CARITAU HOUSTON – Invasi Rusia ke Ukraina dinilai menjadi ‘peringatan besar’ bagi negara-negara di Eropa akan terjadinya krisis energi. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala eksekutif raksasa energi Prancis TotalEnergies, Patrick Pouyanne, Senin (7/3/2022).
Eropa bergantung pada gas alam Rusia, yang memasok sekitar 40 persen dari kebutuhannya. Pada Senin (7/3/2022), harga gas acuan melonjak ke rekor tertinggi, karena para pedagang khawatir Rusia dapat membatasi pasokan.
Baca Juga: PGN Ekspor Tujuh Kargo LNG ke China
"Apa yang terjadi hari ini di Eropa adalah peringatan besar bagi banyak pembuat kebijakan jika mereka serius tentang keamanan pasokan, keterjangkauan, dan tentu saja kompatibilitas perubahan iklim," kata Patrick Pouyanne pada konferensi energi CERAWeek di Houston seperti dilansir Antara.
"Kita harus memikirkan tiga bagian dari segitiga ini dan tidak berpikir bahwa hanya satu bagian yang penting."
Eropa bertujuan untuk secara tajam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dalam beberapa dekade mendatang untuk memerangi perubahan iklim, dengan pemerintah-pemerintah membatasi produksi minyak dan gas dan pembiayaan proyek bahan bakar fosil. Karena itu, bahan bakar gas menjadi energi alternatif yang dibutuhkan Eropa.
Sementara kapasitas pembangkit listrik tenaga surya dan angin Eropa telah tumbuh tajam dalam beberapa tahun terakhir, sistem tenaga dan energinya tetap sangat bergantung pada gas alam dan batu bara.
Pouyanne mengatakan Eropa perlu membangun lebih banyak infrastruktur untuk mengimpor LNG tambahan jika menginginkan alternatif untuk gas Rusia.
"Kenyataan di Eropa adalah kita tidak memiliki cukup terminal gas ulang hari ini untuk menggantikan volume gas pipa dari Rusia dengan LNG."
Pouyanne mengatakan TotalEnergies tidak berada di bawah tekanan pemerintah untuk sepenuhnya keluar dari Rusia setelah invasi Ukraina.
TotalEnergies adalah satu-satunya perusahaan energi besar Barat yang tidak berencana untuk sepenuhnya keluar dari Rusia; BP, Shell dan Exxon semuanya mengumumkan niat mereka untuk mundur. TotalEnergies mengatakan akan menghentikan semua pengeluaran baru di Rusia.
Perusahaan minyak utama Prancis itu memiliki 19,4 persen kepemilikan di Novatek, produsen gas alam cair (LNG) terbesar di Rusia, serta saham di proyek LNG Arktik yang dipimpin Novatek.
"Saya jelas telah berdiskusi dengan otoritas tertinggi di negara saya dan tidak ada dorongan dari mereka bagi kami untuk keluar dari Rusia," kata Pouyanne pada pertemuan para eksekutif energi.
Pouyanne mengatakan bahwa sanksi Barat terhadap Rusia mengecualikan gas alam dan karena itu tidak akan konsisten bagi perusahaan yang memproduksi gas untuk keluar dari negara itu.
Namun TotalEnergies telah berhenti membeli minyak dari Rusia, Pouyanne menambahkan, meskipun salah satu kilangnya yang terkurung daratan di Jerman terus menerima minyak mentah Rusia melalui pipa. (GIBS)
Baca Juga: Produksi Perdana LNG di Papua Barat Dilakukan September 2023
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024