CARITAU JAKARTA - Pengamat politik Citra Institute, Yusak Farhan menyoroti perihal kemungkinan munculnya politik polarisasi pada kontestasi pemilihan presiden (Pilpres) 2024, terlebih hanya terdapat dua kandidat bakal calon presiden (Bacapres) yang maju di pemilu 2024 mendatang.
Adapun kedua kandidat itu yakni Gubernur aktif Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang diusung PDIP dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang resmi diusung oleh Partai Nasdem.
Baca Juga: Guru Besar Unhas Sebut Gibran Punya Solusi untuk Pertanian, Mahfud dan Cak Imin Masih Cari Masalah
Berkaitan dengan hal tersebut, Yusak menilai, jika pada kontestasi pemilu 2024 mendatang hanya di isi oleh dua kandidat capres maka sangat dikhawatirkan dapat menimbulkan goresan luka lama yakni munculnya kembali polarisasi politik.
Dekan FISIP UNPAM Serang itu mengungkapkan, potensi munculnya polarisasi tersebut lantaran masyarakat akan terbelah ke dalam dua kubu yang masing-masing memiliki pilihan berlatar belakang dua calon presiden yang bakal maju di kontestasi pemilu 2024 mendatang.
Dirinya menuturkan, apabila di Pilpres 2024 nanti hanya terdapat dua Paslon, maka kemungkinan bakal berpotensi menimbulkan polarisasi untuk memecah belah masyarakat menjadi dua bagian kelompok pendukung masing-masing calon.
"Jika hanya dua pasang yang bertarung, potensi terjadinya polarisasi cukup terbuka," kata Yusak saat dihubungi di Jakarta, Selasa (11/07/2023).
Ia melanjutkan, hal itu pernah terjadi pada kontestasi Pemilu 2019. Saat itu, menurutnya, merupakan contoh pengalaman pemilu yang dinilai cukup buruk lantaran hampir memecah belah bangsa.
Adapun menurut Yusak, polarisasi yang terjadi pada Pemilu 2019 itu telah merepresentasikan pengalaman pahit bagi catatan eskalasi sejarah perjalanan demokrasi Indonesia.
"Kita sudah punya pengalaman buruk atas gejala terbelahnya masyarakat secara ekstrim akibat adanya dua pasang capres-cawapres di 2019. Masak kita mau ulangi lagi," tutur dia.
Dalam keteranganya, Yusak berharap polarisasi yang terjadi pada pemilu 2019 lalu dapat jadi pelajaran yang berharga bagi politikus dan juga masyarakat agar dapat membangun kontestasi Pemilu 2019 yang jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia (Jurdil Luber)
Yusak menegaskan, diksi itu harus diterapkan dengan harapan demokrasi Indonesia menjadi salah satu contoh bagi sistem politik untuk di tiru oleh negara lain. Sebab, negara indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi harkat dan martabat persatuan antar sesama anak bangsa.
Yusak menambahkan, atas uraian problematik politik tersebut, maka suka tidak suka kontestasi Pilpres 2024 mendantang harus diisi lebih dari dua pasangan calon capres dan cawapres. Hal itu lantaran untuk mencegah munculnya siasat polarisasi pemecah belah bangsa.
"Skenario dua pasang calon hanya akan merusak demokrasi dan mempersempit ruang pilihan bagi masyarakat," tandasnya. (GIB/DID)
Baca Juga: Pengamat Nilai Dukungan Khofifah Buat Prabowo-Gibran Bakal Repotkan PKB Jatim
dua paslon pemilu presiden polarisasi pilpres 2024 pemilu 2024
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...