CARITAU NEW YORK – Indeks dolar AS jatuh mencapai level terendah hampir satu bulan pada akhir perdagangan Selasa atau Rabu (25/5/2022) pagi WIB, setelah Presiden Bank Sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde mengatakan suku bunga zona euro kemungkinan akan berada di wilayah positif pada akhir kuartal ketiga, memberikan euro sebuah dorongan.
Komentar Lagarde menyiratkan peningkatan setidaknya 50 basis poin pada suku bunga simpanan ECB dan memicu spekulasi kenaikan yang lebih besar musim panas ini untuk melawan lonjakan inflasi terkait kenaikan harga energi, yang disebabkan perang di Ukraina dan stimulus sektor publik besar-besaran setelah dimulainya pandemi virus corona.
Baca Juga: Makin Loyo, Rupiah Dekati Rp15.900 Per Dolar AS
Euro naik 0,42 persen pada 1,07355 dolar. Selama tujuh sesi perdagangan terakhir, mata uang tunggal telah rebound 3,7 persen setelah jatuh ke level terendah sejak Januari 2017, di 1,0349 dolar, awal bulan ini.
"Mereka sedikit terlambat dalam pesta, dibandingkan dengan The Fed," kata John Doyle, wakil presiden urusan dan perdagangan di Monex USA, tentang ECB seperti dilansir Antara dari Reuters.
"Tetapi jika Anda akan melihat mereka mencoba mengejar sedikit siklus pengetatan kami di sini, maka perbedaan yang dinikmati dolar antara Fed dan ECB telah sedikit mengencang dan itulah sebabnya Anda telah melihat euro medapat bantuan dari posisi terendah multi-tahun itu," katanya.
Di Amerika Serikat, sebagian besar pengetatan kebijakan moneter oleh Federal Reserve kemungkinan besar sudah diperkirakan, kata Marshall Gittler, kepala penelitian investasi di BDSwiss.
"Perbedaan ekspektasi ini dapat mendorong euro/dolar lebih tinggi lagi selama beberapa sesi berikutnya karena pasar baru saja mulai menilai ulang perbedaan ini," katanya.
Risalah dari pertemuan kebijakan Fed 3-4 Mei akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
Terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya, dolar turun 0,372 persen pada 101,76, level terendah sejak 26 April.
Greenback melemah lebih lanjut setelah data menunjukkan aktivitas bisnis AS melambat pada Mei karena harga yang lebih tinggi mendinginkan permintaan untuk jasa-jasa, sementara kendala pasokan baru karena penguncian COVID-19 di China dan perang di Ukraina menghambat produksi di pabrik.
S&P Global mengatakan kilasan Indeks Output PMI Komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa-jasa, menunjukkan laju pertumbuhan paling lambat dalam empat bulan.
Sterling jatuh terhadap dolar AS setelah data PMI menunjukkan bahwa momentum di sektor swasta Inggris melambat lebih dari yang diharapkan bulan ini, menambah kekhawatiran resesi karena tekanan inflasi meningkat lebih tinggi. Pound Inggris turun 0,48 persen pada 1,2525 dolar.
Dolar Aussie yang sensitif terhadap risiko turun 0,2 persen menjadi 0,70965 dolar AS. Dolar Selandia Baru melemah 0,39 persen pada 0,64425 dolar AS, sehari sebelum bank sentral negara itu secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga utamanya hingga setengah poin persentase. (GIBS)
Baca Juga: BI: Nilai Tukar Rupiah 2023 Rp14.800 – Rp 15.200, Menguat di 2024 Rp14.600 - Rp15.100
dolar as capai level terendah di mei dolar as tertekan kebangkitan euro nilai tukar rupiah valuta asing
Fauzi Bowo Ingin Jakarta Dipimpin oleh Orang yang...
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024