CARITAU WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat, Joe Biden menyuarakan keprihatinan terkait penanganan China terhadap wabah Korona. Hal ini dia sampaikan, mengingat China tidak melaporkan secara pasti angka kematian akibat penyakit tersebut.
Seperti diketahui, AS menjadi satu dari belasan negara yang telah memberlakukan pembatasan kepada turis dan warga negeri Tirai Bambu itu sejak mengeluarkan kebijak Nol-Covid pada bulan lalu.
Baca Juga: Presiden AS Sebut Tragedi Gaza Bukan Genosida
Dilaporkan Reuters, pejabat kesehatan global tengah mencari cara untuk mengatasi wabah yang memenuhi rumah sakit dan membanjiri beberapa rumah duka di sana, namun bertentangan dengan jumlah kematian virus resmi China yang rendah.
Direktur Kedaruratan WHO, Mike Ryan mengatakan kepada media pada hari Rabu bahwa angka saat ini yang diterbitkan dari China kurang mewakili rawat inap, pasien unit perawatan intensif dan kematian.
Tak lama berselang, Biden mengatakan bahwa dia prihatin tentang bagaimana China menangani wabah tersebut.
"Mereka sangat sensitif ... ketika kami menyarankan mereka tidak begitu terbuka," katanya kepada Reuters, Kamis (5/1/2023).
Dampak dari komentar WHO tersebut, tentu diharapkan memberi tanggapan dari Beijing ketika mengadakan konferensi pers reguler Kementerian Luar Negeri pada hari ini.
Namun, tidak ada tanggapan langsung dari pernyataan WHO di media pemerintah China pada hari Kamis. Dalam pernyataan sebelumnya, pemerintah China telah mengecilkan parahnya situasi.
Global Times yang dikelola negara mengatakan dalam sebuah artikel pada hari Rabu bahwa infeksi COVID telah memuncak di beberapa kota besar termasuk ibu kota, Beijing, mengutip wawancara dengan dokter di rumah sakit besar.
China melaporkan satu kematian COVID-19 baru di daratan pada hari Rabu, dibandingkan dengan lima kematian sehari sebelumnya, menjadikan jumlah kematian resminya menjadi 5.259 jiwa.
China Dituding Manipulasi Data
Hingga saat ini, China masih mengklaim daerahnya sebagai jumlah kematian terendah akibat wabah Korona.
"Pejabat kesehatan China mengatakan hanya kematian yang disebabkan oleh pneumonia dan gagal napas pada pasien yang terkena virus yang diklasifikasikan sebagai kematian akibat Covid-19," tulis Reuters di artikelnya berjudul Biden raises concern over China's COVID response after WHO questions data.
Dikabarkan, metode penghitungan kematian akibat Covid-19 cukup bervariasi di berbagai negara, sejak pandemi pertama kali mengeruak di kota Wuhan di China pada akhir 2019.
Namun para ahli penyakit di luar China mengatakan pendekatannya akan melewatkan beberapa jenis komplikasi Korona yang berpotensi fatal lainnya yang diakui secara luas, dari pembekuan darah hingga serangan jantung serta sepsis dan gagal ginjal.
Pakar kesehatan internasional memperkirakan setidaknya 1 juta kematian terkait Covid-19 di China tahun ini tanpa tindakan segera. Perusahaan data kesehatan yang berbasis di Inggris Airfinity memperkirakan sekitar 9.000 orang di China mungkin meninggal setiap hari akibat Covid-19. (RMA)
Baca Juga: Xi Jinping Dijadwalkan Bertemu Joe Biden di AS Pertengahan November
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...