CARITAU PADANG - Konflik harimau sumatera kembali terjadi di Sumatera Barat. Sapi milik warga diterkam ‘Si Inyiak Balang’ di Nagari Lubuk Gadang Utara, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Sabtu (25/3/2023).
Kejadian tersebut merupakan kali kedua terjadi pada bulan ini. Tiga pekan sebelumnya, Sabtu (4/3/2023) hewan yang memiliki nama latin panthera tigris sumatrae itu juga dilaporkan menerkam dua kerbau milik warga.
Baca Juga: Masyarakat Lampung Diminta Gunakan Topi Terbalik untuk Antisipasi Serangan Harimau, Apa Pengaruhnya?
Selaku Pejabat Wali Nagari Lubuk Gadang Utara, Joni Pardilo membenarkan kejadian tersebut. Kata dia, permasalahan ini terjadi karena begitu dekatnya permukiman warga dengan kawasan hutan.
"Lokasi sapi yang diterkam harimau dekat dengan permukiman warga. Daerah itu juga banyak ladang warga," kata Penjabat Wali Nagari Lubuk Gadang Utara Joni Pardilo di Padang Aro, Minggu.
Joni menceritakan, pemilik ternak, Siyo, mendengar suara diduga harimau tak lama setelah sapinya diterkam pada Sabtu sekitar pukul 15.45 WIB. Sapi tersebut digembalakan di padang rumput yang berdekatan dengan hutan, tak jauh dari rumahnya.
"Sudah jadi kebiasaan masyarakat di sini kalau sapi itu digembalakan di padang rumput, kemudian sore dibawa pulang," terang dia.
Di tubuh sapi yang mati, lanjut Joni, hanya ada bekas gigitan dan tidak ada koyakan bagian tubuh yang dimakan harimau.
Untuk langkah mitigasi awal, dia mengimbau warga untuk sementara tidak pergi ke ladang. "Dari informasi warga, mereka sudah biasa melihat jejak harimau. Tapi yang ini luar biasa karena sudah dua kali harimau muncul meski di tempat berbeda," ucapnya, sebagaimana diberitakan Antara, Minggu (26/3/2023).
Melihat kondisi ini, sebutnya pihaknya ingin konsultasi dengan pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat. "Sebetulnya apa sih masalahnya. Informasinya, BKSDA hari ini datang ke lokasi konflik tersebut," ujarnya.
Dari konflik sebelumnya, katanya pihaknya memperoleh informasi dari warga bahwa BKSDA memberikan solusi dengan pembuatan kandang komunal.
Kandang komunal sendiri didefenisikan sebagai kandang kelompok yang merupakan model kandang dalam suatu ruangan kandang yang di dalamnya dapat ditempatkan beberapa ekor ternak secara bebas tanpa diikat. Untuk pencegahan dari serangan satwa, kandang komunal umum dimodifikasi dengan memberikan pagar batas pengaman dengan ukuran dan jarak yang rapat, sehingga satwa terhalang untuk dapat memasuki areal kandang.
Penyebab Harimau Keluar dari Hutan
Direktur LSM Indonesian Conservation Society (ICS), yang bergerak di bidang konservasi alam, Salpa Yanri, menjelaskan ada berbagai kemungkinan penyebab harimau sumatera tersebut keluar dari hutan.
Yang pertama, katanya, adanya ancaman dari dalam hutan, baik dari manusia atau sesama satwa liar lain. Kemudian ada pendatang baru sehingga kalah dalam bersaing yang membuatnya harus keluar dari daerah jelahannya.
"Sementara yang ketiga, harimau itu sedang mengajarkan anaknya berburu," ujarnya.
Dari informasi warga, kata Salpa, sapi tersebut hanya diterkam dan tidak dimakan. "Kalau harimau lapar, mangsa selain dimakan juga akan dibawa untuk disimpan dengan cara disembunyikan," ujarnya.
Ia juga meminta masyarakat Bariang mengusir harimau dengan bebunyian seperti kentongan, meriam bambu atau lainnya.
"Saya sampaikan untuk sementara hewan ternak yang digembalakan di daerah itu dibawa ke kampung dulu yang aman," pinta dia. (RMA)
Baca Juga: BKSDA: Harimau Masuk Perangkap di Aceh Selatan Kondisinya Sehat
harimau sumatra konfik harimau - manusia ternak diterkam harimau konflik harimau solok selatan
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024