CARITAU JAKARTA - Nasib tragis harus dialami jurnalis Al Jazeera yang tengah meliput agresi Israel ke Palestina. Koresponden senior Al Jazeera, Wael al-Dahdouh, harus menerima kenyataan tragis karena istri dan dua anaknya tewas akibat serangan udara Israel.
Berdiri bersama sejumlah warga Palestina, al-Dahdouh memimpin doa pemakaman istrinya Amina, putranya Mahmoud, dan putrinya yang masih kecil Sham di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Jalur Gaza tengah pada Kamis (27/10/2023).
Baca Juga: WNI Diimbau Tidak Lakukan Perjalanan ke Iran Atau Israel
Sembilan kerabat al-Dahdouh lainnya juga tewas akibat serangan udara Israel yang menargetkan rumah tempat mereka berlindung di kamp pengungsi Al-Nuseirat pada Rabu (25/10/2023).
Al-Dahdouh menerima berita kematian keluarganya ketika meliput serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza, dari kantor biro Al Jazeera.
“Terbukti bahwa rangkaian serangan yang menargetkan anak-anak, perempuan, dan warga sipil terus berlanjut. Saya telah melaporkan serangan udara Israel yang menargetkan semua wilayah, termasuk wilayah Al-Nuseirat,” kata jurnalis kawakan tersebut, seperti dilaporkan Al Jazeera, dikutip dari laporan Antara.
Al-Dahdouh sangat menyayangkan bahwa Israel tidak membiarkan anak-anak, perempuan, dan warga sipil "tanpa hukuman".
Sebelumnya, Menteri Komunikasi Israel Shloma Karhi mengatakan sedang mencari kemungkinan penutupan biro lokal Al Jazeera, dan menuduh stasiun berita Qatar itu melakukan hasutan pro Hamas dan membuat tentara Israel terkena potensi serangan dari Gaza.
Rencana untuk menutup Al Jazeera telah diperiksa oleh pejabat keamanan Israel dan sedang diperiksa oleh para ahli hukum, kata Karhi sambil menambahkan bahwa dia akan menyampaikan usulan tersebut ke kabinet Israel.
"Ini (Al Jazeera) adalah stasiun yang menghasut, ini adalah stasiun yang memfilmkan pasukan di tempat berkumpul (di luar Gaza)… yang menghasut warga Israel – sebuah corong propaganda," kata Karhi kepada Radio Angkatan Darat Israel pada Minggu (22/10).
Kembali Bertugas
Setelah istri dan anak-anaknya tewas dalam serangan udara Israel, koresponden Al Jazeera di Gaza, Wael al-Dahdouh, berjanji untuk terus melaporkan kampanye pemboman intensif Israel di wilayah kantong yang terkepung tersebut.
“(Serangan) ini tidak akan pernah membungkam suara kami. Jurnalisme adalah misi mulia kami,” kata al-Dahdouh kepada Anadolu.
Pernyataannya itu muncul sehari setelah istri, putra, putri, cucu, dan delapan kerabat dia lainnya menjadi korban serangan Israel terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Al-Nuseirat di Gaza tengah, tempat mereka berlindung setelah mengungsi.
“Israel menargetkan warga sipil dan melakukan pembantaian terhadap keluarga-keluarga,” kata al-Dahdouh.
“Ini adalah bagian dari apa yang sedang dialami oleh para keluarga Palestina di Gaza setiap hari,” tambahnya.
Al-Dahdouh menerima berita kematian keluarganya saat dia sedang meliput serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza, dari kantor biro Al Jazeera.
Televisi Al Jazeera menayangkan video korespondennya itu yang sedang menggendong jenazah putrinya dan menatap jenazah putranya yang tergeletak di lantai rumah sakit.
Meski kehilangan keluarganya, Al-Dahdouh menyatakan bahwa dia tetap bertekad untuk melanjutkan tugasnya meliput serangan Israel di Gaza.
Hampir 8.000 orang tewas dalam perang Israel-Hamas, termasuk sedikitnya 6.546 warga Palestina dan 1.400 warga Israel.
Sebanyak 2,3 juta penduduk Gaza sudah mulai kehabisan makanan, air, obat-obatan, dan bahan bakar, sedangkan konvoi bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza hanya membawa sebagian kecil dari yang dibutuhkan. (IRN)
Baca Juga: AS Kirim Bantuan Kemanusiaan via Udara untuk Pertama Kalinya ke Jalur Gaza
israel palestina jalur gaza hamas serangan udara jurnalis al jazeera al jazeera Wael al-Dahdouh
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...