CARITAU SURABAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Provinsi Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,49 persen pada Februari 2024 dibanding pada bulan sebelumnya yang deflasi 0,10 persen. Angka ini lebih tinggi dibanding inflasi Februari 2024 secara nasional sebesar 0,37%.
Angka inflasi tersebut diperoleh berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) gabungan 11 kota di Jatim.
Kepala BPS Provinsi Jawa Timur Zulkipli mengatakan bila dilihat pada Januari dan Februari 2024, bisa diasumsikan untuk 10 bulan yang tersisa kondisinya tidak berbeda dengan tahun sebelumnya.
"Kondisi Jawa Timur secara year to year akan mengalami inflasi sebesar 2,81%, ini menunjukkan bahwa sampai dengan saat ini perkembangan harga di Jawa Timur masih di dalam area target yang ditetapkan oleh pemerintah 2,5 plus minus 1% dari 11 kabupaten kota di Jawa Timur," ujarnya saat menyampaikan Berita Resmi Statistik di Surabaya, Jumat (1/3/2024).
Zulkipli menjelaskan, pada Februari 2024, secara bulanan (m-to-m) semua wilayah IHK mengalami inflasi, namun Sumenep yang tertinggi sebesar 0,70 persen dan Bojonegoro menjadi yang terendah sebesar 0,39 persen.
"Tentu hal ini menjadi catatan tersendiri untuk para pemangku kepentingan di mana dengan meningkatnya inflasi khususnya di kabupaten Sumenep, kondisi ini juga tidak berbeda dengan kondisi pada 2023 di mana umumnya Kabupaten Sumenep memiliki inflasi yang lebih tinggi dibanding dengan kabupaten kota lainnya," ucapnya.
Berdasarkan kelompok, makanan, minuman dan tembakau mempunyai andil yang paling tinggi terhadap inflasi Jawa Timur pada Februari 2024, yakni sebesar 1,65 persen secara bulanan dengan andil inflasi di angka 0,46 persen.
"Baik pada inflasi bulanan, tahunan, maupun tahun kalender. Bahkan, inflasi bulanan pada kelompok ini merupakan yang tertinggi dalam tiga belas tahun terakhir, namun dalam catatan lainnya ada juga yang mengalami penurunan harga seperti kelompok transportasi," katanya.
Selain itu, jika dilihat berdasarkan komoditas, beras menjadi yang paling tinggi menyumbang inflasi pada Februari 2024, yakni sebesar 0,35 persen, diikuti daging ayam ras sebesar 0,08 persen, telur ayam ras 0,07 persen, cabai merah 0,05 persen.
"Namun inflasi tertinggi ada di cabai merah secara month to month cabai merah mencapai 21,06 persen, year on year juga tertinggi di angka 114,23 persen, namun untuk year to date Tomat menjadi tertinggi di angka 35,11 persen," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau para pemangku kepentingan bisa melihat polanya dan dapat melakukan antisipasi.
"Dari ini bisa dilihat polanya, komoditas apa yang akan terlihat mengalami fluktuasi sangat tajam di sepanjang 2024 nantinya," kata Zulkipli.
Jika dilihat lebih dalam lagi, untuk komoditas penyumbang tertinggi inflasi Jawa Timur yakni beras, harga rata-ratanya cenderung mengalami kenaikan setiap bulan, dari Rp14.068 pada Januari 2024, saat ini menjadi Rp14.920 per kilogram.
"Inflasi komoditas beras terjadi di seluruh kabupaten kota di Jawa Timur, baik secara bulanan maupun tahunan," ucapnya.
Secara bulanan, inflasi beras tertinggi ada di Kabupaten Gresik sebesar 9,98 persen. Sedangkan secara tahunan yang tertinggi di Kabupaten Sumenep yakni sebesar 30,36 persen.
"Untuk andil tertinggi secara bulanan ada di Sumenep sebesar 0,61 persen," katanya.
Namun, kata Zulkipli, pada periode Februari 2024 seluruh provinsi di pulau Jawa mengalami inflasi baik secara m-to-m, y-on-y bahkan y-to-d.
"Jawa Timur masih berada di tengah-tengah di antara provinsi lainnya yang mengalami inflasi," tuturnya. (HAP)
Baca Juga: Harga Beras Makin Turun Picu Deflasi di Mei 2024
Baca Juga: Rakorpusda BI Jatim Hasilkan Tiga Strategi Utama Pengendalian Inflasi Pangan 2024
Relawan Indonesia Emas dan KESIRA Gelar Baksos Cek...
Sahabat Nusa Gelar Diskusi dan Pengukuhan Pengurus...
Tampil Meyakinkan, Andalan Hati Beber Kerja Nyata...
Andalan Hati Bertekad Dua Kali Lipatkan Jumlah UMK...
Akademisi Unhas: Andalan Hati Punya Rekam Jejak Ku...