CARITAU JAKARTA - Bagi traveler atau masyarakat yang gemar melancong dan berwisata perlu diketahui, dalam tradisi Kawalu, wisatawan tak diperkenankan untuk masuk ke Baduy Dalam. Alasannya, dalam tradisi kawula, masyarakat Baduy melaksanakan puasa sebanyak tiga kali dalam setahun, yakni pada bulan Kasa, Karo, dan Katiga.
Makna dari puasa ini adalah untuk membersihkan diri dari hawa nafsu yang buruk. Di bulan Kasa, mereka melakukan kawalu tembey atau kawalu awal. Pada tanggal 16, seluruh masyarakat Baduy akan berpuasa.
Masyarakat adat Baduy, hingga saat ini masih kokoh menjalankan tradisi dan budaya peninggalan nenek moyangnya. Di antara tradisinya adalah berpuasa selama tiga hari dalam bulan Kawalu.
Baca Juga: Ibadah Puasa Bisa Meringankan Gejala Maag dan Gerd? Begini Penjelasan Ahli
Kepala Desa Kanekes, Saija menuturkan bahwa dalam tradisi Kawalu, wisatawan domestik maupun lokal tidak diperkenankan untuk masuk ke Baduy Dalam.
Suku Baduy merupakan suku yang hidup di alam pegunungan Kendeng, Kabupaten Lebak Banten. Warga suku Baduy hidup berdampingan dan bergantung pada alam sekitar dan menjadikan suku Baduy tidak mengirimkan anak anaknya untuk bersekolah dan menuntut ilmu layaknya masyarakat pada umumnya.
Untuk diketahui, perkampungan masyarakat adat Baduy dalam di Leuwidamar, Lebak, Banten, ditutup selama 3 bulan.
Masyarakatnya sedang melaksanakan tradisi Kawalu. Bulan Kawalu tediri dari tiga bulan; pertama, Kawalu Miteumbeuy (awal), kedua, Kawalu Tengah, dan ketiga, Kawalu Tutug (akhir).
Adapun pelaksanaan tradisi Kawalu, dimulai dari tanggal 24 Januari 2023, hingga 24 April 2023 mendatang. Kampung yang ditutup, yaitu Cibeo, Cikartawarna, dan Cikeusik.
“Berdasarkan keputusan Tangtu Tilu Jaro Tujuh, Baduy dalam ditutup sementara selama 3 bulan,” kata Kepala Desa Kanekes Saija dalam surat pemberitahuan bulan Kawalu.
Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Surat Edaran Pemdes Kanekes Nomor 141.01/Ds-Kan/2001/2023 yang ditanda tangani oleh Kepala Desa Kanekes, Jaro Saija di Lebak pada Jumat, 20 Januari 2023.
Dalam surat tersebut menjelaskan, berdasarkan Tangtu Tilu Jaro Tujuh Lembaga Adat Kanekes, Kecamatan Leuwidamar melalui Kepala Desa Kanekes memberitahukan, bahwa sejak Selasa, 24 Januari 2023 sampai dengan Minggu, 24 April 2023 Baduy Dalam (Cibeo, Cikartawana dan Cikeusik) ditutup untuk pengunjung Saba Budaya Baduy selama Bulan Kawalu.
Saija menjelaskan, tiga kampung di Baduy dalam ditutup untuk kunjungan wisata Saba Budaya Baduy. Kunjungan tamu negara masih dibolehkan, namun dengan syarat pembatasan jumlah tamu.
Saija berharap, wisatawan yang datang bisa memaklumi tradisi adat. Wisatawan masih dibolehkan berkunjung, namun hanya di Kampung Baduy luar.
“Atas dasar keputusan lembaga adat Desa Kanekes, untuk dapat dipatuhi,”itu dikatakan Kepala Desa Kanekes Saija, Sabtu (28/1/2023).
Untuk diketahui, masyarakat adat Baduy masih memegang dan menjalankan tradisi yang diturunkan dari leluhurnya. Setiap satu tahun sekali, tradisi Kawalu akan dilakukan dari tanggal 1 kalawu tembey, sampai dengan 1 safar berdasarkan perhitungan yang dilakukan masyarakat Baduy.
Tradisi ini, merupakan rangkaian adat yang harus dilakukan sebelum melakukan tradisi puncak. Tradisi puncaknya yaitu Seba Baduy.
Masyarakat Baduy melaksanakan kawalu sebanyak tiga kali dalam setahun, yakni pada bulan Kasa, Karo, dan Katiga. Makna dari puasa ini adalah untuk membersihkan diri dari hawa nafsu yang buruk.
Di bulan Kasa, mereka melakukan kawalu tembey atau kawalu awal. Pada tanggal 16, seluruh masyarakat Baduy akan berpuasa. Puasa ini dilakukan sehari semalam hingga tanggal 17.
Di tanggal tersebut, mereka bakal berganti pakaian dengan yang baru dan bersih. Lalu sederet ritual dilakukan, seperti membuat saji (khusus wanita), mandi di sungai, pembacaan mantera oleh puun (ketua adat Baduy), dan diakhiri dengan makan saji (buka puasa).
Puasa di bulan Karo disebut kawalu tengah, sedangkan di bulan Katiga dinamakan kawalu tutug.
Ritual ngalaksa Di kawalu tutug, warga Baduy, baik tungtu (Baduy Dalam) dan panamping (Baduy Luar), menggelar ritual ngalaksa atau membuat makanan khas laksa. Prosesi ini dilakukan oleh ibu-ibu.
Makanan laksa, merupakan makanan berbahan tepung beras yang dibentuk seperti mi, lalu dicetak ke dalam tempat adonan yang dinamai sangku.
Adapun orang-orang yang membuat laksa haruslah yang berhati bersih dan jujur. Dan ketika melangsungkan ngalaksa, warga Baduy memanfaatkannya untuk menghitung jumlah warga.
Caranya, setiap kepala keluarga wajib menyerahkan ikatan tangkai padi sesuai dengan jumlah anggota keluarganya kepada kokolot (tetua) kampung setempat. (DID)
Baca Juga: Israel Hanya Izinkan Warga Palestina ke Masjid Al-Aqsa di Pekan Pertama Ramadan
traveler budaya suku baduy baduy dalam tradisi kawula puasa traveling
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...