CARITAU JAKARTA - Kabar membangggakan datang dari Brigadir Polisi Satu Renita Rismayanti. Ia menjadi orang termuda sekaligus dan pertama dari Indonesia yang menerima penghargaan Polisi Wanita Terbaik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) 2023.
Sebagai informasi, Renita Rismayanti adalah seorang Perwira Polisi Indonesia, yang saat ini bertugas sebagai perwira polisi perorangan di Misi Stabilisasi Terpadu Multidimensi PBB di Republik Afrika Tengah (MINUSCA). Renita bertugas sebagai petugas basis data kriminal di Bagian Intelijen dan Analisis Kejahatan.
Baca Juga: Utusan Palestina di PBB Sebut Israel Sengaja Membuat Warga Gaza Kelaparan
Dilansir dari laporan Antara, perempuan berusia 27 tahun yang akrab disapa Nita itu tidak menyangka akan mendapatkan penghargaan tersebut.
“Pas saya dapat berita resmi (menerima penghargaan) itu, sebenarnya saya lagi cuti. Saya lagi di Indonesia, lagi di rumah orang tua saya di Magelang,” kata Nita seraya menambahkan bahwa dia menerima berita tersebut tepat pada hari ulang tahunnya.
Ia menuturkan, dirinya memulai karir polisinya di Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah dan kemudian pindah ke Divisi Hubungan Internasional di Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) pada tahun 2017.
Tugasnya selama di Divisi Hubungan Internasional Polri adalah mengelola para anggota kepolisian yang berangkat untuk Misi Perdamaian PBB, dan pekerjaan tersebut membuat dia tertarik untuk mendaftar ke Misi Perdamaian PBB tersebut.
Tugas dalam Misi Perdamaian PBB di Republik Afrika Tengah
“Saya meng-handle dua proyek besar milik MINUSCA, pertama proyek UN Pol Case Management. Itu adalah satu platform yang lebih advance dari platform yang sudah ada di UN sekarang ini,” ujar Nita.
Dalam proyek tersebut, Nita mengembangkan dashboard platform tersebut dimana orang-orang bisa memanfaatkan platform tersebut untuk mendapatkan informasi secara waktu langsung (real-time).
Proyek yang kedua adalah proyek terkait instalasi database untuk polisi lokal di Republik Afrika Tengah yang bertujuan untuk membantu para polisi lokal dalam menjalankan tugasnya.
Nita mengaku tidak memiliki latar belakang dalam bidang informasi dan teknologi (IT), mengatakan bahwa dia berperan sebagai pembuat konsep dan bekerja sama dengan tim ahli untuk mengembangkan proyek tersebut.
Ketika ditanya apa yang membuat perempuan berusia 27 tahun tersebut terus berusaha memberikan ide-ide dalam misi perdamaian tempatnya bekerja, Nita berpendapat bahwa setiap orang harus melakukan yang terbaik dimanapun mereka berada.
“Jangan terpaku sama stereotipe (dari sebuah pekerjaan). Walau pun saya bekerja di belakang meja, ada yang saya bisa lakukan di situ yang berguna buat orang lain,” ujar Nita saat berbagi pengalaman dalam menghadapi stereotip tentang pekerjaannya.
Baca Juga: Pakar PBB: Mengkritik Israel Tak Sama dengan Antisemitisme
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...
GKJ Pererat Hubungan dengan Warga Melalui Jumat Be...
Demi Kepentingan Kaum Betawi, RK dan Eki Pitung Se...