CARITAU CHICAGO – Harga emas menguat pada sesi akhir perdagangan di AS pada Jumat atau Sabtu pagi (5/8/2023), setelah sebelumnya mengalami tiga hari penurunan secara beruntun.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange terangkat 7,30 dolar AS atau 0,37% menjadi 1.976,10 dolar AS per ounce, setelah sempat menyentuh tertinggi sesi di 1.984,20 dolar AS dan terendah sesi di 1.954,50 dolar AS.
Baca Juga: Harga Emas Antam Meroket Jadi Rp1,274 Juta Per Gram
Emas berjangka merosot 6,20 dolar AS atau 0,31% menjadi 1.968,80 dolar AS pada Kamis (3/8/2023). setelah tergelincir 3,80 dolar AS atau 0,19% menjadi 1.975,00 dolar AS pada Rabu (2/8/2023), serta anjlok 30,40 dolar AS atau 1,5& menjadi 1.978,80 dolar AS pada Selasa (1/8/2023).
Kenaikan harga emas, seperti dirilis Antara, salah satunya disebabkan pasar tenaga kerja di AS pada Juli yang masih lambat, sehingga mendorong dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah menjadi lebih rendah.
Pada Juli, pengusaha Amerika telah menambahkan 187.000 pekerjaan, meskipun Departemen Tenaga Kerja AS (DOL) pada Jumat (4/8/2023), menyebut angka tersebut masih lebih sedikit dari yang diharapkan. Namun kenaikan upah yang solid dan penurunan pengangguran menjadi 3,5% menunjukkan berlanjutnya pengetatan di pasar tenaga kerja.
Revisi penurunan pada pertumbuhan pekerjaan pada Mei dan Juni 2023 juga menunjukkan permintaan tenaga kerja melambat setelah kenaikan suku bunga Fed yang besar dan kuat.
Para ahli memperingatkan bahwa pasar tenaga kerja perlahan mendingin dan pasar keuangan masih memperdebatkan apakah Federal Reserve akan menghentikan kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini.
Laporan pekerjaan AS yang lebih lemah dari perkiraan telah mendorong dolar AS dan imbal hasil obligasi lebih rendah, menawarkan beberapa dukungan terhadap emas yang meluncur selama tiga sesi berturut-turut setelah keputusan Fitch Ratings memangkas peringkat kredit pemerintah AS menjatuhkan pasar keuangan.
Indeks Dolar AS yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun 0,6% pada 101,93 pada Jumat (4/8/2023) sore.
Menurut data FactSet, The Fed kemungkinan telah mengakhiri kampanye pengetatan paling agresif dalam beberapa generasi dengan jalur yang masuk akal menuju soft landing.
“Namun, masih ada ‘berbagai kemungkinan hasil’ dengan risiko condong ke arah kenaikan tambahan jika inflasi tetap kuat, meskipun bukan skenario dasarnya,” kata Candice Tse, kepala solusi penasehat strategis global di Goldman Sachs. (HAP)
Baca Juga: Rupiah Melemah ke Rp15.940 Per Dolar AS, Tertekan Sentimen Data Inflasi dan Kenaikan The Fed
Imam Mushala di Kedoya Jakbar Tewas Ditikam
OJK Cabut Izin Usaha Paytren, Yusuf Mansur Angkat...
Siswa SD dan SMP Madiun Gunakan Empat Bahasa di Se...
Pemburu Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon A...
Hendra/Ahsan Melaju 16 Besar Thailand Open