CARITAU MAKASSAR – Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto memilih ‘puasa’ bicara soal capres. Dia menyatakan, partainya enggan terburu-buru dalam menentukan figur yang akan diusung sebagai capres dan cawapres untuk Pilpres 2024.
"Apalagi, proses pendaftaran pasangan capres dan cawapres untuk Pilpres 2024 baru dimulai 2023 mendatang," jelasnya, usai jadi pembicara di kuliah umum tentang geopolitik Soekarno, di Kampus Universitas Hasanuddin, Makassar, Kamis (28/7/2022) kemarin.
Baca Juga: Pangdam: Silakan Laporkan Personal TNI yang Tidak Netral
Bagi PDIP, kata dia, saat ini konsentrasi utama bukanlah membahas soal calon presiden (capres), tetapi bagaimana mengerahkan energi membantu rakyat.
Menurut Hasto, PDI Perjuangan saat ini fokus membantu rakyat karena jika berbicara calon presiden saat ini masih terlalu prematur lantaran pencalonannya baru dimulai Agustus tahun depan.
"Jadi, mengapa kita buang energi dengan wacana tersebut. Bagi kami segala sesuatu ada waktunya, ada momentumnya, sesuai tahapan Pemilu," katanya.
Hasto menegaskan itulah alasannya kenapa PDIP tidak larut dalam pembahasan capres. Meskipun kemudian oleh sejumlah pihak, dianggap sikap itu sebagai bentuk tak ingin menjalin kerja sama atau koalisi. Ada juga yang menyalahartikan makna koalisi tunggal.
"Sekali lagi kita jangan buang energi, bagi PDI Perjuangan skala prioritas memperbaiki ekonomi rakyat. Apalagi kita baru menghadapi pandemi Covid yang membutuhkan perhatian besar agar kita bisa segera bangkit," tuturnya
Ia mengatakan, pada waktunya, akan tiba saat membahas soal capres dan kerja sama untuk mengusung capres.
Termasuk memberi komitmen saat pemerintahan berjalan nantinya. Dia mencontohkan dukungan PDIP tidak pernah kendor dalam mendorong keberhasilan Pemerintahan Jokowi-Maruf Amin.
"Karena keberlangsungan pemerintahan itu kan sangat penting," ucapnya.
Apalagi menurut Hasto soal capres ini terkait bagaimana pentingnya untuk menangkap apa yang menjadi harapan masyarakat. Sehingga bagi PDIP, sebelum capres ditetapkan butuh pemikiran serta perenungan mendalam soal sosok seperti apa yang dibutuhkan oleh Indonesia dan rakyatnya.
Pada saatnya, lanjut Hasto, Ketua Umum Megawati Soekarnoputri akan memutuskan berdasar semua proses tersebut.
"Harus diingat, presiden dan wakil presiden itu harus didukung oleh satu konsepsi tentang pembangunan masa depan seperti apa. Jadi tidak sekadar bicara capresnya," urainya.
Bagaimana pemimpin yang bekerja dengan ideologi, yang memberikan direction atau arah, yang bekerja dengan platform.
"Dan keberpihakan kepada kepada kepentingan masyarakat luas," tambahnya.
Dalam kesempatan tersebut, Hasto mengatakan bahwa geopolitik secara umum berbicara tentang fenomena politik berdasarkan pada faktor geografis.
Menurutnya, cara pandang geopilitik memberikan dampak terhadap kemajuan bangsa. Beliau mengatakan, pemikiran geopolitik Soekarno memuat beberapa hal penting yakni berdasarkan pada ideologi pancasila.
Di mana, bertujuan membangun tata dunia baru, berdasarkan prinsip bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imperialisme dan kolonialisme.
"Tidak hanya itu, juga mengandung pentingnya menggalang solidaritas bangsa berdasarkan prinsip ko-eksistensi damai dan berorientasi pada struktur dunia demokratis, sederajat dan berkeadilan," bebernya.
Lebih lanjut, Hasto menggambarkan posisi Sulawesi Selatan yang harus dibangun berdasarkan pemahaman geopolitik, khususnya menyangkut strategis Selat Makassar.
Dengan akan dibangunnya Ibu Kota Negara Indonesia di Kalimantan Timur, beliau mengatakan Makassar berada dalam koridor segaris dan menjadi pintu yang menghubungkan ke Utara sampai ke Samudera Pasifik.
Makassar memiliki peran penting untuk mengambil bagian. Sebagai perguruan tinggi di Indonesia Timur, Unhas harus membangun kesadaran terhadap masa depan.
"Apa titik titik strategis yang harus dikembangkan dalam konteks konektografi, yang perlu dibangun dalam konteks geopolitik Soekarno," jelas Hasto.
Ia juga mengajak perguruan tinggi untuk berperan secara aktif dalam berbagai permasalahan bangsa melalui berbagai peran dan aksi nyata.
"Menurut saya, bangsa yang besar hadir karena adanya keterlibatan perguruan tinggi melalui riset dan inovasi," pungkasnya. (KEK)
Baca Juga: Pascadebat Capres, Prabowo Jadi Raja Medsos
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...