 Desember 2023 dengan baseline RSAM (Real Seismic Amplitude Measurement) relatif mendatar. Data tiltmeter juga menunjukkan pola mendatar pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial.
Pasca erupsi 3 Desember 2023, erupsi lanjutan masih berlangsung hingga saat ini. Jumlah erupsi harian cenderung menurun namun sebaliknya jumlah gempa Low Frequency dan Vulkanik Dalam (VA) malah meningkat yang mengindikasikan pasokan magma dari kedalaman masih terjadi. Hal ini juga terlihat dari grafik baseline RSAM yang masih di atas normal dan data tiltmeter yang cenderung mendatar
Apa Itu Freatik dan Magmatik?
Secara umum, letusan gunung dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni freatomagma atau hidrovulkanik, freatik dan magmatik
Letusan freatomagma atau hidrovulkanik terjadi akibat adanya kontak antara magma dengan air bawah permukaan atau formasi batuan yang banyak mengandung air menghasilkan abu dan material vulkanik halus. Erupsi ini dicirikan dengan semburan abu vulkanik yang kadang kala diselingi oleh suara gemuruh dan dentuman.
Adapun tipe letusan freatik secara sederhananya tercipta akibat ledakan uap air. Bedanya dengan erupsi freatomagma, erupsi freatik sebagian besar terdiri dari gas atau uap air.
Koordinator Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api PVMBG Kementerian ESDM Ahmad Basuki menerangkan, tipe letusan tersebut terjadi akibat pemanasan air tanah atau air di bawah permukaan. Karena suhu magma berkisar dimulai 500 derajat Celsius, hal inilah yang membentuk uap gas air dan menimbulkan tekanan besar.
"Kenapa letusan freatik bisa terjadi secara tiba-tiba? karena adanya kontak air di bawah permukaan yang menguap secara tiba-tiba. Jadi suhu panas magma itu secara tiba-tiba bisa membentuk adanya uap gas air. Tentunya akan membuat tekanan yang sangat besar dan bisa membuat letusan," kata dia kepada caritau.com, beberapa waktu yang lalu.
Ahmad mengatakan, dampak yang ditimbulkan erupsi freatik bisa berbahaya karena tidak dapat diprediksi. Erupsi tipe ini sering tidak memperlihatkan tanda-tanda, atau terekam oleh seismograf.
Sedangkan letusan magmatik adalah pemuncak dari episode erupsi gunung berapi, dengan magma segar sudah keluar dari lubang letusan. Erupsi magmatik secara umum terbagi menjadi dua: eksplosif (ledakan) dan efusif (leleran).
Erupsi magmatik eksplosif umumnya melibatkan magma segar yang bersifat asam karena banyak mengandung silikat (SiO2). Sehingga ia lebih kental dan lebih banyak menyekap gas-gas vulkanik. Saat hendak keluar atau tepat keluar dari lubang letusan, gas-gas vulkanik ini terbebaskan sehingga menciptakan kolom letusan cukup besar dan menyembur tinggi.
Andai kekuatan semburan gas tak lagi mampu mempertahankan material vulkanik ini di udara maka ia akan berjatuhan kembali ke Bumi. Mayoritas di antaranya (yakni fraksi yang lebih berat) jatuh kembali ke tubuh gunung dan mengalir menuruni lereng sebagai Awan Panas Letusan (APL).
Marapi Termasuk Gunung yang Sering Erupsi
Selain itu, Hendra menjelaskan Gunung Marapi yang berketinggian 2891 Mdpl itu sering mengalami erupsi. Tercatat sejak 1807, periode erupsi dengan masa istirahat terpendek kurang dari satu tahun dan terlama 17 tahun (rata-rata istirahat 3,5 tahun).
Karakter erupsi G. Marapi adalah eksplosif dan juga efusif. Titik erupsinya tidak selalu terjadi pada kawah yang sama, tetapi bergerak membentuk garis lurus dengan arah timur – barat daya antara Kawah Tuo hingga Kawah Bongsu.
“Namun sejak awal tahun 1987 sampai sekarang erupsinya bersifat eksplosif yang berpusat di Kawah Verbeek. Aktivitas erupsi biasanya disertai suara gemuruh dengan produk erupsi dapat berupa abu, pasir, lapili dan terkadang juga diikuti oleh lontaran material pijar dan bom vulkanik,” jelas Hendra
Imbauan
Menyikapi perubahan status maupun tipe letusan di Gunung Marapi, Hendra memberi sejumlah rekomendasi, yakni:
1. Masyarakat di sekitar G. Marapi dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki dan tidak melakukan kegiatan di dalam wilayah radius 4,5 km dari pusat erupsi (Kawah Verbeek) G. Marapi.
2. Masyarakat yang bermukim di sekitar lembah/aliran/bantaran sungai-sungai yang berhulu di puncak G. Marapi agar selalu mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi terutama di saat musim hujan.
3. Jika terjadi hujan abu maka masyarakat diimbau untuk menggunakan masker penutup hidung dan mulut untuk menghindari gangguan saluran pernapasan (ISPA), serta perlengkapan lain untuk melindungi mata dan kulit. Selain itu agar mengamankan sarana air bersih serta membersihkan atap rumah dari abu vulkanik yang tebal agar tidak roboh.
4. Seluruh pihak agar menjaga kondusivitas suasana di masyarakat, tidak menyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.
5. Pemerintah Daerah Kota Bukit Tinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Agam agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung atau dengan Pos Pengamatan G. Marapi di Jl. Prof. Hazairin No.168 Bukit Tinggi untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas G. Marapi.
6. Masyarakat, instansi pemerintah, maupun instansi terkait lainnya dapat memantau perkembangan aktivitas maupun rekomendasi G. Marapi melalui aplikasi android Magma Indonesia, website Magma Indonesia (www.vsi.esdm.go.id atau https://magma.esdm.go.id), dan media sosial PVMBG (facebook, twitter, dan instagram).
(RMA)
Baca Juga: Pemkab Sumedang Sebut Tiga Wilayah Terdampak Cukup Parah Akibat Gempa M4,8
erupsi gunung marapi sumbar erupsi marapi marapi erupsi pvmbg freatik magmatik
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024