CARITAU JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 1,17% pada September 2022 dengan pemicu utama dari kenaikan harga BBM dan kelompok pengeluaran sektor transportasi.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono menyatakan kelompok pengeluaran sektor transportasi ini sendiri mengalami inflasi mencapai 8,88% (month to month/mtm) sehingga mampu memberi andil terhadap inflasi September sebesar 1,08%.
Baca Juga: BPH Migas Dorong Pemda Percepat Program BBM Satu Harga
“Inflasi September 1,17% kalau dilihat dari 11 kelompok pengeluaran maka pendorong utamanya adalah inflasi yang terjadi pada transportasi yaitu sebesar 8,88% dan memberi andil 1,08%,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/10/2022).
Secara rinci komoditas yang menyebabkan inflasi pada pengeluaran transportasi adalah kenaikan harga bensin dengan andil 0,89 % dan angkutan dalam kota 0,09%, dan solar 0,03%.
Kemudian angkutan antarkota dengan andil 0,03%, tarif kendaraan roda dua daring 0,02%, dan tarif kendaraan roda empat daring 0,01%.
Di sisi lain, untuk kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau pada September mengalami deflasi sebesar 0,3% sehingga memberi andil terhadap inflasi keseluruhan sebesar minus 0,08%.
“Jadi inflasi 1,17 % pada September ini utamanya didorong kenaikan sektor transportasi tapi mampu diredam oleh kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami deflasi,” jelas Margo.
Deflasi pada kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau pada September ini disebabkan karena beberapa produk hortikultura di beberapa sentra produksi terjadi panen raya sehingga suplainya cukup.
Margo menuturkan komoditas dominan yang memberi andil terhadap deflasi meliputi bawang merah dengan andil minus 0,06%, cabai merah minus 0,05%, dan minyak goreng minus 0,03%.
Selanjutnya juga tomat dengan andil terhadap deflasi sebesar minus 0,02%, cabai rawit minus 0,02%, dan ikan segar minus 0,01%.
Dengan terjadinya inflasi pada September, maka inflasi tahun kalender September 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 4,84% dan inflasi tahun ke tahun (yoy) September 2022 terhadap September 2021 sebesar 5,95%.
Margo menuturkan inflasi pada September 2022 merupakan tertinggi sejak Desember 2014 yang 2,46 % akibat kenaikan harga BBM pada November 2014.
Ia mengatakan dari 90 kota Indeks harga konsumen (IHK) seluruhnya mengalami inflasi dengan yang tertinggi terjadi di Kendari yaitu sebesar 2,27 % dan terendah di Pematang Siantar sebesar 0,04 %.
Dari 90 kota yang diamati BPS terdapat 88 kota mengalami inflasi, sedangkan dua kota lainnya mengalami deflasi yaitu Manokwari sebesar 0,64 % dan Timika sebesar 0,59 %.
Inflasi tertinggi terjadi di Bukittinggi sebesar 1,87 % yang disebabkan oleh kenaikan harga bensin dengan andil 0,81 %, beras 0,35 %, angkutan dalam kota 0,18 % dan angkutan antarkota 0,09 % sedangkan inflasi terendah terjadi di Merauke yaitu sebesar 0,07 %.
Jika inflasi dilihat berdasarkan sebaran menurut pulau secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi tertinggi di Sumatera terjadi di Bukittinggi yaitu sebesar 1,87 %, untuk Jawa ada di Kudus sebesar 1,65 % dan untuk Kalimantan ada di Singkawang 1,66 %.(HAP)
Baca Juga: Harga BBM Turun, Pertamina Harap Jadi Motivasi Penggunaan Nonsubsidi
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024