CARITAU MAKASSAR – Kasus kekerasan seksual dan predator anak di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) masih meningkat di tahun 2022.
Berdasarkan catatan Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) tercatat sepanjang 2021 kasus predator mencapai 774 kasus.
Baca Juga: Pasca Roboh, Jemaah Masjid Ittifaqul Makassar Gelar Ibadah Salat di Luar
Selain itu, turut pula kasus dugaan asusila, pencabulan serta pelecehan seksual terhadap anak.
"UPTD mencatat ada ratusan kasus di 2021, utamanya kasus kekerasan seksual yang terjadi pada anak," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) Achi Soleman.
Meskipun untuk tahun 2022 pihaknya belum merincikan peningkatannya berapa persen, namun ia mengaku saat kasus tersebut meningkat.
Modusnya, kata Achi, para pelaku melakukan aksinya melalui media sosial (medsos) dengan mengajak berkenalan.
"Mereka (pelaku) grooming online mencari anak yang potensinya bisa sangat besar. Ya, pertama itu mungkin chat-chat, perkenalan dulu nanti pembicaraannya sudah mengarah ke hal-hal yang bersifat seksualitas, sehingga memang anak rawan untuk mengalami grooming online," katanya.
Parahnya lagi, selain orang dewasa pelaku predator ada yang ditemukan berusia 18 tahun dan para korbannya berusia dibawah 18 tahun ke bawah.
Modusnya, kata dia, pelaku mengiming-imingi kepada anak dalam bentuk makanan seperti biskuit, kue ataupun uang dan permainan game online.
"Kebanyakan modus pelaku selalu meminjamkan pinjamkan hp-nya ke anak. Nanti ketika asik, dia sudah merasa nyaman main game, (pelaku) sudah mulai mengarah kepada seksualitas," bebernya.
Adapun upaya dilakukan Pemkot Makassar untuk memberikan pendampingan terhadap korban. Tidak hanya kepada korban, tetapi termasuk di dalamnya adalah keluarga korban.
"Kita akan konseling karena kami memang punya ada psikolog yang berfungsi untuk melakukan pembelajaran keluarga," ujarnya.
Selain itu, melalui program ‘Jagai Anak ta' ada bentukan shelter yang ada di masing-masing kelurahan yang ada di Kota Makassar. Sebagai wadah untuk masyarakat berpartisipasi dalam upaya pencegahan dan penanganan pelecehan seksual.
"Jadi lewat shelter warga ini fungsi-fungsi keluarga dan fungsi-fungsi dari ketahanan keluarga lebih diperkuat lagi," katanya.
Selain itu, para orang tua juga perlu berperang dalam mengatasi permasalahan ini, untuk menjaga anak-anaknya dengan cara mengedukasi dalam bermedia sosial. Apalagi sekarang ini dunia sudah dalam genggaman kita dalam penggunaan handpone.
Penggunaan media sosial sangat berpotensi besar untuk terjadinya kekerasan seksual pada anak maupun pada perempuan.
"Perlu diedukasi bahwa memang harus bijak menggunakan media sosial karena kekerasan tidak hanya ada di depan mata kita tapi kekerasan yang bersifat dunia maya juga bisa terjadi di manapun," tandasnya. (KEK)
Baca Juga: Warga di Makassar Temukan Bayi Perempuan Dibuang di Tempat Sampah
kasus kekerasan seksual anak predator anak modus kekerasan seksual anak lewat medsos caritau makassar
Haaland Quattrick, Manchester City Tempel Ketat Ar...
Aktivitas Gunung Ruang masih tinggi
Permintaan Ekspor Teripang
Tasyakuran Awal Musim Tanam Tembakau di Temanggung
Dampak Banjir Bandang di Sidrap