CARITAU JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan fenomena bulan hitam dapat disaksikan di Indonesia pada akhir Mei 2022.
Baca Juga:
Peneliti BRIN Ungkap Hujan Ekstrem Jakarta 2024 Lebih Tinggi dari 2002
"Sebagaimana fase bulan baru pada umumnya, bulan hitam dapat mengakibatkan naiknya pasang laut dibandingkan hari-hari lainnya, ketika konfigurasi bumi-bulan-matahari tidak segaris jika diamati dari atas kutub. Masyarakat diimbau agar tidak melaut saat air laut sedang pasang," kata Andi Pangerang, peneliti Pusat Riset Antariksa BRIN melalui laman resmi Edukasi Sains Antariksa BRIN di Jakarta, Minggu (29/5/2022).
Fase bulan baru keenam pada 2022 terjadi pada 30 Mei 2022 pukul 11.30.08 Universal Time (UT), sehingga untuk wilayah Eropa bagian Timur, Indonesia, hingga Kepulauan Line baru akan mengalami bulan hitam di penghujung Mei 2022.
Menurut Andi Pangerang, ada empat definisi bulan hitam yang berbeda-beda. Pertama, bulan hitam adalah fase bulan baru yang kedua dalam satu bulan Masehi. Fenomena tersebut cukup sering terjadi karena berlangsung periodik dengan periode 29 bulan.
Kedua, bulan hitam adalah fase bulan baru ketiga dalam musim astronomis yang mengandung empat fase bulan baru dan terjadi setiap 33 bulan.
Ketiga, bulan hitam adalah fenomena di mana tidak terdapat fase bulan baru di bulan Februari. Fenomena itu terjadi setiap 19 tahun sekali. Keempat, bulan hitam adalah fase bulan purnama di bulan Februari DAN terjadi setiap 19 tahun sekali.
Fenomena bulan hitam bisa terjadi berbeda-beda di setiap tempat karena zona waktu yang digunakan di setiap tempat berbeda-beda.
Selain itu, jatuhnya fase bulan baru untuk setiap lunasi juga berbeda-beda, sehingga ada wilayah yang mengalami bulan hitam tripel, ada wilayah yang mengalami bulan hitam ganda, ada pula wilayah yang hanya mengalami bulan hitam sekali.
Tak Tampak Kasat Mata
Andi mengatakan, bulan hitam secara kasat mata memang tidak dapat dilihat karena konfigurasi bumi-bulan-matahari terlihat pada satu garis lurus jika diamati dari atas kutub, sehingga permukaan bulan yang menghadap bumi tidak terkena cahaya matahari dan bulan tampak gelap.
Setiap dua hingga lima kali setahun, konfigurasi tersebut muncul bertepatan ketika bulan berada di titik simpul orbit (perpotongan ekliptika dan orbit bulan) sehingga bayangan bulan jatuh ke permukaan Bumi dan mengakibatkan gerhana matahari.
Bulan hitam sebagai bulan baru kedua di bulan Masehi sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 31 Oktober 2016 dan 30 Agustus 2019. Sementara ke depan akan terjadi kembali pada 31 Desember 2024 dan 30 September 2027.
Sedangkan bulan hitam sebagai bulan baru ketiga di dalam musim astronomis yang mengandung empat fase bulan baru, sebelumnya pernah terjadi di Indonesia pada 22 Agustus 2017 dan 19 Agustus 2020. Fenomena tersebut akan terjadi kembali pada 19 Mei 2023 dan 23 Agustus 2025.
Sementara bulan hitam tripel (dua bulan hitam di akhir bulan Masehi dan tidak ada bulan baru di bulan Februari) pernah terjadi di Indonesia, Amerika Serikat dan Kanada bagian timur pada 2014 dan akan terjadi kembali pada 2033 mendatang.
Selain itu seperti dirilis Antara, bulan hitam sebagai fenomena ketika tidak ada fase bulan purnama di bulan Februari (sehingga terdapat bulan biru ganda di akhir Januari dan akhir Maret), pernah terjadi di Indonesia, Amerika Serikat, Kanada dan Meksiko pada 2018 dan akan terjadi kembali pada 2037.(HAP)
Baca Juga:
Tornado atau Puting Beliung di Rancaekek, Kerusakan Alam Biang Keroknya