CARITAU JAKARTA - Gunung Api Semeru mengalami erupsi pada dini hari tadi Minggu, (4/12/2022). Peningkatan aktivitas yang terus terjadi sepanjang hari membuat gunung yang berada di Jawa Timur itu naik status dari Level 3 (Siaga) menjadi Level 4 (Awas).
Gunung tertinggi di Pulau Jawa ini mengeluarkan guguran awan panas atau awan panas guguran (APG) hingga ketinggian 1,5 kilometer.
Dalam keterangan resmi, BNPB menyatakan sebanyak 1.979 jiwa mengungsi di 11 titik setelah erupsi Gunung Semeru. Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) BNPB merinci 11 titik pengungsian di lokasi tersebut.
Baca Juga: Puluhan Hektar Lahan Pertanian Terdampak Banjir Gunung Semeru
Peningkatan kewaspadaan terhadap Gunung Semeru diumumkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) setelah gunung api itu terus meluncurkan APG.
Berdasarkan hasil pemantauan tim PVMBG dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, luncuran APG sudah mencapai 19 kilometer bahkan telah melewati Jembatan Gladak Perak.
Akibatnya, status Awas Gunung Semeru kembali mengangkat mitos yang melekat pada gunung yang juga dikenal sebagai Mahameru tersebut.
Konon meletusnya Gunung Semeru sudah diprediksi pada Ramalan Jayabaya. Dalam beberapa literasi, Maharaja Jayabaya sendiri merupakan raja Kerajaan Kediri yang memerintah sekitar abad ke-12 adalah visioner yang unggul.
Dari Kitab Jangka Jayabaya, bait ke-164 sang raja berucap suatu saat Pulau Jawa akan terpotong menjadi dua. Hal itu diawali dengan berbagai bencana salah satunya letusan gunung yang membuat masyarakat menderita.
Ramalan itu juga dikaitkan dengan aktivitas vulkanik di Gunung Slamet yang berada di lima kabupaten di Jawa Tengah, yaitu Brebes, Banyumas, Purbalingga, Pemalang, dan Tegal.
Mitos ramalan Jayabaya itu pun sampai saat ini masih diyakini warga sekitar lereng Gunung Slamet. Terlebih lagi, gunung dengan ketinggian 3.428 meter itu berada nyaris di tengah-tengah antara pantai utara dan selatan Jawa.
Cerita ini sudah lama berkembang di warga Banyumas dan sekitarnya yang dikaitkan dengan ramalan Jayabaya. Mereka meyakini mitos yang menyebutkan Pulau Jawa akan terbelah jika Gunung Slamet meletus.
Melansir situs BNPB, sejak tahun 1818 hingga tahun 1913, sayangnya tidak banyak informasi yang terdokumentasikan. Namun pada tahun 1941 sampai 1942, kembali terekam aktivitas vulkanik Gunung Semeru dengan durasi panjang.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan, leleran lava terjadi pada periode 21 September 1941 hingga Februari 1942.
Selanjutnya, Gunung Semeru kembali melakukan aktivitas vulkanik secara beruntun dari tahun 1945 sampai 1960. Walaupun sempat berhenti beberapa tahun, Gunung Semeru kembali melanjutkan aktivitas vulkaniknya pada 1 Desember 1977. Aktivitas vulkanik berlanjut dan tercatat pada tahun 1978 sampai 1989.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) juga kembali mencatat aktivitas vulkanik Gunung Semeru pada tahun 1990, 1992, 1994, 2002, 2004, 2005, 2007, dan 2008.
Selain itu, meletusnya Gunung Semeru pada Minggu (4/12/2022) kemarin menjadi penanda 1 tahun atas insiden kelam ini. Sebab, pada Sabtu (4/12/2021) lalu, gunung ini juga sempat mengalami letusan sekitar pukul 15.00 WIB. (DID)
Baca Juga: Gunung Semeru Kembali Erupsi 118 Detik
gunung semeru semeru erupsi ramalan jangka jayabaya pulau jawa terbelah bencana pvmbg erupsi gunung semeru
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...