CARITAU JAKARTA - Kolektif asal Taiwan, Island Futurism, baru saja merilis album kedua mereka yang bertajuk "Patri-Ark 海長老" pada Mei 2023 ini. Album tersebut memuat tujuh trek yang sudah bisa didengar di sejumlah layanan musik digital.
Kolektif musik dengan 11 personel ini mencampurkan banyak pengaruh dalam musiknya. Dari mulai Afrobeat, jazz, funk, psikedelik, hingga dub/reggae yang dikombinasikan dengan ‘kearifan lokal’ Taiwan baik itu dari tradisi Hokkien maupun orang asli Taiwan.
Meski lagu-lagunya mayoritas instrumental tanpa syair, Island Futurism membangun sebuah narasi yang cukup kuat dari keseluruhan album ini. Itu semua terhubung dari lagu pertama sampai terakhir, pemilihan judul, keberagaman instrumen, hingga artwork.
Baca Juga: China Kecam Aliansi Militer AS-Jepang
“Keseluruhan album ini menggambarkan kepercayaan orang Taiwan atas dibangunnya sebuah peradaban. Itu dimulai ketika sebuah batu raksasa jatuh dari langit dan bencana banjir besar yang merupakan titik balik antara dunia mitologis kuno dengan dunia sejarah saat ini,” ungkap Island Futurism dalam keterangan resminya, yang diterima di Jakarta, Jumat (26/5/2023).
Album dibuka dengan kisah jatuhnya sebuah batu besar dari langit dan mitos banjir yang disampaikan dalam trek ‘Giant Stone Falling from The Sky’. Kisah ini dipercaya mewakili titik balik antara dunia mitologis kuno dan dunia sejarah saat ini yang dianggap cocok sebagai gerbang narasi dari album ‘Patri-Ark’.
Di trek kedua, disusul oleh ‘Sunbird’ terinspirasi oleh burung Siliq di Gunung Sylvania, mengisahkan pasangan pertama di dunia setelah seekor burung dewa membuka batu raksasa. Adapun lagu utama ‘Patri-Ark’, yang justru disimpan sebagai trek ketujuh, merupakan penghormatan kepada dewa laut ‘Hái-Ang’ (penatua laut). Ini mewakili dewa laut dan budaya pemujaan paus raksasa di Taiwan.
Album ini menyertakan dua interpretasi modern dari melodi tradisional: ‘Spring Around’ dan ‘Water-Moon Ascending to the Tower.’ "Spring Around" merayakan musim semi selama peradaban pertanian dan menggabungkan ritme dasar yang mengacu pada referensi Afrika.
Sementara "Water-Moon Ascending to the Tower" menggunakan "delapan nada" - instrumen skala kuno yang umum digunakan di seluruh Asia Timur untuk menciptakan suasana perjalanan waktu yang menghubungkan masa lalu dengan masa depan.
Untuk proses pengerjaan album ini, Island Futurism memulainya sejak Januari 2023 di Yuchen Studio. Yuchen sendiri merupakan salah satu studio rekaman ternama di Taiwan yang juga sering menggelar sebuah Live Sessions bertajuk ‘CINEMAPHONIC’.
Dalam dapur produksi, Island Futurism mendaku produser dan mixing engineer Ta-Wei Wong, juga Chen-Yen Wu sebagai recording engineer. Untuk teknisi drum mereka percayakan pada Lijon Hsu.
Sementara itu, proses mastering dilakukan di Metropolis Studio, Amerika Serikat oleh Mike Hillier, seorang mastering engineer kelas dunia yang pernah bekerja sama dengan Bonobo, Kasabian, Maribou State, The Streets, hingga Genesis.
Penggarapan sampul dilakukan oleh ilustrator kenamaan Taiwan, Khu Tsing-Bûn yang kemudian dirancang tata letaknya oleh Han Wu. Keseluruhan sampul dibuat lebih otentik dengan kearifan lokal kaligrafi Taiwan yang digarap oleh Yo-Shin Lai.
Dengan racikan musik yang beragam, Island Futurism dipastikan akan menjadi satu unit yang tidak hanya bisa diterima oleh Taiwan, tetapi juga Asia bahkan dunia.
Tentang Island Futurism
Island Futurism adalah kolektif bermusik yang kini diisi oleh 11 personel. Kolektif yang menamakan musiknya sebagai Formobeat atau Formosa (sebutan lain untuk pulau Taiwan) beat ini, memulai perjalanan musikalnya di Taipei, Taiwan pada 2018 lalu.
Island Futurism digagas oleh DJ @llenblow, seorang veteran di kancah dub/reggae Taiwan yang sebelumnya menggagas sejumlah proyek musik seperti Hang In The Air & Taimaica Soundsystem. DJ @llenblow sejak awal sampai saat ini menjadi bassis untuk Island Futurism.
Kini, Island Futurism diperkuat oleh How Chen pada guitar dan Hong-Yu Chen (Tenor Saxophone & Dizi) serta Grace Lu (Trumpet) di posisi brass section. Pada drum dan perkusi, masing-masing ada Guan-Zheng Wu (drums), Danny Tsai (jimbe), Wahcee (drum pad), Eileen Tu (woodpecker), dan shekere yang dimainkan oleh Acknos Ko & Diana Chen. Semua instrumen kemudian diolah oleh A.P.R.A yang berada di posisi dub control. Formasi ini membuat ‘Patri-Ark’ menjadi lebih bernuansa sci-fi jika dibanding dengan debut mereka ‘Aislander’ (2020). (IRN)
Baca Juga: KPU Tetapkan 65 Ribu Surat Suara di Taiwan Tidak Sah
patri-ark island futurism album sophomore lp idtw indonesia taiwan pop buerau instrumental rilis taiwan
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...