CARITAU JAKARTA - Pengamat politik sekaligus Dosen Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menilai, pernyataan dari Menteri Investasi Bahlil Lahadalia yang menyebut sosok Calon Presiden (Capres) yang ingin menang harus baik-baik kepada Presiden Jokowi adalah bentuk pola umum yang biasa terjadi dalam konstelasi politik pragmatis.
Ujang menjelaskan, dalam politik pragmatis pernyataan Bahlil menjadi hal yang wajar karena saat ini kondisi Presiden Jokowi masih berkuasa yang secara otomatis memiliki pengaruh dalam mengatur ritme politik menjelang Pilpres 2024.
Selain itu, menurut Ujang, faktor kekuasaan yang saat ini masih dmiliki oleh Jokowi juga ditenggarai dapat mempengaruhi hasil pemilu dengan menggunakan infrastruktur negara soal memenangkan Capres dan Cawapres.
Baca Juga: Alasan Adian Gulirkan Hak Angket ke DPR: Gak Ada Pamannya
"Ya Jokowi kan masih berkuasa, masih jadi Presiden, masih punya pengaruh atau masih juga bisa mempengaruhi hasil pemilu dengan infratruktur negara yang bisa dimainkan untuk memenangkan Capres-Capres yang didukung," kata Ujang kepada Caritau.com, pada Jumat (5/5/2023).
Ujang mengungkapkan, perkataan Bahlil ikhwal Capres jika ingin menang Pilpres 2024 harus baik baik kepada Jokowi adalah pernyataan yang sangat normatif terjadi lantaran saat ini dirinya masih berkuasa menjadi Presiden.
Berdasarkan hal itu, Ujang menilai, posisi Jokowi saat ini yang masih berkuasa, dapat menggunakan telunjuk untuk mempengaruhi ataupun juga dapat menentukan sosok Capres dalam rangka menjadi sosok King Maker memenangkan konstestasi Pemilu 2024.
"Omongan Bahlil sebenarnya omongan normatif atau umum saja bagi para politisi. Karena memang Jokowi itu ketika Pilpres terjadi di 14 Februari 2024 itukan masih menjabat Presiden, masih punya telunjuk, masih bisa jadi king maker untuk menentukan memenangkan Capres-Cawapres yang didukungnya," ujar Ujang.
"Maka Bahlil mengatakan ya tadi harus baik-baik itu dalam konteks ya Jokowi Presiden, karena Jokowi masih punya kekuasaan, masih bisa menunjukan bulat lonjongnya persoalan Pemilu dikita," sambung dia.
Ujang menambahkan, perihal apa yang telah dikatakan Bahlil memang merupakan sebuah kenyataan realitas objektif yang terjadi pada konstruksi politik Indonesia dimana seorang yang masih menjabat sebagai presiden dalam peta politik pemilu masih memiliki pengaruh yang kuat untuk memenangkan sosok Capres.
"Jadi apa yang dikatakan Bahlil itu ya pola yang umum saja, yang biasa saja dalam kenyataanya konstruksi politik kita yang memang seperti itu bukan karena Jokowi ya, namun karena jabatan presidenya itu masih punya kuasa, masih punya pengaruh, masih bisa juga berbuat untuk memenangkan Capres- Cawapres yang didukungnya," tandas Ujang. (GIB/DID)
Baca Juga: Pasangan Anies-Cak Imin Unggul di Tempat Anies Baswedan Mencoblos
presiden jokowi menteri bahlil lahadalia capres 2024 pragmatis pilpres 2024
Cawagub 02 Fatmawati Dua Bulan Keliling 24 Kabupat...
Kampanye Akbar 02 Andalan Hati, Panglima Dozer: Su...
PMJAK Desak Bawaslu DKI Tindaklanjuti Soal Dana Ka...
Yuks Ramaikan Kampanye Akbar Andalan Hati di GOR S...
Masyarakat Bantaeng Sambut Kunjungan Andi Sudirman...