CARITAU JAKARTA - Junta Militer Niger menuduh bahwa Prancis telah melanggar wilayah udara negaranya. Selain itu, Prancis disebutkan telah bersekongkol untuk merusak stabilitas negara Afrika Barat tersebut.
Tuduhan tersebut muncul di tengah ketegangan yang meningkat usai kudeta militer baru-baru ini. Kudeta tersebut mengakibatkan Presiden Mohamed Bazoum terguling dari kursi kekuasaan.
Baca Juga: Macron Sebut Dirinya Tak Yakin Trump akan Menang Pemilu AS
Dalam pernyataan yang disampaikan pada Rabu (9/8/2023) melalui televisi nasional, junta menegaskan bahwa sebuah pesawat milik militer Prancis telah melanggar larangan terbang di wilayah Niger.
Insiden itu menambah kekhawatiran junta bahwa sedang ada rencana yang lebih besar untuk menabur perselisihan di dalam negeri.
Juru bicara junta, dilansir dari Antara, Kolonel Amadou Abdramane, menyampaikan dugaan bahwa pasukan Prancis kemungkinan punya motif tersembunyi untuk menciptakan gambaran merata soal suasana tidak aman.
Terkait gambaran seperti itu, junta menuduh pasukan Prancis berniat "merusak reputasi" pemerintah sementara --yang menyebut diri mereka sebagai Dewan Nasional Pelindung Negara (CNSP).
Abdramane mengatakan Prancis juga membebaskan 16 teroris yang sebelumnya ditahan. Menurut junta, teroris-teroris itu berencana melakukan serangan pada Rabu terhadap Pasukan Nasional.
Ia menambahkan bahwa serangan itu mengincar sebuah posisi yang dikendalikan Pasukan Nasional di wilayah Tillaberi, yang berbatasan dengan Mali, Burkina Faso, dan Benin.
Perkembangan itu membuat pihak berwenang di Niger menyatakan status kewaspadaan tinggi di seluruh negeri.
CNSP memperingatkan masyarakat dalam dan luar negeri bahwa "kegawatan sedang berlangsung" yang disebabkan oleh militer Prancis, ujarnya.
Junta, yang awal bulan ini menunjuk seorang perdana menteri peralihan, memiliki keinginan besar untuk menegaskan kewenangannya dan berjanji untuk menjaga stabilitas Niger.
Prancis, yang dulu merupakan penjajah Niger, telah menempatkan pasukan militer di wilayah Sahel sebagai bagian dari upaya memerangi teroris.
Kementerian luar negeri dan angkatan bersenjata Prancis mengeluarkan pernyataan bersama berisi bantahan terhadap "tuduhan-tuduhan baru tak berdasar" yang dibuat oleh kalangan pemberontak di Niger.
Menurut pernyataan itu, operasi udara yang berlangsung di Niger sudah disetujui sebelumnya dan secara teknis sudah dikoordinasikan dengan pasukan Niger. (IRN)
Baca Juga: Piala Dunia U-17 Prancis vs Senegal: Menang Adu Penalti, Les Blues Lolos ke 8 Besar
junta militer Presiden Niger nigeria kudeta prancis Presiden Mohamed Bazoum
Prihatin Pungli, Legislator Golkar Dukung Penertib...
Rombongan PAN Temui Jokowi, Zulhas Bantah Bahas Ka...
Menyeberangi Jembatan Rusak di Pesisir Selatan
Sabu 1,6 Kg Asal Malaysia Berhasil Digagalkan Masu...
KPU Sebut Caleg Terpilih Tak Wajib Mundur Bila Iku...