CARITAU BEIJING - China mewacanakan akan memodifikasi kitab suci Al-Qur’an dengan isi yang digabungkan dan disesuaikan antara nilai-nilai Islam dengan Konghucu. Hal kontroversial tersebut pertama kali diungkapkan oleh Presiden Xi Jinping.
Dalam laporannya, Radio Free Asia (RFA) menuliskan, Al-Qur’an versi China ini adalah sebagai bagian dari ‘sinifikasi’ terhadap Islam. Dinukil dari laporan CNN, Sinifikasi (sinicize) adalah proses mengubah atau memodifikasi sesuatu sesuai dengan budaya China. Tujuan tersebut sudah sudah dirancang sejak 2018 lalu.
Baca Juga: AS Tuding Mata-mata China Gunakan Balon Udara Berkedok Penelitian Metereologi
Pada akhir Juli 2023 lalu, sekelompok pejabat pemerintah dan akademisi dikabarkan berkumpul di Urumqi, Ibu Kota Xinjiang. Pertemuan tersebut dilakukan untuk membahas penerapan wacana soal modifikasi Al-Qur’an tersebut.
Selama ini, Xinjiang juga dikenal sebagai wilayah di barat daya China yang mayoritas dihuni penduduk Muslim, terutama etnis Uighur. Seperti diketahui, pemerintah China kerap mengontrol ketat aktivitas beragama warga Xinjiang hingga menahan jutaan etnis Uighur di kamp konsentrasi untuk doktrinisasi nilai komunis.
Dikutip dari kantor berita Xinhua, para pejabat dan akademisi China yang berkumpul di Urumqi menyebut eksekusi sinifikasi terhadap Islam belum berjalan signifikan sejak rencana ini disusun pada 2018 lalu.
Sebagai catatan, Institut Pusat Sosialisme China yang juga bagian dari Kelompok Kerja Front Persatuan Partai Komunis, menyusun rencana nasional 32 poin untuk sinifikasi masing-masing dari tiga agama monoteistik utama di China yakni: Protestan, Katolik, dan Islam. Rencana ini disebut bakal dilaksanakan dalam lima tahun ke depan.
Rencana tersebut disebut sebagai upaya pemerintah China merespon persoalan yang menurut mereka beberapa tempat di Negeri Tirai Bambu tersebut telah "dipenuhi dengan ideologi ekstremis."
Mereka mencontohkan, Masjid-masjid meniru arsitektur asing, umat Muslim mengenakan pakaian asing, dan label halal pada makanan diterapkan secara berlebihan. "Beberapa meniadakan ideologi tradisional Islam China," tulis rencana tersebut seperti dikutip RFA.
Dengan begitu, Partai Komunis China (PKC) ingin memperkuat pengaruh Tiongkok dengan membuat Al-Qur’an dan Hadis dalam versi terjemahan baru. Terjemahan ini nantinya menggunakan ‘Konfusianisme’ untuk menafsirkan kitab suci.
Penafsiran ini sendiri merujuk pada koleksi terjemahan dan tulisan Islam Dinasti Qing dalam bahasa Mandarin yang dikenal sebagai Kitab Han. Kitab Han adalah kumpulan teks Islam yang menggunakan konsep Konfusianisme untuk menjelaskan teologi Islam.
Sejalan dengan ini, para akademisi dan pejabat menilai Beijing perlu berbuat lebih banyak untuk bisa memadukan Islam dengan Konfusianisme alias nilai-nilai Konghucu. Salah satu caranya, mereka ingin merilis Al-Qur’an baru yang diterjemahkan dalam bahasa Tiongkok dan memiliki rujukan yang selaras dengan "semangat zaman."
"Mengsinifikasi Islam di Xinjiang harus mencerminkan aturan historis tentang bagaimana masyarakat berkembang, melalui konsolidasi kekuatan politik, pengamanan masyarakat, dan pembangunan budaya," kata Wang Zhen, seorang profesor di Institut Pusat Sosialisme China.
Presiden China, Xi Jinping, pertama kali menyinggung soal sinifikasi agama ini saat berpidato pada 2015. Dia kemudian menyebut upaya sinifikasi Islam secara spesifik pada 2017.
Islam di mata China memang dipandang sebagai ancaman terhadap keunggulan mereka. Seiring dengan itu, Beijing kerap menganiaya Muslim yang ada di negara itu, seperti etnis Uighur dan Hui. (IRN)
Baca Juga: Xi Jinping Dijadwalkan Bertemu Joe Biden di AS Pertengahan November
china xi jinping al-qur'an Konghucu Konfusianisme Sinifikasi partai komunis china uighur Muslim China
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...