CARITAU PORT-AU-PRINCE - Haiti tengah dilanda kekacauan. Kepala geng Haiti yang juga mantan petugas polisi, Jimmy ‘Barbecue’ Cherizier, memberi peringatan kepada pemerintah, bahwa bisa terjadi "perang sipil" kalau Perdana Menteri Ariel Henry tidak mengundurkan diri.
"Jika Ariel Henry tidak mengundurkan diri, jika masyarakat internasional terus mendukungnya, kami akan mengobarkan perang sipil yang akan mengarah pada genosida," kata Cherizier, Rabu (6/3/2024) dalam sebuah pernyataan media..
Baca Juga: China Sudah Evakuasi 51 Warganya dari Haiti
Diketahui, usai memicu kerusuhan yang membebaskan ribuan tahanan, Geng Cherizier telah beberapa kali mencoba merebut bandara utama Port-au-Prince untuk menghentikan Henry kembali dari luar negeri. Komplotan itu juga menyerang penjara-penjara, kantor polisi, menteri dan target strategis lainnya.
Tiga hari setelah Henry menandatangani perjanjian bilateral di Kenya untuk menyelesaikan rincian pengerahan 1.000 petugas polisi Kenya untuk mengambil kembali kendali atas negara yang bermasalah itu, perdana menteri tampaknya mendarat dengan selamat di San Juan, Puerto Riko. Sampai sekarang Henry masih berada di kota itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rabu, mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah Amerika Serikat telah meminta Henry untuk turun dari jabatannya dan "melangkah dalam proses politik menuju pembentukan dewan transisi presiden yang akan mengarah pada pemilihan umum.”
Henry, dilansir dari Antara, yang mendapatkan kekuasaan sejak 2021, telah menunda pemilihan yang dijanjikan.
Pertempuran sengit antara polisi dan geng bersenjata telah terjadi di Haiti sejak akhir pekan.
Selama insiden itu, lebih dari 4.500 narapidana melarikan diri dari dua penjara, termasuk anggota geng serta mereka yang ditangkap sehubungan dengan pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 2021.
Setelah kelompok bersenjata, yang menguasai 80% ibu kota negara, membebaskan ribuan narapidana dari penjara, pemerintah Haiti mengumumkan keadaan darurat 72 jam.
Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk melaporkan pada Rabu bahwa 1.193 orang tewas sejak awal tahun dan 692 lainnya terluka akibat kekerasan geng.
“Sistem kesehatan berada di ambang kehancuran. Rumah sakit sering kali tidak memiliki kapasitas untuk merawat mereka yang datang dengan luka tembak. Sekolah dan tempat usaha ditutup, dan anak-anak semakin banyak dimanfaatkan oleh geng.
Selain itu aktivitas ekonomi terhambat karena geng-geng memberlakukan pembatasan terhadap pergerakan masyarakat. Penyedia air minum terbesar di Haiti telah menghentikan pengiriman.
"Setidaknya 313.000 orang saat ini menjadi pengungsi internal,” katanya.
Turk mendesak masyarakat internasional untuk bertindak cepat dan segera untuk mengerahkan misi dukungan keamanan multinasional di negara Karibia tersebut.
"Kenyataannya adalah, dalam konteks saat ini, tidak ada alternatif realistis yang tersedia untuk melindungi nyawa,” kata komisaris tinggi tersebut. “Kita hanya kehabisan waktu.”
PBB memperkirakan bahwa 15.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di ibu kota akibat gelombang kekerasan terbaru, menambah lebih dari 300.000 orang yang telah mengungsi akibat kekerasan geng. (IRN)
Baca Juga: Usai Bebaskan Ribuan Tahanan, Kelompok Bersenjata di Haiti Mencoba Kuasai Bandara
Geng bersenjata Kelompok Bersenjata Haiti Kerusuhan di Haiti perang sipil pembantaian warga sipil
Viral! Video Oknum Relawan Paslon Kotabaru 02 H Fa...
Cara Upgrade Skill Gaming dengan Samsung Galaxy A1...
Masuk Minggu Tenang, Pj Teguh Pastikan Jakarta Ber...
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...