CARITAU JAKARTA - Ramalan cuaca BMKG untuk DKI Jakarta hari ini, Rabu (9/8/2023) cerah sejak pagi hingga malam di seluruh wilayah. Namun data pantauan kualitas udara Jakarta menurut situs IQAir pada pagi ini pukul 5.00 WIB, dalam kondisi tidak sehat. Hal tersebut sudah berlangsung beberapa hari.
Dilansir dari laman IQAir, Indeks kualitas udara (AQI) Jakarta pagi ini mencapai 160 dengan konsentrasi polutan utama PM2.5 sebesar 72 mikrogram per meter kubik.
Nilai ini membuat kualitas udara Jakarta menjadi nomor dua terburuk di di dunia setelah Johannesburg, Afrika Selatan (152), yang diikuti Santiago, Cili (131) pada urutan ketiga, Dhaka Bangladesh (129, dan posisi lima Beijing, Cina (152). Sehari sebelumnya bahkan Jakarta menempati posisi urutan pertama.
Menanggapi hal tersebut, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono mengemukakan perlu sinergi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan pemerintah daerah sekitar, yakni Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Bodetabek) untuk mengatasi masalah kualitas udara di Jakarta.
"Jadi memang beban Jakarta berat. Tapi tidak mengurangi tanggung jawab Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemda tak lepas tanggung jawab, kami berusaha untuk itu," kata Heru saat kepada media, Rabu (9/8/2023).
Untuk mengatasi rendahnya kualitas udara atau pencemaran udara di Jakarta, kata Heru, tidak bisa hanya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sendiri. Perlu adanya sinergi dari wilayah Jabodetabek untuk mengatasi kondisi tersebut.
Buruknya kualitas udara masih menghantui DKI Jakarta, sekalipun kegiatan perindustrian telah bergeser ke luar kota. Hal itu karena pencemaran udara masih datang dari banyaknya kendaraan bermotor.
Heru menyebutkan, jumlah kendaraan roda dua maupun roda empat yang masuk ke Jakarta terus bertambah setiap tahun.
Berdasarkan data yang diterima Heru, dalam kurun waktu 1,5 tahun terakhir kendaraan roda empat meningkat dari 4 juta menjadi 6 juta. Sedangkan roda dua dari 14 juta menjadi 16 juta.
Lalu kendaraan yang berpelat B atau dari Jabodetabek pun sudah hampir semua masuk ke Jakarta. Karena itu Heru menyebutkan beban Jakarta memang berat.
Salah satu upaya Pemprov DKI mengurangi emisi, yakni pengadaan bus TransJakarta maupun mobil dinas bertenaga listrik.
"Contoh DKI menambah kendaraan bus dengan listrik, misal 2 tahun ke depan kita tambah 100 bus. Begitu juga Dishub menggunakan roda duanya listrik. Kendaraan dinasnya secara bertahap walau anggaran terbatas," kata Heru.
Selain itu, Pemprov DKI juga menggencarkan penanaman pohon. Selama Heru menjabat sebagai Pj Gubernur DKI Jakarta, pohon yang ditanam sudah sebanyak 15 ribu pohon.
Menurut Heru, penanaman pohon yang dilakukan Pemprov DKI setidaknya setiap Selasa atau Jumat itu memberikan efek jangka panjang.
"Pemda DKI memberikan maksimal setiap Jumat para wali kota, Jumat menanam pohon. Begitu juga saya kalau luang tiap Selasa dan Jumat tanam pohon," kata Heru.
Heru mengajak pemerintah daerah penyangga Jakarta turut andil dalam aksi memperbaiki kualitas udara di Jakarta. "Memang secara 'short time' (waktu singkat) tidak bisa. Harapan kami teman-teman Jabodetabek saling bersinergi," ujar Heru.
Sebelumnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mengajak warga Jakarta dan sekitarnya menggunakan transportasi publik untuk menjalani aktivitas sehari-hari.
"Dengan menggunakan transportasi publik berarti kita ikut membantu menciptakan udara bersih di Jakarta," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta Asep Kuswanto.
Asep mengatakan penggunaan transportasi pribadi di DKI Jakarta selama ini menyumbang 70 persen polusi udara. Dengan banyaknya warga yang berpindah ke transportasi publik tentunya akan berkontribusi pada turunnya polusi udara.
Buruknya kualitas udara di Jakarta juga menjadi perhatian para selebritis. Salah satunya penyanyi Raisa yang ikut protes soal kualitas udara buruk di DKI Jakarta dan sekitarnya.
Melalui laman Instagram Story, pada Senin (7/8/2023) lalu, dirinya menunjukkan indeks kualitas udara di wilayahnya berada di kategori sangat tidak sehat dengan US AQI 207, di suhu 30 derajat dan kecepatan angin 7,4 km per jam.
Ia mengaku heran dan resah lantaran pemerintah bak membiarkan polusi terus berlanjut. Padahal, risikonya bisa memicu beragam masalah kesehatan termasuk paru-paru.
Baca Juga: Penjualan Pernak-pernik Merah Putih di Pasar Jatinegara
"Another day being DENIED basic human need; clean air. Pas covid heboh penanganannya sekarang diem saja pura-pura nggak tau, denial, nggak ada solusi," curhatnya.
"Kasih tau dong langkahnya apa? Memang niatnya buat bunuh kita dan anak-anak kita pelan-pelan gini?" lanjut Raisa.
Sedangkan chef Renatta Moeloek menunjukkan indeks kualitas udara (AQI) di Jakarta, Selasa (8/8/2023) mencapai 202. Itu artinya kualitas udara di wilayah tersebut sangat tidak sehat.
Imbas polusi tinggi dan udara tidak sehat, penyakit sinus yang diidap Renatta Moeloek kambuh.
"Saya yang sinus dan allergic rhinitis paket lengkap cukup rasakan sendiri dan sudah tahu tanpa cek data. Tiap ada gejala-gejala, saya cek, dan benar," cuit Renatta Moeloek dilihat dari akun Twitter pribadinya.
Sehari sebelumnya, Renatta juga mengunggah keluhan senada. Renatta Moeloek juga membandingkan bagaimana penanganan masalah udara sehat di Jakarta.
"Polusi Jakarta yang bertahun-tahun punya AQI rata-rata di atas 170 dan berstatus 'berbahaya untuk kesehatan', tapi tetap tidak ada yang bahas atau gerak," tegasnya, dalam cuitan Twitter.
"Di beberapa negara, capai AQI 150 itu sudah jadi headline berita dengan warning heboh jangan keluar rumah, tutup jendela, pakai masker dan pasang purifier," lanjut Renatta Moeloek. (IRN)
Baca Juga: Kenaikan Tarif PBB Jakarta
dki jakarta indeks kualitas udara kualitas udara jakarta terburuk polusi udara iqair raisa chef renatta polusi udara di jakarta
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...