CARITAU JAKARTA - Pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny Januar Ali (Denny JA) membeberkan potret kenapa Calon Presiden yang banyak dikerubuti massa tapi hasil survei rendah. Menurutnya, terjadi pada Anies Baswedan, psikologi politik kerumunan seperti itu pernah terjadi pada calon presiden lain di masa lalu dan di sejumlah negara lainnya.
"Perlu kita katakan. Ini sebenarnya tak hanya terjadi pada calon presiden Anies Baswedan. Tapi juga terjadi pada beberapa capres lainnya di masa lalu. Setiap pilpres, hingga pilpres yang pertama kali di 2004, gejala serupa berulang terjadi: Ramai sekali yang merespon di alam terbuka, tapi survei elektabilitasnya kecil saja," kata Denny JA dalam keterangannya, Kamis (2/11/2023).
Baca Juga: Pemungutan Suara Susulan Pemilu 2024 di Tangerang
Dia meyakini psikologi politik kerumunan akan terjadi karena LSI sudah hadir sejak pemilu presiden langsung yang pertama, yakni pada tahun 2004 lalu.
Bahkan 'kejanggalan' itu, ungkapnya, tak hanya terjadi di Indonesia. Psikologi politik kerumunan pun terjadi di negara demokrasi lainnya. Menurutnya, ada jarak antara mereka yang berkumpul dengan hasil survei elektabilitas sang capres.
"Bagaimaan kita menjelaskan hadirnya gap ini? Kita perlu masuk ke dalam psikologi politik kerumunan. Mereka yang hadir dalam kerumunan satu event calon presiden itu memiliki empat komponen," ujarnya.
Kelompok pertama adalah mereka yang memang pendukung asli, pemilih tulen sang capres. Mereka datang secara sukarela, berpartisipasi untuk melihat dan mendukung calon presidennya.
Lalu komponen kedua adalah kelompok hore-hore. Ini sejenis orang-orang yang memang senang berkumpul dengan capres mana pun, sejauh ada 'nasi bungkus".
"Ketiga adalah kelompok yang digerakkan oleh EO (Event Organizer). Hal yang biasa dalam berbagai event, calon presiden ketika datang ke satu daerah, diurus oleh seorang, bahkan beberapa EO," ungkapnya.
Denny menegaskan, EO itu menjadi panitia profesional yang ditugaskan menghadirkan massa dengan target jumlah tertentu. EO ini yang memobilisasi orang-orang untuk datang. Yang kemudian hadir, pastilah bukan pendukung asli capres yang bersangkutan. Mereka hadir hanya karena digerakkan oleh EO itu.
"Kadang EO yang sama digunakan oleh capres yang berbeda. Sang EO pun kadang memobilisasi kerumunan yang sama, orang yang sama, untuk capres yang berbeda," tuturnya.
Keempat, lanjut Denny JA yang jauh lebih banyak lagi, orang yang hadir karena daya tarik Door Prize. Dalan event itu sengaja dihalo- halokan, didengung-dengungkan, akan diundi door price. Terkadang, ucapnya, hadiah yang diundi begitu mencengangkan, begitu menggiurkan. Misalnya pemenang undian adalah sebuah mobil. Atau akan dibagikan beberapa tiket gratis untuk umroh.
"Silahkan saja dicek jika melihat begitu banyak kerumunan yang berkumpul menyambut capres. Coba amati di sana apakah ada pembagian door price? Sekali lagi, ini hal yang biasa yang terjadi di semua pertarungan pemilu presiden. Dan ini dialami oleh banyak capres," imbuhnya. (DID)
Baca Juga: TNI Sudah Petakan Wilayah Rawan Konflik Jelang Pencoblosan
anies baswedan hasil survei jeblok safari politik pilpres 2024 pemilu 2024
Denny JA Hibahkan Dana Abadi untuk Festival Tahuna...
Tokoh Literasi Bachtiar AK Sebut Inovasi Smart Sch...
Mencetak Dai Pengusaha, Sekda Marullah Buka Pelati...
Gibran Pimpin Apel Siaga Masa Tenang Pilkada 2024
Pilkada Semakin Dekat, Pj Teguh Ajak Warga Jakarta...