CARITAU JAKARTA - Fenomena buzzer merupakan masalah yang cukup serius karena fenomena ini ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga terjadi di negara-negara lain yang bukan negara demokratis. Tampaknya, buzzer menjadi semacam benalu dalam demokrasi.
Di Indonesia, buzzer berkembang hanya di era Presiden Jokowi. Sementara di era lain tidak ada buzzer. Hal tersebut dikatakan pengamat politik Rocky Gerung dalam Kanal Youtube Rocky Gerung Official dikutip Kamis (1/12/2022).
Baca Juga: Jokowi Sambut Investasi Produsen Mobil Listrik Vietnam di Indonesia
"Selain proyek-proyek yang gagal dari Jokowi, orang akan ingat bahwa buzzer itu justru berkembang biak di era Jokowi. Di era lain tidak ada buzzer," kata Rocky.
Fenomena ini muncul ketika Joko Widodo menjabat Gubernur DKI Jakarta. Kemudian, buzzer terus melekat pada Presiden Jokowi sampai periode kedua pemerintahan Jokowi.
"Memang kata buzzer itu khas punya Jokowi, kan? Kan nggak ada buzzer PDIP, misalnya. PDIP buzzer-nya ya kadernya sendiri, dan partai-partai lain buzzer-nya adalah partainya sendiri. Nah, kalau Jokowi buzzer-nya outsource. Itu bedanya," ujar Rocky.
Menurut Rocky, jelas terlihat kalau pemimpin tidak kokoh maka akan pasang perisai di mana-mana. Buzzer adalah perisai. Saking tebalnya perisai tersebut membuat Jokowi tidak punya akses lagi dengan rakyat.
"Jadi, Jokowi hanya ingin dengar apa yang oleh buzzer dirumuskan sebagai hal yang baik buat Jokowi. Yang lebih bahaya, buzzer itu menyerang. Bukan mempromosikan, tapi dia menyerang. Jadi ada bengisnya," ungkap Rocky.
Para buzzer bekerja dengan menyerang, menurut Rocky, karena setiap kali ada serangan maka langsung bisa dikonversi jadi uang.
Jadi, semakin marah, semakin galak, semakin tebal dompet buzzer karena diisi terus oleh majikan.
"Itu yang merusak demokrasi ini, karena akhirnya buzzer ini membeli opini publik, penguasa surveiyor segala macam sewa kiri kanan. Jadi memang ini yang merusak demokrasi adalah buzzer," tegasnya.
Menurut Rocky, kita bisa membedakan antara influencer yang dengan rapi mempromosikan seseorang dengan buzzer yang brutal.
Kita juga harus membedakan antara kader partai yang paham visi dan misi tokoh yang mereka dukung, dengan buzzer yang membabi buta. Itu kontrasnya.
"Perbuzzeran adalah hal yang biadab dalam politik karena makan di mana saja, lalu menyerang kiri-kanan dan seringkali tanpa nama, jadi pengecut juga,” lanjut Rocky. (DID)
Baca Juga: Pengamat Sebut Parpol Tersandera Hasil Survei Elektabilitas Capres 2024
rocky gerung fenomena buzzer presiden jokowi buzzerp capres 2024
Kodim Malang dan Polres Bubarkan Judi Sabung Ayam
KPK Tahan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor
PSG Disingkirkan Dortmund, Enrique Akui Kurang Ber...
KPK Tahan Bupati Muhdlor, Paparkan Peran dalam Dug...
Polri Ingatkan Masyarakat Waspadai Kejahatan Siber...